Saat Chan pulang, dia melihat lampu apartemen sudah mati.
"Minho" kata pria itu, dia lalu menghidupkan satu persatu lampu. Chan kemudian berjalan ke arah kamar mereka. Dari belakang dia melihat Minho tengah merebahkan dirinya.
"Minho" panggil Chan. Tiba-tiba dia mendengar suara ruangan anjing dari sana. Chan terbelakak kemudian dia menghidupkan lampu. Dia terkejut melihat Choko ada di atas ranjang tidur di samping Minho.
"Minho" katanya. Dia langsung ke sana, Minho nampak memejamkan matanya.
"Minho!" Panggil Chan, tapi pria itu diam. Tiba-tiba Choko menjilat wajah Minho, seketika Minho merasa geli dan bangun.
"Chan? Kau sudah pulang" katanya. Chan baru bernapas lega melihatnya.
"Aku kira kau hmm sudahlah, kenapa bisa ada Choko di sini?" Tanya Chan sambil mengusap kepala anjing itu.
"Tidak tahu, saat aku bangun dia sudah ada di sini tadi" katanya.
"Chan apa kau tahu? Alergi ku tidak kumat lagi" kata Minho sambil memeluk Choko. Chan juga terkejut melihat itu. Biasanya jika Minho menghirup aroma binatang saja dia akan sesak.
"Kita Tanya ke dokter saja besok ya, kau jangan dulu dekat-dekat dengan dia" kata Chan sambil membawa anjing itu keluar dari kamar mereka.
"Mungkin ini karena bawaan bayi, tapi anda jangan dulu terlalu kontak dengannya" kata dokter itu pada Minho. Pria manis itu mengangguk pelan.
Chan lalu membawa Minho kembali ke rumahnya. Hal itu membuat Minho jadi sendirian lagi.
"Ayo tidur" katanya sambil membawa Minho ke ranjang. Chan mengusap perut buncit itu dengan sayang. Itu padahal ritual kebiasaan Chan sebelum tidur.
"Ayo tendang tangan ayah" katanya. Tendangan itu lalu Minho rasakan. Seketika mereka tertawa.
"Kau sangat menggemaskan sayang" kata Chan mengeratkan pelukannya kemudian.
Minho entah kenapa tidak bisa tidur malam itu, dia dari tadi terus ingin makan topoki. Minho berusaha keras untuk tidur tadi sangat susah.
"Chan aku ingin makan topoki di pinggir jalan sana. Yang enak itu" kata Minho. Chan kemudian membuka mata dan melihat Chan.
"Minho seperti sudah tutup, ini sudah jam 11 malam" katanya. Minho terlihat terus meneguk ludahnya.
"Ayo lihat dulu Chan, aku tidak bisa tudur" katanya. Mereka lalu berjalan turun untuk mencari topoki itu.
"Benar tutup" katanya. Minho jadi sangat kecewa.
"Besok ya Minho" kata Chan dia lalu jalan-jalan malam bersama. Mereka berdua lalu duduk di kursi taman apartemen.
"Duduk sebentar ya" kata Minho. Chan mengangguk sambil mengeratkan jaket itu pada Minho.
Minho entah kenapa mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Chan. Dia hanya mengecupnya sekilas.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Chan terkejut.
"Tidak tahu, aku tiba-tiba ingin" katanya. Chan kemudian memegang wajah Minho dan mencium bibir sang istri manisnya dengan lembut.
***
Minho agak bingung melihat tingkah laku Chan, dia terlihat sangat cemas. Chan tersenyum dan menggeleng pelan, dia lalu pergi ke kamar mandi.
Minho berjalan ke sana, dia berusaha mengintip.
"Ayo ke sini, aku bantu" kata Minho, Chan langsung terkejut dan memasukannya ke dalam.
"Minho" katanya. Minho menarik tangan Chan keluar dari sana.
"Kau kenapa melakukan sendiri? Apa kau?" Tanya Minho duduk dan Chan berdiri. Chan langsung menggeleng.
"Bukan Minho, tidak seperti yang kau pikirkan" katanya. Dia kemudian duduk di samping Minho dan memeluk si manis.
"Apa? Aku jadi tersinggung" kata Minho. Chan lalu mencium pria manis itu.
"Akhir-akhir ini aku sangat stress, klien mulai aneh-aneh" katanya. Minho menjadi kebingungan karena itu.
"Aneh bagaimana?" Tanya Minho.
"Mereka ingin ide yang kau buat waktu itu, tapi jujur aku tidak mengerti" kata Chan. Minho kemudian memegang wajah Chan.
"Aku akan membantu mu, aku bisa membantu mu Chan. Kenapa kau tidak bilang?" Tanya Minho. Chan menunduk, dia benar-benar takut jika Minho lelah.
"Kau sedang hamil, jadi" Minho menutup mulut Chan dan memeluk pria itu dengan erat.
"Aku sangat percaya pada mu, jadi kau juga harus percaya pada ku" kata Minho. Chan tersenyum kemudian dia mengangguk pelan.
🔞
"Hah hah tungguhh" Minho meremas seprei saat Chan menggenjot lubangnya dengan cepat. Pria itu seperti melepaskan semua kerinduannya.
Cairan sperma itu kini sudah memenuhi lubang milik Minho. Setelah kebutuhannya terpenuhi Chan pun melepaskan penisnya dan memeluk kesayangannya itu.
"Terima kasih ya" katanya. Minho berbalik dan memeluk Chan. Keduanya terengah-engah saat itu.
"Kau bisa jalan kan?" Tanya Chan saat akan pergi dengan Minho. Minho nampak memukuli bahu milik Chan karena kesal.
"Ayo berangkat" katanya.
Setelah sekian lama Minho kembali ke ruangan itu. Dengan profesional pria manis itu menjelaskan semua idenya.
"Bagus sekali, kau memang hebat" kata semua orang bertepuk tangan.
"Tuan Bang kami akan menerima kerjasamanya" kata mereka pada Chan. Minho terlihat menunduk memberikan hormat.
"Kapan lahir?" Suara itu membuat Minho terkejut. Dia kemudian berusaha mengingat tafsirannya.
"Hari ini tafsirannya" katanya. Chan terkejut, bisa-bisanya dia lupa.
"Ah begitu" kata klien itu. Minho pun juga merasa aneh dia tak merasakan apapun juga.
"Minho kau benar-benar tidak sakit perut?" Tanya Chan saat mereka sudah kembali ke rumah. Minho berusaha merasakannya tapi dia seperti biasa saja.
"Tidak Chan, bagaimana ini?" Tanya si manis panik. Chan kemudian mengambil ponsel dan berusaha menelepon dokter. Sedangkan Minho duduk di sofa sambil mengusap perutnya.
"Minho katanya tidak masalah, kita tunggu satu minggu lagi kata dokter" kata Chan. Minho pun mengangguk pelan.
Minho kini tengah berendam di dalam bathup, sungguh benar-benar seperti surga rasanya. Gerakan aktif itu dia rasakan sejak tadi. Tapi entah kenapa dia mulai agak nyeri.
"Paling nyeri punggung seperti biasa" katanya kembali menutup mata. Namun entah kenapa dia menghirup aroma anyir dari dalam air.
"Darah?" Tanyanya terkejut melihat darah. Seketika saat itu perutnya langsung sakit dan ini sakitnya benar-benar sangat sakit.
"Chan!!" Teriak Minho. Dia berusaha bangun tapi sangat sudah.
Mata Chan terbelalak melihat itu, dia kemudian langsung menggandong Minho ala bridal dan membawanya ke kamar.
"Aduh sakit sekali" kata Minho sambil menegang perutnya. Chan berusaha memakaikan Minho baju, karena saat berendam dia telanjang tadi.
"Sebentar ya" kata Chan berusaha menengkannya. Setelah itu dia kemudian membawa Minho ke rumah sakit.
Chan ingin menangis saat melihat Minho sudah memakai pakaian operasi itu, apalagi saat disuntik obat bius dia seketika lemas.
"Tuan anda bisa tunggu diluar jika tidak berani ikut" katanya. Chan menggeleng dan dia juga ikut menggunakan pakaian operasi itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTER CHEF [BANGINHO] ✔️
FanfictionSi manis yang menyebalkan, entah kenapa semakin lama semakin enak dipandang. Warning -bxb -mature content -mpreg