Minho duduk di sana dengan sangat takut, entah apa dia akan dipecat sekarang atau tidak.
"Bagaimana? Apa kau suka bekerja di sini?" Tanya pria itu padanya. Minho tersenyum dan mengangguk pelan.
"Saya sangat suka bekerja di sini" katanya. Dia terlihat menatap Minho lekat kal itu membuat pria manis itu benar-benar tidak nyaman.
"Tuan apa ada yang akan anda bicarakan?" Tanya pria manis itu. Dia langsung menggeleng dan menatap Minho lebih lekat.
"Tidak ada, aku hanya ingin melihat wajah mu secara nyata" katanya. Mendengar itu membuat Minho seketika jadi takut. Apalagi pria itu nampak mendekatkan tangannya untuk menyentuh jari Minho.
"Sangat menggemaskan sekali jari mu" katanya tiba-tiba. Minho lalu menarik tangannya dan tersenyum canggung. Dia berusaha melihat ke sekeliling, hanya mereka yang ada di sana.
"Tuan apa saya boleh pulang?" Tanya Minho lagi. Pria itu tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Iya tinggu lima menit lagi" katanya. Minho jujur benar-benar takut saat itu, seketika tubuhnya bergetar hebat.
"Tuan saya harus minum obat, saya baru saja datang dari rumah sakit" katanya. Pria itu kemudian bangun dan mendekat pada Minho.
"Kau sakit?" Tanyanya. Sambil menyentuh dari Minho yang sudah berkeringat dingin.
"Iya" jawabnya dengan sopan.
"Apa perlu aku mengantar mu pulang?" Minho langsung bangun dari tempat duduknya.
"Terima kasih atas kemurahan hari anda, tapi saya akan pulang sendiri. Selamat malam Tuan direktur" katanya menunduk kemudian pergi dari sana.
"Hmmm pria yang cukup menarik, tidak hanya wajahnya saja yang menarik" gumam pria itu sambil menatap Minho masuk ke dalam lift.
Tubuh Minho bergetar saat sudah di dalam sana, entah kenapa dadanya seperti sangat sesak saat itu.
"Hah aku takut" katanya sambil meringkuk di sudut lift. Saat lift berhenti dipantai dua membuat Minho berkaca-kaca dan seperti ingin menangis.
Seorang pria masuk ke dalam sana dengan wajah dingin.
"Kau kenapa?" Tanyanya. Minho menggeleng sambil memegang dadanya.
"Kau sesak napas lagi?" Katanya. Minho langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan pria itu.
"Ahh aku takut ahh ahh ahh" dia memeluk pria itu dengan erat.
"Coba tenangkan diri mu, bernapas dengan panjang. Tidak ada siapapun di sini" katanya sambil mengusap punggung Minho. Minho akhirnya bisa bernapas dengan benar.
"Jam berapa ini?" Tanya Minho saat mereka sampai di depan gedung apartemen.
"Jam 10 malam" katanya. Minho mengangguk dengan wajah lemasnya. Dia kemudian berjalan lagi. Jujur perlakuan direktur itu membuat Minho sangat syok.
"Kau baik-baik saja kan?" Tanyanya. Minho mengangguk sambil memencet Sandi apartemennya.
"Iya aku baik, terima kasih Tuan Chris" katanya sambil masuk ke dalam sana.
"Minho kau baik-baik saja kan?" Tanya JB saat menjaga Minho terlihat pucat. Pria manis itu mengangguk pelan.
"Katanya kau akan segera menjadi pegawai tetap Minho. Tadi Manager Park memberitahu ku" kata Sana dengan semangat. Untuk pertama kalinya Minho tidak semangat mendengar itu.
"Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu melihat Direktur ke sini" kata JB. Mendengar nama itu membuat Minho menjadi sangat takut.
"Biasanya bagaimana?" Tanya Minho lagi.
"Biasanya dia paling satu atau dua kali datang dalam setahun.
"Kira-kira kenapa ya?" Tanyanya. Minho menggeleng mendengarnya.
"Oh ya, Minho kemarin dia memanggil mu kenapa?" Tanya JB kemudian. Minho langsung terkejut.
"Oh tentang masalah cuti itu" katanya bohong. Mereka kemudian mengangguk pelan.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Minho langsung pulang dari sana. Dia sangat takut jika pria itu kembali memanggilnya.
"Kau mau ke mana?" Suara itu membuat Minho menjadi takut. Pria manis itu berusaha tersenyum pelan.
"Tuan Direktur" katanya. Pria itu kemudian memegang tangan Minho dan membawanya ke bar. Saat itu suasana benar-benar sangat sepi hanya ada Minho dan pria itu.
"Maaf aku hanya bisa membuat ini" katanya.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya pria manis itu berusaha to the point.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan mu" kata tiba-tiba. Minho benar-benar merasa tidak nyaman tapi dia berusaha mengendalikan dirinya.
"Kau mengatakan diri mu sakit, apa yang sakit?" Tanyanya sambil duduk di samping Minho.
"Sekarang sudah sembuh Tuan" jawab Minho.
"Kau jangan terlalu formal pada ku, panggil saja Juyeon. Itu nama ku" katanya sambil memegang tangan Minho.
"Kau jangan takut, sebenarnya dulu aku pernah akan di jodohkan dengan mu, tapi dulu aku dengan bodohnya menolak. Dan sekarang aku salah, kau orang yang tepat" katanya sambil mengusap wajah Minho.
Seketika Minho jadi ingat dengan kejadian dulu, saat dia selesai kuliah dia pernah akan dijodohkan dengan seseorang. Saat keluarga mereka akan bertemu pria yang akan dijodohkan dengannya tidak pernah datang.
"Dia tidak cocok dengan ku"
Perkataan itu Minho benar-benar ingat saat ini. Minho berusaha melepaskan tangan pria itu.
"Tuan saya sangat lelah, tolong saya ingin pulang" katanya tiba-tiba.
Karena sudah terpesona, pria itu seperti tidak membiarkan Minho untuk pulang dengan mudah.
"Kau tahu? Perusahaan keluarga mu itu tidak sejaya di masa lalu, jika kau tidak menyelamatkan perusahaan mereka. Semuanya akan bangkrut" katanya tiba-tiba mengancam Minho.
"Tuan tolong saya ingin pergi" katanya.
"Jika kau tidak menikah dengan ku, semuanya akan bangkrut dan kau akan jatuh miskin" katanya. Minho bergetar saat pria itu memegang bahunya.
"Tuan saya ingin pulang" katanya.
"Hmmm baik-baik, pulanglah dulu" katanya tiba-tiba.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTER CHEF [BANGINHO] ✔️
FanfictionSi manis yang menyebalkan, entah kenapa semakin lama semakin enak dipandang. Warning -bxb -mature content -mpreg