Disebuah rumah besar, dipenuhi dengan perabotan-perabotan mewah yang harganya fantastis, sudah menjelaskan bahwa pemiliknya adalah orang yang berada, salah satu faktor kebahagiaan sudah mereka dapatkan sedari lama dan kini kebahagiaan mereka semakin membumbung tinggi. Terdapat 3 manusia bermarga wallen yang sedang duduk saling berhadapan menikmati secangkir kopi dan cake untuk menyempurnakan kebahagiaan mereka yang telah berhasil menyingkirkan kotoran dari keluarga 'sempurna' yang mereka sandang, di masing-masing benak mereka dipenuhi dengan perasaan yang lega dan juga senang, walau satu diantaranya masih belum cukup puas."Jadi dia sekarang tinggal berdua dengan istrinya?" Ucap pemuda yang berumur 21 tahun sembari menikmati cakenya.
"Iya, kita tidak ada lagi sangkut pautnya dengan anak itu, jadi tidak usah bahas dia lagi." Ucap wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibu dari pemuda tersebut.
"Aneh juga yah tu cewek mau aja sama Leo." Gumam pemuda itu yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.
"Pa, Loan minta alamat rumah Leo, Loan penasaran gimana kehidupannya sekarang, semoga aja dia bisa berubah." Ujar pemuda itu- Loan Malvado wallen.
"Kamu mau datang kerumahnya? Mending gak usah nak disana jorok, mama udah liat kumuh banget." Celutuk wanita Paruhbaya- ibu Loan yaitu Elmira Astucia wallen, bergidik mengingat rumah Dera saat ia menyelediki data Dera. Padahal rumah Dera tidak sekumuh itu, malahan masih bagus, hanya saja suruhan Elmira yang kurang pro alias goblok dalam mengambil gambar, ia malah memfoto kandang ayam milik tetangga Dera yang lumayan besar lalu mengirimkannya kepada Elmira dan lebih gobloknya lagi Elmira percaya, itulah alasan ia ngotot menikahkan Leo dengan Dera agar kehidupannya lebih sengsara.
"Tapikan ma Leo itu adeknya Loan, Loan pengen Leo bahagia." Ucap Loan sedih.
"Sayang, gak usah peduliin dia lagi, kan dia sering nyakitin kamu dulu dari Sd sampe SMP, mama gak mau nanti dia nyakitin kamu lagi." ucap Elmira menatap kasih Loan sambil sesekali melirik ke suaminya.
Sedang sang kepala keluarga hanya sibuk dengan ponselnya memilih restoran mana yang akan ia berikan pada Dera dan Leo.
"Pa udah dong kerjanya, nanti aja lanjut kitakan lagi family time." tegur Elmira.
Suaminyapun meletakkan ponselnya, lalu meneguk kopi dan menoleh ke arah Loan.
"Nanti papa kirim." ujar papa Loan-Iano Rigido wallen, ia sudah tahu pelaku yang menyebabkan accident Leo, mana mungkin ia keberatan, aduhh anaknya ini sangat toxic.
Jam pukul 14:42
Dera sudah sedari tadi mengomel karena Leo yang membuat kamarnya berantakan kayak kandang babi, entah ritual apa yang dilakukannya hingga semua bantalnya berada di kolong ranjang, skincare dan bukunya berceceran, pakaiannya berantakan.
"...LO DENGER NGGAK!" Bentak Dera berdiri dengan tangan yang memegang satu buah lidi, ia menatap tajam Leo yang sedang berdiri lesuh di pojok kamar menahan air matanya, ia menunduk melihat betisnya yang merah-merah bekas cambukan Dera, menggigit bibirnya menahan isakan agar Dera tidak meledak.
