Pesta Ulang Tahun Florensia

84 71 7
                                    

{• Happy Reading •}



Aku membukakan mataku setelah berhias berjam-jam lamanya. Aku melihat pantulan diriku di cermin.

"Anda sangat cantik, Nona," puji Delina yang ada di sampingku.

Aku masih tidak percaya yang ada di dalam cermin itu aku. Kulitku seputih susu karena berendam hampir selama dua jam dan diluluri oleh bengkoang juga aku duduk di depan cermin ini mungkin sekitar tiga jam. Bokongku saja saat berdiri rasanya sedikit kebas.

Aku memandang keluar jendela, gerbang depan istana dibuka dengan lebarnya dan para tamu mulai berdatangan. Halaman istana yang awalnya luas, malam ini begitu penuh dengan kereta kuda. Malam hari ini Florensia mengadakan pestanya dan aku juga baru tau tadi jika malam ini Florensia akan dinobatkan menjadi Putri Mahkota.

Aku, Naomy, dan Athalia diminta untuk ikut ke dalam rombongan Florensia sebelum masuk ke dalam ruang pestanya. Aku keluar dari kamarku dan berjalan ke kamar Florensia di sana sudah ada Athalia dan Naomy yang menunggu.

"Florensia masih di dalam kamarnya?" tanyaku dan mereka mengangguk.

"Florensia yang akan dinobatkan, tapi jantungku yang berdebar begitu kuat." Athalia memang jantungnya. Aku tertawa, aku pun demikian mungkin karena kami nanti akan mengikuti langsung Florensia dari belakang jadi semua pasang mata akan menghadap ke arah kami.

Pintu kamar terbuka, aku langsung mengalihkan pandangan untuk melihat seseorang yang baru saja keluar.

Malam ini Florensia terlihat berbeda. Auranya menunjukkan kewibawaan yang kuat, keanggunan, keberanian, ketegasan, kecantikan, serta kelembutan.

"Ini bukan Florensia, ayo kita tinggalkan," canda Naomy yang membuat kami semua tertawa.

"Bintang malam ini begitu bersinar, kau yang tercantik," pujiku padanya.

Florensia tersipu dengan pujianku. "Kalian juga, kita akan menjadi bintangnya malam ini, ayo."

"Eh, tunggu sebentar. Semuanya lihat ke kamera dan bilang cheese." Aku tidak lupa membawa kameraku, dan meminta Delina yang sudah aku ajarkan cara menggunakan kamera. Momen seperti ini sayang sekali jika dilewatkan.

"Nanti akan aku tunjukkan hasilnya," ucapku setelah melihat hasil foto yang Delina ambil.

Mereka mengangguk. Florensia berjalan terlebih dulu dan kami mengikutinya di belakang. Saat melewati koridor istana aku masih dapat melihat tamu-tamu yang berdatangan dan mereka berhenti sejenak hanya untuk melihat Florensia. Aku penasaran, apakah Florensia gugup untuk saat ini?

"Flo, kau gugup?" Athalia bertanya seperti dapat melihat isi pikiranku.

"Sangat, aku gugup sekaligus takut," ucapnya tanpa berhenti berjalan.

"Apa yang membuatmu takut, Flo?" tanya Naomy.

Florensia menghela napasnya. "Aku takut, aku bukan calon pemimpin yang diingkan oleh rakyatku. Aku takut jika aku memimpin negeri ini tidak sebaik ayahku, aku takut menjadi pemimpin yang lalai dan rakyatku di luar sana terbengkalai."

Aku memegang pundaknya dan Florensia menghentikan langkahnya. "Pundak kecilmu ini menanggung beban yang begitu berat ya Flo, tapi kau tidak perlu takut. Usahamu untuk sampai di titik ini menunjukkan bahwa kau bisa, bahwa kau hebat, bahwa kau kuat untuk menghadapi hari-hari ke depannya. Kau juga memiliki kami, seperti katamu kemarin, kita adalah teman jangan menanggung semuanya sendiri."

A Way Home for NadindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang