Eunoia menoleh kepada teman sekamarnya. “Gi, lu sama dia ada masalah ya? Kok tadi kalian kayak orang diam-diaman?” tanyanya heran.
Giana mematung. Bibirnya mengatup seakan ada lem yang sulit membuat terbuka. “Eu, di kantin ada makanan paling enak tahu. Mau coba enggak?” Pengalihan topik itu semoga bisa membuat Eunoia berhenti kepo.
Eunoia memilih pura-pura tidak tahu kalau gadis cantik di sampingnya sedang mengalihkan topik. “Boleh. Memang apa makanannya? Kok sampai dijuluki paling enak?” Untuk menutupi sandiwaranya, Eu berusaha semangat.
Sambil jalan, Giana menjelaskan semua. Hal-hal paling menarik saat di kantin sampai makanan yang paling digemari dan cepat laris. Ketika sampai di depan pagar kecil yang menghubungkan antara kantin dengan gedung Merkurius, tangan Eunoia langsung menarik ke belakang pagar warna hitam itu.
Ketika keluar pagar, otomatis mereka sudah di kantin. Buru-buru Giana mengajak untuk belok kiri. Karena kantin itu ada di dekat vending machine . Rasa kecewa tampak di wajah keduanya. Warungnya sudah tutup terlebih dahulu dibanding yang lain.
“Betul kata gua. Ini yang paling tutup duluan.”
“Jualan apa memang itu?”
Kedua tangan mungil memegangi rambut yang sedang dijadikan 1. “Bakmi. Ini itu paling banyak isinya. Sudah begitu lu bisa milih mau toping apa. Belum lagi harganya murahh banget,” jelas Giana. Dia sangat semangat kalau me-review kantin.
“Lu mau sekalian beli makan tidak?” tanya Giana.
“Boleh deh. Gua enggak ada makan sore soalnya.”
Untuk makan sore, penghuni lama sekolah elit itu mengajak ke tempat aneka seafood. Ini rajanya makanan berat. Banyak sekali jenis masakan. Salah satunya adalah cumi asam manis yang dipesan oleh Eunoia.
Seusai memesan dan bayar, kedua gadis itu duduk di bangku hitam dekat pagar kecil tadi. Eunoia tertawa karena mendengar cerita Giana. Aneh-aneh saja tingkah makhluk itu. Tawa Eu berhenti setelah Giana bercerita kalau dia akan pergi jalan-jalan bersama cowok yang match di aplikasi dating. Kencan Giana dan lelaki itu akan dilaksanakan Sabtu ini.
Giana melambaikan tangan ke atas saat melihat gadis tinggi kurus melintasi mereka. “Kelly!”
Perempuan dengan celana jin sepaha tersenyum, lalu melambaikan tangan juga. Ia membelok untuk menghampiri Giana. “Ngapain lu di sini?” tanya Kelly. Di belakang Kelly ada perempuan bertubuh tinggi besar yang hanya diam.
Kepala Giana digoyang-goyangkan. “Menemani teman gua.”
Kelly melihat ke arah Eunoia yang hanya diam. Tiba-tiba saja Kelly mendekat. “Halo nama kamu siapa?” tanya Kelly ramah.
“Batrisyia Eunoia. Panggil Eunoia kalau enggak belibet, tapi kalau belibet panggil Tria saja.”
Kelly tersenyum. “Tria saja. Namamu agak susah diucapkan.”
“Memang. Kamu satu kelas sama Giana?”
“Iya sama dia juga.” Wanita berambut pirang menunjuk kawan yang sejak tadi diam.
Eunoia mengangguk. Ia melihat dan seakan tahu siapa gadis yang bersama Kelly ini. Pandangan teman Kelly dengan Eunoia bertemu. “Lho? Nia?” Kaget karena bertemu teman sejak SMP dulu. Dia pikir akan lost contact dengan sahabat dekatnya itu.
Teman Kelly menunjuk Eunoia. “Eu? Kok kamu sekolah di sini?” tanya Nia masih belum percaya.
“Iya. Aku dipindahin ke sini.”
“Kenapa dipindah?” tanya Nia.
“Ada sesuatu. Biasalah. Oh iya kamu sama temanmu mau beli makan juga?”
KAMU SEDANG MEMBACA
11-01
Teen Fiction"Kita abadi pada karya masing-masing" Batrisyia Bestari Eunoia Rembulan pindah sekolah karena titah dari orang tuanya. Eunoia pindah ke sekolah bergengsi bernama Diamond Star Senior High School. Sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Eunoia ber...