Telinganya berdengung karena sedari tadi mendengarkan ulti Dera yang tidak ada habisnya, beralih melihat lengannya yang lebam, karena tadi saat ia mencoba memeluk Dera berharap agar amarah Dera reda, tapi malah makin membara dan inilah yang ia dapatkan. Kata pak penghulu kemarin kalau suami-istri harus saling menyayangi tidak boleh ada kekerasan, makanya ia ingin menikah, tapi ini apa? Penghulu itu bohong!
"Gw udah baikin lo, masakin lo, ngurus lo, biayain hidup lo, nerima lo saat keluarga lo gak sudi sama lo! Tapi ini apa? Lo gak tau diri! Setress! Gak ada kerjaan banget malah ngerusuh di kamar gw, lo pikir bersihin ini gak capek! lo tinggal makan tidur aja dirumah gw, lo gak pikirin gw yang capek pulang sekolah hah! trus habis ini gw harus kerja lagi." Bentaknya kesal saking kesalnya air matanya juga luruh banyak sekali beban yang ia angkat apalagi hasil tespeknya tadi positif.
"Hiks.. ra-rara tadi ada kecoak terbang, Leo mau tangkap tapi gak dapat-dapat hiks.. maaf rara jangan marah hiks.. Leo minta maaf." Mohon Leo ia sudah tidak dapat menahan isakannya saat Dera mengucap kata keluarga, kakinya lemas ia sudah capek berdiri.
"Mana kecoaknya mana! biar gw masukin di mulut lo! Siapa yang suruh duduk hah! Berdiri!" ujar Dera saat melihat Leo duduk.
Leo tidak bereaksi, ia sudah tidak memiliki tenaga, ia duduk lalu merentangkan tangannya ke arah Dera minta peluk, Dera yang melihat itu semakin jengkel ia mengambil handbody lalu melemparkannya tepat ke wajah Leo.
"Akhh.. " ringis Leo spontan memegang hidungnya yang mengeluarkan cairan berwarna merah, Dera yang melihat itu panik langsung menghampiri Leo yang semakin menangis.
"Hiks.. rara hidung Leo keluar darah hiks." adunya langsung memeluk Dera yang panik, Astaga tangannya tadi spontan!
"K-kamu sih bikin jengkel,sini coba liat." panik Dera lalu membawa Leo naik ke ranjang.
" Jangan nangis Leo! Ni pegang tisunya, Duduk agak condong kedepan, jangan baring, hidungnya di pencet nafas lewat mulut, tunggu gw ambil kompresan dulu." setelah mengatur posisi Leo iapun berlari ke dapur mengambil kompresan.
Setelah itu Dera mengompres hidung Leo beberapa menit hingga berhenti mimisan dan Leo lanjut menangis, Dera bernafas lega.
" Diem Leo.. Sini tiduran, gw obatin betis lo." ucap Dera mengambil salep di lemarinya.
Leo dengan mata sembab menurut, tangannya sudah tidak sabar ingin memeluk Dera.
"Rara pelan-pelan yah, rara Leo mau sambil peluk." ucap Leo, memanfaatkan momen ini.
"Gak bisalah!" jutek Dera lanjut mengoles salep ke betis Leo.
Setelah itu, iapun naik dan ikut berbaring di samping Leo, Leo langsung memeluk Dera dan menyuruh Dera agar memeluknya juga dan tangan Dera bergerak mengusap rambut Leo, sampai Leo terlelap.
Melihat jam sudah pukul 15:45 ia lalu Bersiap-siap Untuk pergi ke toko Bunda Lina, Dera akan pergi bersama Bella, mana berani dia ngomong sendiri, Dera pasrah jika Bunda Lina kecewa padanya,mau gimana lagikan, apa dia harus salto?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband [END] VER. PDF✔️
Novela JuvenilBagaimana perasaanmu ketika kamu dihamili pasien RSJ? Malu? Mau meninggal? Inilah yang dialami sodara kita... Adeera keysa yang hidup sebatang kara korban keegoisan orang tua. Ayah dan Ibunya memutuskan untuk bercerai saat ia duduk di bangku SMA kel...