•MIH17•

15.5K 888 22
                                    

 
   Asap mengepul dari secangkir kopi hitam yang terletak di atas meja yang terbuat dari kayu jati, selera bapak-bapak. Panas secangkir kopi itu berbeda dengan atmosfer disekitarnya yang mulai mendingin. Seorang lelaki paruh baya menatap tanpa arti wanita paruh baya yang berdiri didepannya yang  juga sedang menatapnya datar terkesan malas,

"Silahkan duduk," ujar lelaki itu dengan senyum kecil di sudut bibirnya, mempersilahkan wanita di depannya untuk duduk.

" Tidak usah basa-basi. Saya tidak punya banyak waktu, cepat telpon saja anak itu." Tekan wanita itu melipat tangannya, memasang gaya angkuh.

"Cih..sangat angkuh. Jangan terlalu merasa tinggi hanya karna kamu menikah dengan lelaki yang cukup berada, siapa yang akan tau jika besok kamu kehilangannya? yang ada hanya rasa malu." Ucapan lelaki itu terdengar seperti nasihat tapi tidak demikian bagi wanita itu, tangannya sudah terkepal di samping tubuhnya,

Braakkk!!

Suara gebrakan meja yang keras membuat lelaki itu sedikit kaget. Menutup mata sejenak, lalu menatap dalam mata wanita di seberangnya yang wajahnya sudah memerah marah.

"CEPAT HUBUNGI ANAK ITU, SIALAN! JANGAN MEMBUANG-BUANG WAKTUKU!" Bentak wanita itu hilang kesabaran.

"Kamu saja," balas lelaki paruh baya itu dengan santai menggeser ponselnya ke arah wanita didepannya.

dengan kasar wanita itu mengambil ponsel, langsung menghubungi seseorang yang dimaksud, kemudian menempelkan ditelinganya menunggu teleponnya tersambung,

"Apa lagi?"  Suara lelah itu menyapa telinganya.

"Kamu! Awas kamu! Jangan berani bertindak diluar kendali saya, kamu taukan apa yang akan kami lakukan jika berani membantah. Bagus saya kasi kamu waktu, cepat selesaikan masalahmu yang tidak berbobot itu. Dasar tidak berguna!" Tekan wanita itu, tanpa perasaan. Lalu memutuskan sambungan sepihak, tidak butuh jawaban hanya ingin memperingati orang itu.

"Lihat, sudah selesai. Kalian berdua sama saja, nyusahin!"

Wanita itu lekas pergi tanpa pamit masuk ke mobilnya, melaju meniggalkan lelaki paru baya yang hanya santai menikmati kopinya yang mulai mendingin.

🦋🦋🦋

"Woyyyy buka pintu donggg! My kaki is lemes berdiri..!!" Dian mengedor-ngedor pintu rumah Dera.

"Gak biasanya Dera kunci pintu di sore  begini, takut kemalingan kali yah." Gumam Dian heran.

Sedang didalam kamar, Leo terus mengusap air mata Dera yang mengalir sedari tadi.

"rara kok cengeng kayak Leo? rara mau apa biar Leo bikinin." Ujar Leo mengikuti gaya bicara Dera, lalu merebahkan kepalanya di paha Dera.

"Cengeng mata lo! Sana jauh-jauh dari gw, Lo udah sembuhkan? Jadi gak usah manja-manja lagi."

"Pergi Leoo.. sana tidur!" Sentak Dera saat Leo malah memeluknya semakin erat.

"WOYY GEMPAA!!! GEMPA!! GUYS! SELAMATKAN BERAS KALIANN!!" teriakan heboh Dian mengagetkan Dera dan Leo,

"Lepas Leo goblok! Mau gw pukul hah! Nyesel gw manjain lo, makin berani lo sama gw yah." Ancam Dera menatap tajam Leo.Leo cemberut, matanya mulai berkaca-kaca.

Leo menahan tangan Dera yang akan beranjak,

"rara cium duluu disini." Leo menunjuk bibirnya.

"Gak nafsu gw, kering banget bibir lo, jijik!" Dera melepaskan tangannya dan berjalan keluar mengabaikan teriakan Leo.

"Rara! Leo mau sakit aja, biar rara sayang trus peluk Leo terus! Rara Leo mau sakit aja!" Teriak Leo mulai menangis memukul-mukul lantai.




SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN 🙏

DAPATKAN CERITA LENGKAPNYA DI VERSI CETAK;)




TBC

 My Idiot Husband [END] VER. PDF✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang