Kepergian Fira

200 8 2
                                    

"Ngapain disini sendirian?." Tanya Khafi dengan wajah penuh kemarahan, hari ini Keysa tidak pergi bersama Dirga dan itu membuatnya semakin kalut mencari Keysa.

Sepulang mereka kuliah Khafi langsung pergi ke kafe, namun Keysa tidak datang kesana,  dan saat menelfon rumah Keysa juga belum pulang. Handphone Keysa tidak bisa dihubungi, bahkan Khafi meminta kedua teman Keysa untuk membantunya mencari.

"Bukan urusan lo." Ucap Keysa berniat pergi dari hadapan Khafi, namun mendengar jawaban acuh Keysa membuat emosi Khafi tidak bisa ia tahan lagi.

Srek

"Lo bisa gak sih gak bikin gue khawatir!!" Bentak Khafi.

"Apa sih Khaf!, sekali lagi ya gua tegasin sama lo, kita udah gaada hubungan apa-apa, jadi gue gak harus lapor kemana gue pergi sama lo!"

"Gampang banget ya lo ngomong gitu!." Ucap Khafi dengan menahan rasa sakitnya.

"Perpisahan semudah itu buat lo Key, tiga tahun Key!, apa semua itu gaada artinya buat lo?." Tanya Khafi lagi tak habis fikir dengan Keysa.

"Karena udah tiga tahun Khaf, gue mau selesai sekarang." Ucap Keysa tanpa keraguan sama sekali saat mengucapkannya. Segitu yakinnya Keysa ingin pisah dengannya.

"Jadi tolong jangan ganggu gue lagi." Ucapnya setelah cukup lama mereka saling tatap, dan Keysa memutuskan untuk pergi meninggalkan Khafi, namun Khafi lagi-lagi menahan tangannya.

"Gue minta maaf." Khafi merasa Keysa sangat sulit untuk dikerasi saat ini. Dan dibanding egonya, Khafi lebih takut kehilangan Keysa.

"Buat apa?." Tanya Keysa.

"Mungkin lo bener, gue udah keterlaluan selama ini." Balasnya setelah lama terdiam dan dengan nada lembut yang menyiratkan keseriusan.

Kesya menatap Khafi yang seakan serius akan penyesalannya, aneh tapi 'Please Khaf, jangan melemah, aku gak bisa.'

"Gue takut kehilangan lo." Ucap Khafi lagi dengan tatapan yang menyendu.

"Ngelihat lo koma berbulan-bulan, gue gak bisa biarin hal itu terjadi lagi Key."

"Sedikitpun gue gak mau kasih peluang kemereka untuk nyakitin lo lebih. Melemah cuma akan ngebuat mereka bebas berbuat lebih jahat kelo." Lanjut Khafi bahkan Keysa bisa melihat mata yang berkaca-kaca.

"lo sama sekali gak sadar Khaf, lo bukan aja ngehukum satu orang yang bersalah, tapi satu keluarga!." Ucap Keysa bahkan kini ia kembali menangis.

"Apa yang lo lakuin gak beda jahat sama mereka Khaf."

"Bahkan saat Akana dibully lo masih mau nolong gue, tapi kenapa lo jadi sejahat ini sekarang Khaf, gue gak mau ngerubah lo jadi orang jahat lagi Khaf." Lanjut Keysa yang sudah tidak bisa menahan air matanya bahkan kini ia sudah mulai terisak.

"Key---."

"Please Khaf, ayo kita putus."

Melihat Keysa yang sangat memohon, Khafi menariknya kedalam pelukan. "Maaf, maafin aku Key, maafin aku sayang." Khafi sadar apa yang diucapkan Keysa semuanya benar, ia memang sudah keterlaluan. Khafi sangat takut Keysa pergi, dia bahkan selama ini melupakan bahwa mereka semua perempuan.

Keysa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkan pria itu, ada rasa sakit saat melihat Khafi lagi-lagi melemah karena dirinya, tapi ia benar-benar harus putus sekarang juga.

Khafi melepas pelukannya, ia menatap Keysa dalam.

"Kamu benar Key, tapi itu dulu sebelum aku ngerasain sakitnya melihat orang yang kita sayang terluka, terlebih semua itu karna aku sendiri. Bukan cuma kemarahan Key, tapi rasa bersalah aku sama kamu. Dan juga ketakutan aku kalau kamu bisa saja muak dan pergi."

KeysaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang