Semenjak kejadian minggu lalu, Eunoia dan Indra menjadi jaga jarak. Tempat duduk sudah bergilir dan sekarang Eunoia duduk di sebelah Nazeela. Gadis itu duduk di belakang seorang pria yang selalu baik dan ramah dengannya.
Kejadian itu membuat Indra hanya bisa menatap kesal perempuan incarannya. Setiap melihat gadis itu tertawa bersama pria berambut two block hitam, tangannya mengepal. Seakan ingin memukul siapa saja di depannya. Indra belum meminta maaf karena dia gengsi. Jadilah, mereka saling diam.
“Muka lu merah begitu.” Julian memegang dagu Indra dan melihat kanan kiri wajah itu.
Indra menepis tangan itu. “Don’t touch me!” sinisnya.
Julian si ahli perempuan paham dengan situasi ini. Dia tahu kalau Indra suka dengan Eunoia dan dia cemburu saat gadis itu mengobrol dan bercanda dengan Adiwangsa. Ditambah dengan mereka saling suap-suapan. Mencoba kue yang dibawakan oleh orang tua Eunoia semalam.
“Enak ya, Di, Naz?” Suara cempreng wanita itu terdengar sampai depan.
Telinga Alvarendra semakin panas dan memerah mendengar tawa dan suara hangat Eunoia terhadap temannya. Lelaki itu terus menoleh ke belakang. Mata elangnya semakin menajam saat Adi dengan lancang menyuapi gadis yang ditaksirnya.
Laki-laki berkalung rantai itu menepuk bahu Indra. “Better you ask apologize . Jangan diam dan jadi pengecut,” nasihat Julian.
Indra menghela napas pendek. “I don’t know what i should do? How to start it?” desah pria itu.
Julian menjentikkan jari. “Gampang. Bilang saja ‘Hai, aku minta maaf ya’. Sudah beres.” Kedua tangan ditekuk dan dibawa ke belakang kepala. Kedua kaki diluruskan. Sudah seperti bos saja gayanya.
“I won’t do it.”
Penuh emosi lelaki rambut berantakan itu mengusap wajahnya kasar. Memiliki teman sedikit gengsian adalah bencana terindah yang diberikan Tuhan. “Adu tinju mau enggak?” tawar Julian dengan nada lelah.
“Malas.”
Geram yang dirasakan sudah mulai mengalir. Ingin sekali meremas lelaki rambut cokelat gelap ini. “Terserah lu. Kalau Eunoia diembat Dwi lu jangan heboh ke gua. Bye.” Lelaki itu meninggalkan cowok yang masih menatap dingin sekitar sendirian. Meladeni Alvarendra Kawindra adalah hal yang akan menguras emosi. Lebih baik bucin dengan Bianca.
♡♡♡
Riuh suara murid berebutan memesan makanan adalah pertunjukan menyenangkan, tapi agak ganggu pendengar. Suara sahut-sahutan itu membuat pusing bagi seorang introvert. Contohnya pada gadis yang rambut hitamnya dicepol. Dia memijat kepala karena tidak betah di sini.
Cowok yang sedang makan siomay jadi berhenti setelah melihat gelagat gelisah dari perempuan yang duduk di depannya. “Are you ok?” tanyanya.“Di, you masih lama enggak yang makan?”
Adi melirik piring yang sudah kosong. “Sudah selesai. Mau balik ke kelas?” Ketika ditanya, respons yang diberikan gadis itu mengangguk lemah. Pelan-pelan Adi menuntun Eunoia untuk berdiri dan membawa gadis itu menjauhi Kantin.
Perasaannya membaik saat melewati koridor yang sepi. Sakit kepala mulai hilang. Sekarang wajah gadis itu kembali ceria.
Pria yang menjulang tinggi sedang berjalan santai di sebelah kirinya. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. Sesekali pria itu membalas ramah sapaan dari murid-murid Diamond Star.
“Sore jalan yuk.” Adiwangsa memecah keheningan.
“Boleh. Mau ke mana?”
Adi berpikir sejenak. Dia tersenyum saat ada ide yang datang. “Suka ke toko buku enggak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
11-01
Teen Fiction"Kita abadi pada karya masing-masing" Batrisyia Bestari Eunoia Rembulan pindah sekolah karena titah dari orang tuanya. Eunoia pindah ke sekolah bergengsi bernama Diamond Star Senior High School. Sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya. Eunoia ber...