Sore itu setelah memastikan semua terbereskan, Keysa pergi mencari ketenangan di taman bermainnya bersama Fira dahulu. Persis dibawah pohon mangga, Keysa hanya duduk tersenyum tipis melihat ramainya keadaan sekitar. Ada keluarga yang sedang berpiknik, remaja yang bersenda gurau dengan kekasihnya, dan banyaknya anak kecil yang bermain.
Pikirannya kacau, namun sebisa mungkin ia tetap tenang, walaupun ingin sekali rasanya menangis. Permasalahannya dengan Intan, pertengkaran dengan sahabat dan tunangannya, dan ancaman dari pelaku peneror.
Lelah, sangat lelah, tapi kehidupan jelas memiliki alur seperti itu, tidak ada kebahagiaan yang bertahan lama, mereka hanya akan terselip diantara ujian dan kesulitan. Tapi Keysa lebih memilih memakai kaki palsu, setidaknya cukup ia yang merasakan sakit, dan sekitarnya baik-baik saja. Sangat sulit memilih memakai kursi roda, memperlihatkan rasa sakit kepada orang yang ia cinta.
Drrttt
Getaran handphonenya mengalihkan Keysa dari segala macam pikiran, dan saat melihat nama yang tertera ada perasaan hangat dan juga rindu yang ingin ia sampaikan.
"Hallo, Khaf."
"Kamu dimana?." Tanya Khafi
"Aku---."
"Kamu bolos kuliah?." Potong Khafi dengan nada marahnya.
"Khaf, aku---. "
"Kamu kenapa terus buat masalah si Key." Lanjutnya sebelum mendengar penjelasan dari Keysa. "Syerli juga gak masuk hari ini, kamu bolos karena dia kan?."
"Apaan sih Khaf, kenapa kamu jadi nyalahin orang lain. Aku bahkan gak tau Syerli bolos juga hari ini." Jawab Keysa dengan nada kesalnya, setiap kali ingin menjawab Khafi selalu memotong ucapannya, dan sekarang malah menuduhnya sengaja membolos.
"Terus kamu dimana sekarang?."
"Aku gaenak badan, aku dirumah sekarang."
"Kamu bohong Keysa, aku tau kamu gak dirumah, bahkan kamu juga gaada dikafe." Sial Keysa lupa jika Khafi adalah orang yang posesif, Laki-laki itu bahkan menyadap handphonenya, dan Keysa lupa mematikannya.
Karena pikiran yang sedang kacau, biarlah. Keysa memilih mematikan panggilan sebelum mendengar lebih banyak lagi amarah dari Khafi, bahkan saat ini Keysa tak lupa mematikan handphonenya itu.
Kembali menenangkan fikiran, apa yang harus ia lakukan kedepannya, apa ia akan mengikuti perintah peneror itu, atau melupakannya begitu saja. Dan bagaimana caranya supaya dia bisa terhindar dari Intan, perempuan itu bukan perempuan yang lemah. Seperti apa yang dibilang pak Dwi, beasiswa nya akan terancam dicabut jika ia membuat masalah dengan Intan. Karena keluarganya adalah salah satu donatur terbesar untuk kampusnya itu.
*****
"Halo Nay."
"Malam mba, semuanya sudah kembali seperti semula, dan saya jamin mereka tidak akan membocorkan hal ini." Ucap Nayla, saat ini waktu sudah menunjukan pukul 11.00 malam. Setelah dari taman, Keysa mengunjungi rumah Fira, menghabiskan waktu dengan sahabatnya itu sampai ia tertidur dan terlambat kembali kerumah.
"Makasih Nay, semua tagihannya dan bonus kamu akan saya transfer besok yah, kamu udah dirumah?."
"Masih dikafe mba, sedang beres-beres."
"Okey, sekali lagi makasih banyak Nay, langsung istirahat kalau sudah sampai rumah ya."
"Baik mba Terima kasih, selamat malam."
Dan setelah menutup panggilan itu, Keysa sempatkan untuk membuka aplikasi pesan yang ada dihpnya. Wah ada banyak sekali panggilan dari Khafi, bahkan kedua sahabat laki-lakinya juga ikut mencarinya. Tanpa berniat membalas, Keysa mulai merapikan barangnya dan turun dari mobil. Dan ia baru sadar jika ada motor Khafi dirumahnya. Aahhh rasanya ia ingin berlari dan mengunci kamarnya, sangat lelah jika harus berdebat dengan laki-laki itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keysa
Teen FictionSebelumnya kehidupan Keysa itu monoton. Sehari-harinya ia habiskan untuk berkuliah disalah satu Universitas ternama dijakarta. Selesai berkuliah ia hanya sibuk dengan bisnis kafenya yang berjalan sudah 1 tahun lamanya. Hangout dan menghabiskan wakt...