•MIH08•

24K 1.2K 10
                                    

"Hiks..hiks... Hikss..."

Dera terjaga saat mendengar suara tangisan, mematung sejenak 'itu satan?' tanyanya dalam hati, iapun menutup matanya kembali, mencoba menghiraukan suara tersebut, tapi matanya spontan terbuka saat ia mengingat bahwa ia tadi membawa manusia lain ke rumahnya, mengehela nafas melihat jam sudah pukul 2 A.M. menoleh tidak suka ke arah seseorang yang sedang meringkuk di pojok kamarnya, ia sangat benci ketika harus bangun di jam-jam seperti ini apalagi ini jam 2 waktunya para makhluk dunia lain bangkit, ia pasti akan susah untuk tidur kembali.

"Nyusahin banget sih!" Derapun beranjak menghampiri Leo.

"Heh! Kerjaan lo nangis aja terus yah! ini udah tengah malam, bisa gak sih diam? Dasar idiot!  Bagus-bagus gw suruh masuk ke kamar tapi  lo malah ganggu tidur gw! Sekarang lo keluar tidur di luar!" Bentak Dera sambil menarik lengan kurus Leo yang semakin terisak, Dera terus menyeret Leo keluar kamarnya dan membawa Leo kedapur.

"Tidur di sini awas aja lo masuk ke kamar gw, gw pukul lo!" Ancam Dera berlalu meninggalkan Leo yang menangis  meremas perutnya yang sakit, ia sangat lapar biasanya dia akan memainkan rambut panjangnya, untuk mengalihkan rasa laparnya, ditambah lagi pahanya masih ngilu, bibirnya tambah perih saat air matanya mengenai lukanya itu.

Dera memang tega, jangan berharap Dera akan berbaik hati kepada Leo yang sudah memperkosanya walaupun Leo tidak sadar tapi sakit Dera itu nyata, Leo itu idiot jadi Dera pikir ia bisa memperlakukan Leo sesuka hatinya.

🦋🦋🦋

Matahari belum menampakkan dirinya, Dera sudah bersiap ingin membuat sarapan, ia mencepol asal rambutnya dan memulai memasak nasi goreng, kalau sarapan paginya harus nasi kalau gak yah gak sarapan, setelah itu ia menyiapkan dua piring untuknya dan untuk orang yang sedang tertidur di kolong meja makan.

Setelah selesai, Dera menghampiri Leo,
Ia mengamati Leo yang masih terlelap, matanya sembab, hidungnya merah, bibirnya pucat, raut mukanya terlihat  sedih walaupun ia sedang tertidur, tapi Leo masih ganteng. Merutuki dirinya, lalu ia menepuk pipi Leo yang cemong.

"Bangun Leo kalau lo mau makan." ucap Dera membangunkan Leo.

Leo membuka matanya sayu, ia menatap Dera, mencabikkan bibirnya,air matanya mulai menggenang.

"ini nih yang gw gak suka, nangis aja terus, kalau lo nangis gw batal kasi makan." ucap Dera beranjak, iapun mulai memakan sarapannya duluan.

Setelah itu, ia bergegas mandi dan memakai seragamnya, ia akan berangkat sekolah, ingin memberi tahu Dian tentang kejadian kemarin secara langsung, sesudah siap ia kedapur melihat Keadaan Leo,  mulutnya tanpa sadar terbuka melihat cara Leo makan.

"Leo! Lo jorok banget sih hah!" bentak Dera melihat cara makan Leo berantakan, nasi berceceran.

"M-maaf Dera nanti Leo bersihin, kalau Leo makan memang kayak gini." cicit Leo pelan.

"Ishh Sini cepetan!" Dera mengambil piring makan Leo, lalu membersihkan mulut Leo yang belepotan, iapun menyuapi Leo dan Leo memegang ujung seragam Dera,  kebiasaan. Dera tidak ambil pusing.

"Dera mau sekolah?" tanya Leo dengan mulut penuh.

"Bacot. Diem, makan!" Balas Dera datar, membuat Leo semakin mendekat ke Dera nanti kalau Dera marah ia akan langsung memeluknya, agar Dera tidak jadi marah, tanpa tau Dera akan naik pitam kalau Leo melakukan itu.

Setelah makan 2 piring, akhirnya Leo bilang kenyang, Derapun menarik Leo ke kamar mandi.

"Masuk trus mandi jangan lama-lama." Dera mendorong Leo masuk.

"Mandiin..." rengek Leo minta ditampol². Dera melototinya tajam,Leo cengengesan lalu mencium pipi Dera, dan langsung menutup pintu kamar mandi.

"Cihh.. dikasih hati minta paru-paru." gumam Dera lalu memilih pakaian yang cocok untuk Leo, ia belum membelikan pakaian untuk Leo, uangnya tinggal dikit, ayah Leo belum mengtransfer mereka, pilihannya yaitu Hoodie dan celana training.

