Aloo Halooo Semuaaa. Apa kabar nih? Masih semangat enggak sih menunggu si pelukis naklukin penulis? Masih dong yaa. Kan baru awall hahaha.
Oh iya gimana nih part 1 nya? I hope kalian suka yaaa. Oke deh lanjut baca yuk. Chapter kali ini bakal membuat kalian jadi greget sama si dingin.
Happy reading all ....
***
Pagi-pagi sekali seorang Eonia sudah bangun. Gadis itu juga sudah mandi dan menggunakan seragam lengkap. Pakaian hari ini bukan memakai almamater. Hanya kemeja putih dibalut vest warna cokelat hitam. Tidak memakai dasi dan menggunakan rok selutut hitam dengan garis putih di bawah rample. Penampilan Eunoia sangat cantik sekali. Rambut gadis itu dibiarkan tergerai dan dibuat gelombang. Poni gadis itu dibuat belah tengah.
Semua buku sudah dimasukkan ke dalam tas hitam. Eunoia keluar kamar untuk mencari makan. Ketika sampai depan kantin ia menghela napas kesal. Ternyata belum ada yang buka. Gadis itu keluar gerbang untuk mencari makan di tempat nongkrong semalam. Berharap sudah ada yang buka. Ternyata zonk. Ya sudah mau tidak mau ia kembali ke kamar.
Ketika di gerbang, gadis itu tak sengaja menubruk dada bidang milik seseorang. Ia tadi jalan sambil bermain ponsel. Aroma citrus dari parfum milik orang tersebut menusuk hidung. Perasaan takut mencengkeram hati membuat perutnya seketika mulas. Ia takut kalau orang ini akan marah. Pelan-pelan ia mendongak dan menatap mata cokelat pria itu.
Seketika Eunoia menjauhkan diri dari orang itu. “Sorry. I didn’t mean to.” Cemas langsung terlukis jelas di wajah Eunoia. Berkali-kali gadis itu meneguk saliva. Takut kalau orang yang sejak tadi diam akan marah.
Pria itu tersenyum tipis. “Are you ok?” tanya dia lembut.
Agak syok sekaligus lega saat mendengar nada lembut itu. Tidak disangka kalau pria berwajah asli Sunda itu akan berkata selembut itu. Malah pria itu memberi senyuman yang jarang didapatkan. Pria rahang tegas dan alis tebal itu malah mengulurkan tangan.
“Adiwangsa Dwi. Panggil Dwi atau Adi. Aku tanya kamu enggak apa-apa? Maaf tadi enggak seharusnya aku jalan sambil bengong.”
Eunoia membalas uluran tangan itu. “Aku Tria. Kamu enggak salah. Aku yang salah. Seharusnya aku enggak main HP. Hehe.” Gadis itu menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Jabat tangan itu dilepas.
“Kamu mau ke mana pagi-pagi sudah di luar? Mana sudah rapi lagi?” tanya Adi.
“Tadi mau cari sarapan cuman masih tutup.” Sadar kalau pria itu juga berpakaian rapi. “Kamu sendiri sudah rapi saja. Mau cari makan juga?”
Adi menatap lawan bicara. “Aku biasa sudah rapi kalau jam segini. Sekolah juga bakal mulai jam 07.00. Itu artinya satu jam lagi.”
“Cepat juga ya masuk jam segitu.”
“Iya begitulah. Oh iya mau ditemani cari sarapan? Aku tahu tempat yang bagus di mana.”
Eunoia mengangguk antusias. Ia berjalan di belakang cowok yang tinggi banget. Dirinya saja hanya mencapai bawah pundak. Di belakang Adi nada-nada indah mulai terdengar pelan. Hanya dia dan alam yang dengar.
Adi berhenti mendadak dan membuat kepala gadis itu membentur punggung lebar itu lagi. Laki-laki tinggi itu menoleh. “Astaga! What are you doing, Tria? Kamu kenapa hobi banget kejedot sama aku.” Lagi-lagi dia cemas. “Kamu enggak apa-apa kan? Enggak amnesia kan?” sambung lelaki itu panik.
Terdengar lucu, tapi tidak jelas bagi gadis yang masih memakai sandal jepit. Hanya raut wajah datar dengan hati yang tertawa karena hal itu. Tawa Eunoia semakin tak tertahan saat melihat wajah Adiwangsa yang semakin panik bahkan hampir menangis.
“HAHAHA. YOU’RE RIDICULOUS. Masa iya cuman kejedot punggung langsung amnesia. Nangis banget ah.”
Adi langsung salah tingkah dibilang begitu. Malu sih karena saking panik sampai tidak berpikir sejauh itu. Malah melayangkan pertanyaan tidak penting. Adi menoleh ke kanan ke kiri. Laki-laki itu tersenyum saat melihat warung rahasia gengnya sudah buka.
“Ayo masuk. Sudah banyak kok yang matang lauknya.”
“Ayo,” jawab Eunoia seadanya.
Cowok berompi cokelat itu menoleh. “Jalan di sebelah gua. Jangan di belakang. Takut kalau nanti kejedot lagi terus amnesia,” titah lelaki itu dramatis.
“Iya.”
Mereka berjalan berdampingan ke dalam. Adi memesankan makanan untuk dia dan pasti gadis di sebelahnya. Setelah selesai memesan Adi mengajak Eunoia untuk duduk di meja pojok. Dua insan beda gender itu duduk sambil mengobrol-ngobrol. Mencari tahu masing-masing dari mereka.
♡♡♡
Suara berisik anak kelas dekat koridor terdengar sampai luar. Namun, suara keributan itu seketika berhenti saat Mrs. Ani selaku guru PKN masuk ke kelas. Mrs. Ani mengajak Eunoia masuk ke dalam dan menyuruh gadis itu berkenalan.
Gadis dengan rambut hitam bergelombang berdiri di tengah. Ia menghela napas, lalu tersenyum sebelum mulai memperkenalkan diri.“Good morning everyone. Today i would like to introduce myself. Hello my name is Batrisyia Bestari Eunoia. R. You can call me Eunoia or Eu or if you guys can speak my first name, you can call me with that. I’m from SMA Utara. I’m 17 years old and i’m single.” Murid laki langsung menggoda saat Eu bilang kalau dirinya single. “Nice too meet you.”
Mata Eu menyapu seluruh ruangan. Seketika meringis saat melihat pria jangkung sedang menunduk dengan kedua telinga tersumpal earphone. Pria itu duduk sendiri di bagian meja paling belakang. Murid di kelas 11 IPS 3 sebelumnya berjumlah genap, tapi mengapa ia bisa duduk sendirian? Bodo amat deh sama dia.
Kedua netra mereka saling bertemu saat Eu menatap lelaki itu. Dari jauh pria itu memberi respons dengan mengangkat sebelah alis. Kode itu justru membuat Eunoia tidak mengerti dan malah menunjukkan ekspresi seperti ‘ih apasih’.
Melihat respons jijik dari Eu membuat pria itu terkekeh. Suara kekehan itu mengundang atensi para siswa. Semua tercengang saat seorang Alvarendra Kawindra terkekeh. Sebelumnya lelaki itu enggan bicara apalagi terkekeh. Ekspresi Indra seketika kembali datar dan kembali fokus dengan kegiatan semula.
Mrs. Ani mendekati Eunoia. “Eu, you can sit with him.” Satu tangan menunjuk bangku Indra. “He is alone since his chairmate moved on.”
Eunoia mengangguk. “Alright, Ma’am. Thank you.”
“Ok. You may sit down.”
Gadis itu melangkah ke arah belakang. Ketika sampai sana, pria itu enggan memindahkan tas hitamnya. Hal itu membuat kesabaran Batrisyia yang setipis tisu jadi habis. “Excuse me, Mr. Jutek. Can you move your bag? please.”
Dengan berat hati ia memindahkan tasnya menjadi di sebelah bangkunya. Buku gambar berisi sketsa hitam putih dimasukkan ke dalam loker meja. Sekarang di atas meja putih itu sudah berganti menjadi buku tulis dan buku paket.
Karena tidak ada yang mulai percakapan suasana bangku belakang menjadi tidak enak. Eunoia menyalakan ponsel dan membuka ruang obrolan dengan Giana. Semalam keduanya sudah saling bertukar kontak dan mengobrol sampai akrab.
Me
Gi, parah banget ih kelas IPS 3
Giana Panjaitan
Kenapa?
Me
Aku sebangku sama cowok jutek banget
Udah mana tadi pas aku mau duduk dia sengaja banget gak mindahin tasnya.Giana Panjaitan
Wkwkwk agak ngeselin ya. Sabar ya, Eu
Me
Hm. Baru juga masuk udah cobaan
Giana Panjaitan
Hahaha. Jangan gitu lho. Nanti jodoh
Me
Idih. Amit2. Aku belum bisa move on kali dari mantanku
Giana Panjaitan
Widih punya mantan nih
Me
Punya dong
Giana Panjaitan
Nanti balik kelas mampir jajan di depan yok
Me
Ayok
“Kalau guru jelasin minimal perhatikan.”
Bagai disengat listrik saat mendengar suara berat itu. Tubuh gadis itu sedikit tersengat. “Are you talking with me?” Ia menunjuk diri sendiri.
“Nope. I’m talking with air.” Bisa juga dia menjawab asal. Hal itu membuat Eu menjadi gemas sendiri. Laki-laki sedingin kutub itu bisa nyeplos asal.
“Cie bisa bercanda,” goda gadis itu. Mulutnya tersenyum jahil sambil menatap lelaki berwajah datar.
Kawindra hanya melirik sekilas. “Bocah freak.”
“Baru tahu aku freak.”
Mendengar kata ‘aku’ membuat Indra menoleh. “Pakai gua-lu aja. Geli gua kalau lu bilang aku. Enggak terbiasa,” ketus pria itu.
“Siap. Aku bakal nurut.” Sengaja menekan sebutan terlarang itu.
Dari jauh, 2 teman Indra berbisik-bisik karena cowok yang biasa mengunci bibir akhirnya bisa bersuara. Bersama mereka saja dia malas untuk buka mulut. Namun, entah mengapa dengan gadis baru itu ia malah mau buka suara.
“Cie mulai ada perubahan. Biasanya bisu,” teriak Julian dari meja nomor 4 pojok tembok.
Indra hanya melirik temannya dan fokus mencatat penjelasan guru. Ia malas menanggapi itu semua dan memilih kembali ke mode awal. Dia juga sadar kalau dirinya agak aneh. Indra bertekad besok tidak begini lagi.Bersambung....
Jangan lupa votenya sebelum lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
11-01
Teen Fiction"Kita abadi pada karya masing-masing" Batrisyia Bestari Eunoia Rembulan pindah sekolah karena titah dari orang tuanya. Eunoia pindah ke sekolah bergengsi bernama Diamond Star Senior High School. Sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Eunoia ber...