"Chan aku ingin buang air, aku pergi duluan ya" kata Minho pada pria itu. Chan mengangguk sambil membayar makanannya. Saat Minho berlari kecil tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sampingnya.
"Hai! Ikut aku" katanya. Pintu mobil itu tiba-tiba dibuka dan beberapa pria berusaha membawa Minho masuk.
"Chan!!! Tolong aku" katanya. Chan yang menunggu kembalian langsung berlari ke sana berusaha menolong Minho.
"Hai! Kau jangan macam-macam ya" kata pria yang berada di paling depan. Chan langsung menarik Minho dengan cepat.
"Jangan macam-macam pada calon istri ku, jika tidak aku akan melaporkan kalian ke penjara" kata Chan dengan amarah. Minho benar-benar takut saat itu juga.
"Jangan macam-macam kau, Minho itu tunangan ku" katanya. Chan tersenyum miring kemudian merogoh kantongnya.
"Aku sudah beli cincin pernikahan, sebulan lagi aku akan menikahi Minho" kata Chan. Pria itu nampak kesal dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Minho kau baik-baik saja kan?" Tanya Chan. Minho mengangguk pelan, tapi jujur tubuhnya masih sakit.
"Terima kasih ya, kau selalu membantu ku. Sampai kau mengatakan akan menikahi aku" katanya. Chan mengangguk pelan.
"Minho" kata Chan kemudian. Si manis pun menatap pria itu.
"Bagaimana jika aku benar-benar menikah dengan mu apa kau mau?" Tanya Chan. Minho nampak terkekeh mendengarnya.
"Kenapa? Bukankah ada orang uang kau sukai?" Tanyanya. Chan kemudian mengusap rambut Minho dengan lembut dan menatap wajah basah penuh air kata itu.
"Orang yang aku sukai itu adalah kau" katanya. Seketika jantung Minho berdebar mendengarnya. Dia jadi memalingkan wajahnya.
"Apa kau tidak menyukai aku?" Tanyanya. Minho langsung melepaskan tangan Chris dan mundur.
"Sepertinya karena kau sakit, ayo istirahat Chan. Aku juga akan istirahat" kata Minho langsung membuka kunci rumahnya. Chan jadi sedih melihat reaksi Minho.
"Sampai jumpa" kata Minho tanpa menatap pria itu.
Chan menatap cincin itu, sepertinya dia terlalu terburu-buru.
"Bagaimana jika Minho tidak mau bertemu dengan ku lagi?" Katanya sambil mengacak rambut frustasi.
"Huh aku benar-benar bodoh" kata Chan kesal pada dirinya.
Di sisi lain, Minho nampak duduk di depan kandang kucingnya saat ini. Dia terus mengikat apa yang Chan katakan tadi.
"Apa dia operasi tato karena aku? Apa Chan mendengar apa yang aku katakan dengan teman-teman waktu itu ya?" Gumam Minho.
Dia jadi merasa bersalah pada Chan, Chan seperti sangat berusaha menjadi pria yang Minho inginkan.
Saat beberapa kali bersih, Minho kemudian bangun dan pergi dari saja.
"Hahhh hahh hah" Minho tiba-tiba sesak lagi malam itu. Alerginya semakin lama semakin sering kambuh. Dia lalu bangun dari sana dan mengambil alat nebul itu.
Minho menghela napas, dia lupa bertanya cara memakai benda itu pada Chan.
"Ini sudah malam, aku tidak kau menganggu dia" kata Minho. Tapi rasa sesak itu benar-benar membuatnya menjadi tidak nyaman. Pada akhir dia pun bangun dan membawa alat itu keluar.
Dengan ragu Minho mengetuk pintu rumah Chan dan menyalakan bel pintu itu sesekali.
"Aku benar-benar tidak tahu malu, terus meminta tolong" katanya. Tapi karena sakit dan sesak Minho tidak punya pilihan lain. Mungkin besok dia akan pergi ke dokter saja untuk meminta obat dan alat aerasol yang lebih mudah dipakai.
"Chan hah maaf aku menganggu" kata Minho sambil memegang alat itu. Wajah Minho sudah sangat pucat sekali.
"Kau sesak lagi?" Tanya Chan langsung memegangi pria manis itu.
"Iya aku tidak tahu, kenapa ini terjadi" katanya. Chan kemudian membawa Minho masuk ke dalam. Minho akhirnya bisa menghirup oksigen dengan banyak dan uap itu membuat dia langsung lebih baik.
"Sudah?" Tanya Chan. Minho mengangguk dan bangun dari sofa.
"Terima kasih ya, besok aku akan ke dokter dan meminta obat dengan dokter. Aku tidak bisa menggunakan benda ini, aku tidak kau terus merepotkan mu" kata Minho padanya. Dia melihat cincin itu nampak tergeletak di meja Chan.
"Aku akan kembali, terima kasih Chan" kata Minho. Chan nampak menahan tangan Minho.
"Kau diam di sini saja dulu, besok aku akan mengantar mu ke dokter" katanya. Minho menatap wajah itu, terlihat datar dan sama seperti dulu.
Minho hanya diam saja di sana tidak mengatakan apapun, Chan jadi kesal karena kecanggungan ini.
"Kau tidak tidur?" Tanya Chan lagi. Minho langsung mengangguk dan merebahkan dirinya di sofa.
"Ayo ke sini, tidur di sini" kata Chan. Minho agak ragu dan takut.
"Tidak aku akan tidur di sini" katanya.
"Minho" panggil Chan kesal.
"Tidak apa Chan aku baik-baik saja" katanya. Chan kemudian berjalan ke hadapan pria itu.
"Kau kira aku mesum seperti Juyeon, ayo jangan membantah" katanya. Minho pun bangun dan mengekor pada Chan.
Keduanya tidak bisa tidur malam itu, mereka saling memunggungi satu sama lain.
Minho berusaha mengusap dadanya, dari tadi jantungnya berdebar kencang.
"Kau sesak lagi?" Tanya Chan yang peka.
"Tidak Chan, aku baik-baik saja" katanya. Pria itu kemudian terdengar bergerak. Minho tiba-tiba merasakan tangan pria itu melingkar di pinggangnya.
"Coba aku periksa" katanya sambil meraba dada Minho. Minho jadi merona saat itu.
"Kenapa kau gugup? Apa kau menyukai aku juga?" Tanyanya. Minho langsung melepaskan tangan Chan.
"Kau kenapa berpikir seperti itu?" Tanya Minho kemudian.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTER CHEF [BANGINHO] ✔️
FanfictionSi manis yang menyebalkan, entah kenapa semakin lama semakin enak dipandang. Warning -bxb -mature content -mpreg