Setelah Dera selesai memakaikan Leo baju, iapun bersiap berangkat sekolah, ia sengaja bangun subuh tadi, agar tidak terlambat, soalnya  mulai hari ini ia akan mengurus perut lain selain perutnya, ia benci Leo tapi kasihan juga, Dera tidak bodoh, ia tahu bahwa Leo ini anak broken home setelah melihat perlakuan orang tua Leo kemarin, tapi Dera tidak bisa selalu kejam ke Leo seperti semalam dan baik seperti pagi ini. Jangan tanya, Dera juga tidak tahu,entahlah kenapa.

Dera berangkat naik angkot, ia sudah mengirim pesan ke Dian agar tidak perlu menjemputnya, pasti Dian masih ngorok kalau jam segini, setelah sampai di sekolah ia melewati gerbang, tersenyum bangga ketika melihat pak mario melongo melihatnya.

Sampai di kelas menyimpan tas lalu, memejamkan mata mengumpulkan kekuatan agar nanti ia terlihat baik-baik saja saat didepan Dian, membuka sedikit matanya saat merasakan seseorang mendekat ke arahnya.

"Ra tumben cepet datang?" tanya Dylan duduk di bangku sebelah Dera.

"Iya nih gw udah insap." balas Dera menatap Dylan, aduhh Dylan ini kalau pagi-pagi gantengnya minus, soalnya rambutnya masih tersisir rapi, tidak tahan Derapun mengacak rambut Dylan.

Dylan menatap Dera malas, ia sudah biasa. Sudah tahu. Ia menyesal saat bertanya alasan Dera sering mengacak rambutnya. Menghela nafas, mengingat itu membuat perasaanya tergores sedikit.

"Dera lo punya gebetan selain gw?" tanya Dylan menatap mata Dera.

"Gak ada selain lo, lo kenapa sih gak mau nerima gw, gw kurang apa coba, capek gw nunggu lo dari kelas 1 atau jangan-jangan lo suka Dian yah, gak papa kok kalian cocok." ujar Dera membalas tatapan Dylan.

"Gak. Mana ada, cuman lo terlalu baik buat gw, udah yah gw ke Arfan dulu." balas Dylan saat melihat Arfan masuk.

"Gw gak punya crush selain lo, tapi gw udah punya suami." gumam Dera menatap punggung Dylan yang menjauh.

"WOYYY! Kamu siapa? Aku dimana? Kok kamu aneh?" suara itu mengagetkan Dera yang baru saja akan menelungkup kepalanya kembali, mendongak melihat Dian yang sedang berlagak kaget menutup mulutnya.

"Owohh... Ekhem ahee.. gimana rasanya di aw hah?" Tanya Dian berbisik setelah duduk disebelah Dera.

"Diann..." Ucap Dera tersenyum dengan mata yang mulai berkaca-kaca, sontak Dian menarik Dera turun ke bawah meja,  matanya juga mulai berkaca-kaca.

"Lo gak papa kan? Kok bisa sih,gw  gak nyangka banget, kak Bella kasi tau gw semalam, gw pengen ketemu suami lo biar gw kasi pelajaran tu orgil, Dera gimana coba kalau lo sampe hamil?" Bisik Dian, ia marah pada Bella yang membiarkan Dera pergi sendiri ke toilet sudah tau Dera ini kalengnya gak penuh.

"Gw gak tau. Semoga aja gak,kan cuman sekali doang tapi dia keluarnya berkali-kali, nanti temenin gw cek yah, gw udah di kasih tespek sama kak Bella." balas bisik Dera dan Dian mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Ganteng gak ra? Namanya siapa? Jangan sampe dia mirip genderuwo." Kelakar Dian.

"Gantenglah, namanya Leo, kalau dia mau ambil aja." balas Dera santai ia sekarang sudah merasa baikan, Dera kira Dian akan marah, tapi ternyata tidak.

"Eeh lo mau gw jadi pelakor? Enak aja." ujar Dian mendelik.

"Hahaah siapa tau, soalnyakan Leo ganteng dia gak gila kok, cuman agak gimana gitu."
Ucap Dera.

"Gw embat nang- aduuuh!!" ucap Dian sembari keluar dari bawah meja tapi  terpotong saat tiba-tiba penghapus menimpuk kepalanya.

Dera secepat kilat juga keluar dari bawah meja iapun duduk dengan gaya murid rajin menatap kedepan papan tulis tanpa berkedip.

Dian menoleh dengan kesal, tapi raut mukanya langsung berubah saat tahu bahwa ada cekguk di depan.

"Hehhe ibu udah masuk yah, maaf bu tadi saya lagi bersihin kolong meja banyak dosanya." ucap Dian dengan senyum ramah lalu duduk dengan tenang hingga tatapan guru itu terputus lalu lanjut menjelaskan materi.





TBC

 My Idiot Husband [END] VER. PDF✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang