Chan tiba-tiba menbalikan wajah Minho, pria manis itu nampak menutup matanya pura-pura tidur.
"Aku tahu kau bohong, ayo bangun kita sebaiknya bicara" kata Chan. Minho kemudian membuka matanya.
"Bicara apa? Ini sudah malam Chan" katanya.
"Aku tidak bisa tidur, karena mu. Aku selalu gelisah" kata Chan. Minho menunduk sambil memegang kedua tangannya.
"Apa kau tidak bisa menerima aku?" Tanya pria itu sambil memegang wajah Minho.
"Aku tahu aku bukan pria yang baik, tapi aku akan berusaha membuat mu bahagia dan aman Minho" katanya. Minho menjadi berkaca-kaca mendengar itu.
"Tidak, justru kau sangat baik" kata Minho lagi.
"Bagaimana Minho?" Tanya Chan lagi. Minho jujur belum bisa memutuskannya. Sepertinya ini terlalu cepat.
"Aku tidak bisa memutuskannya" kata Minho. Chan kemudian tersenyum dan memeluk Minho.
"Aku akan berikan satu bulan untuk mu, kita pacaran dulu. Jika kau merasa nyaman dan aman kita akan lanjutkan, tapi jika tidak kau pergi. Semua keputusannya ada pada mu" kata Chan pada pria manis itu.
Setelah hari itu, mereka pun nampak layaknya seorang kekasih. Semakin lama Minho mulai semakin nyaman dengan Chan. Apalagi Chan sepertinya benar-benar sangat menyukai Minho, dia rela melakukan apapun untuk kesayangannya itu.
"Aku besok ada pemotretan apa kau mau ikut?" Tanya Chan pada pria manis itu. Minho mengangguk sambil makan topoki kesukaannya.
"Wahh" kata Minho dengan memakai hoolide milik Chan. Dia berusaha untuk menyembunyikan Minho dari orang-orang.
Minho hanya duduk diam sambil melihat Chan dirias. Semakin lama dia melihat Chan semakin tampan.
Chan juga benar-benar seperti model terkenal saat berpose. Pacarnya itu memang seperti seorang selebriti.
"Tuan ini area privasi, anda tolong keluar ya" kata wanita itu pada Minho. Pria manis itu kemudian keluar dari ruangan foto itu.
Minho duduk di lobi menunggu Chan selesai berfoto. Jujur dia seperti sangat berbeda kelas dengan Chan.
"Minho kau di sini? Aku mencari mu" kata Chan saat dia menemukan Minho. Pria itu masih dengan pakaian lengkapnya dan riasan wajahnya.
"Tidak Chan, aku duduk di sini saja" kata Minho. Chan kemudian melihat tangan Minho bergetar.
"Kau sakit ya? Apa sesak lagi?" Katanya. Minho langsung menggeleng pelan.
"Ayo ikut aku" katanya. Chan menyelesaikan semua sesi fotonya dan pergi dari saja bersama Minho.
"Kau kedinginan ya?" Kata Chan sambil memegang tangan mungil itu. Minho menggeleng sambil tersenyum.
"Maaf ya aku sering sakit-sakitan dan membuat mu repot" katanya kemudian. Chan menggeleng dan memeluk bahu Minho.
"Aku tidak pernah merasa repot menjaga nu" katanya. Minho benar-benar sangat senang mendengarnya.
"Minho ini sudah hampir sebulan, bagaimana?" Tanya Chan sambil menggengam tangan kecil itu. Minho hanya diam saja meneguk salivanya.
"Chan tiba-tiba dingin, ayo bicarakan di rumah saja" katanya. Suasana kembali hening. Di perjalanan Chan melepaskan kametnya dan memberikannya pada Minho.
"Chan" kata Minho.
"Agar kau hangat, aku tidak mau kau sakit lagi" kata Chan.
"Ini Chan, aku masuk ke dalam ya" kata Minho sambil memberikan jaket itu pada Chan. Pria Bang itu menghela napas dan menahan tangan Minho.
"Kau selalu menghindari ku" katanya dia kemudian membawa Minho ke dalam dan menahan tubuh Minho.
"Chan apa yang kau lakukan?" Tanya Minho. Chan memegang wajah itu.
"Kau selalu menghindari aku Minho, aku tahu kau juga mencintai aku kan?" Kata Chan. Minho lalu menatap ke arah lain.
"Kau tidak bisa membohongi perasaan mu" kata Chan. Pria itu kemudian mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Minho perlahan. Dia melumat bibir Minho dengan sangat lembut, air mata Minho tiba-tiba tumpah saat mendapatkan perlakukan itu.
"Kau menangis? Maafkan aku" kata Chan. Minho menangis tersedu-sedu saat itu.
"Minho aku minta maaf, maaf membuat ku tidak nyaman" kata Chan panik.
"Justru aku hiks yang harus minta maaf, aku selalu merepotkan mu. Orang sakit-sakitan seperti aku tidak selalu akan merepotkan mu" katanya lagi. Chan tersenyum mendengar itu.
"Aku mencintai mu, aku rela melakukan apapun untuk mu" kata Chan. Minho menatap mata itu dengan mata bening berkaca-kaca miliknya.
"Katakan jika kau juga mencintai aku" kata Chan. Minho tidak bisa bohong tapi dia juga sebenarnya merasakan hal yang sama. Pria manis itu pun mengangguk sambil mengusap air matanya. Chan terlihat ikut menangis mendengar itu.
"Jadi apa kau mau menikah dengan ku Minho?" Tanya Chan. Minho pun mengangguk pelan. Mereka kemudian saling berpelukan satu sama lain.
***
Minho memegang tangan besar itu saat masuk ke dalam restoran keluarga tradisional itu. Hari ini adalah hari di mana keluar mereka akan bertemu. Minho juga sudah menghubungi kedua orang tuanya untuk datang.
"Minho tangan mu sakit dingin" kata Chan terkekeh merasakan itu.
"Iya aku sepertinya gugup" kata si manis. Chan kemudian berhenti di lorong itu dan memegang wajah Minho.
"Kau sudah cantik, jadi kenapa gugup. Anggap saja bertemu dengan kedua orang tua mu" kata Chan sambil mencium sekilas bibir tipis itu.
Saat mereka masuk semua orang nampak menyambut pasangan itu.
"Ohh ternyata calon menantu kita pria mangkuk yang dilempar itu ya?" Tanya pria itu saat melihat Minho.
"Dulu aku sangat menyukai ku di acara memasak, karena kau gagal aku jadi tidak menonton acara itu lagi. Semua ini karena Chan" katanya. Semua orang tertawa mendengarnya.
"Benar aku juga ibu, sepertinya aku ingin melempar Chef yang galak itu" kata Bang Ayu. Wanita itu lalu menyentil kepala anak perempuannya itu.
"Maaf ya kami benar-benar heboh" kata ibu Chan pada kedua orang tua Minho. Mereka terlihat tidak masalah.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTER CHEF [BANGINHO] ✔️
FanfictionSi manis yang menyebalkan, entah kenapa semakin lama semakin enak dipandang. Warning -bxb -mature content -mpreg