Bestie

9 0 0
                                    

Siang ini Eunoia dan teman sekamarnya makan berdua di kantin. Sebenarnya bertiga, tapi karena Nazeela tahu Giana datang menghampiri jadi tinggal berdua. Dua remaja putri itu tertawa bersama. Kadang Eunoia mencandai gadis aneh itu.

Sekarang menambah ada Julian dan Rangga yang ikut gabung. Dua lelaki itu duduk di seberang Eunoia dan Giana. Julian, Rangga, dan Giana saling berkenalan.

"Teman lu cakep juga, Tri." Kedua alis Rangga bergerak ke atas saat memandang Giana yang menatap dia tajam.

Rambut pendek itu dikibas ke belakang. "Kayak orang cabul." Tanpa filter mulut perempuan itu mencerocos.

Sebagai temannya, Eunoia menjadi agak malu. "Gi. Jangan begitu lah," desis wanita jaket hitam kulit kepada cewek yang setiap malam menemani tidur. Agak malu karena Giana ini frontal sekali.

Julian sengaja menggoda perempuan mungil itu. "Kenapa ya cewek seberang itu cantik banget ya? Abang jadi klepek-klepek deh, Dek." Satu kedipan maut melayang.

Giana jijik dengan suara Julian. "Eh, Julianto. Lu kalau jadi aktor film biru cocok deh. Kelihatannya sudah pro." Gadis itu menjawab menyolot.

"Mana ada gua pro, Granat." Granat adalah panggilan asal Julian kepada Giana. Dahulu mereka sempat 1 kelas. Namun, di semester 2 kelas 10, Julian tidak kuat dengan pelajaran IPA. Lelaki itu memutuskan pindah jurusan di kelas 10 semester 2.

Mulut Giana itu tajam. Semua orang bisa saja kena roasting gadis rambut bob itu. Granat adalah sematan yang cocok untuk mendefinisikan gadis itu. Bisa meledak dan menyakiti orang lain. Sama persis dengan ucapan wanita itu.

"Lu pada kok bau badan ya?" komentar Giana saat mencium aroma tidak enak.

Julian dan Rangga langsung menekuk lengan untuk mencium aroma mereka. Benar kata Giana. Mereka bau keringat karena sebelum ke kantin, Julian dan Rangga bermain basket bersama anak IPS 1.

Eunoia merasa tidak enak dengan teman-temannya. Secepat mungkin ia harus membawa roommate ke suatu tempat. Rasa malu sudah tak bisa dibendung lagi. "Gi, lanjut ke perpustakaan yuk." Berharap ajakan ini bisa membuat Giana patuh.

Giana mengangguk. "Ayo." Ia menatap dengan tatapan mengejek 2 pria yang sedang duduk manis. "Bye, manusia bau," ujarnya. Dua pria tadi hanya menyoraki Giana.

♡♡♡

"Gila, sih lu. Bisa-bisa bilang begitu ke mereka," geram Eunoia.

Masih dengan tampang tak berdosa Giana menjawab, "fakta kok. Salah sendiri bau." Tanpa beban tanpa salah kata-kata tajam itu keluar.

"Ya, tapi enggak begitu juga. Haduhh."
Giana menatap perempuan tinggi itu penuh selidik. "Lu suka sama mereka ya? Kasih tahu dong? Suka Julian atau Rangga?" desak gadis itu.

Si curut bisa-bisanya bilang begitu.
Eunoia menggeleng kuat. "Gua enggak suka sama mereka. Mereka itu sudah punya pacar. Julian sudah punya Bianca. Nanti gua bisa digaplok sama Bianca-Bianca itu." Bahunya bergidik saat imajinasi pelabrakan antara dia dan Bianca muncul.

"Oh, jangan-jangan lu suka sama kembarannya si Rangga-Rangga itu?"
Sesaat wanita surai hitam panjang itu terdiam. Apa mungkin dia suka sama Adi? Kayaknya tidak mungkin deh. Dia hanya kagum karena Adi baik. "Enggak juga," jawab Eunoia.

"Masa sih, bestie?" Gadis itu menggoda temannya. "Perasaan lu sama kembaran si Rangga berduaan terus. Kayak orang pacaran," sambung wanita itu.

Tatapan tidak biasa saat tahu-tahu Giana memanggil dia 'bestie'. Kayak aneh saja saat mendengar kata itu. "Tumben panggil gua bestie. Biasanya panggil, Tri."

11-01 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang