🐳AiVi-22🐳

2.8K 466 29
                                    

BRAK!

PRANG!

"KAMU NGOMONG APA SAMA AINO HAH!? APA AJA YANG UDAH KAMU BICARAIN SAMA DIA!? KAMU KAN UDAH JANJI GAK BAKAL BERURUSAN SAMA AINO LAGI!"

Zivia hanya berdiri menatap Agam yang mengamuk seperti orang kesetanan, dia menjerit, melempari barang dan lain sebagainya.

"Aku gak ada ngomong apapun." sahut Zivia tenang.

"BOHONG!"

"Kamu gak percaya sama aku?"

Agam menatap Zivia pilu, dia hanya mau bersama Zivia, dia hanya mau Zivia seorang, kenapa Zivia gak paham.

Perlahan, Agam berjalan lunglai kearah Zivia dan berlutut, memeluk kaki wanita pujaannya dan mengeluskan wajahnya dipaha Zivia.

"Kamu milik aku..hiks..jangan pergi lagi..aku mohon.." tangisnya pilu.

Dia mendongak menatap Zivia penuh permohonan, dia hanya butuh Zivia, Agam akan lakukan apapun agar Zivia mau terus bersamanya.

"Aku gak pergi."

"Jangan pergi..hiks..jangan pergi ke pelukan Aino..jangan..kamu milik aku.."

"Aku tau."

"Peluk aku..hiks.."

Zivia mengangguk, dia menunduk dan memeluk tubuh Agam lembut.

Agam bisa merasakan kehangatan dalam pelukan Zivia, pelukan kesukaannya, Agam menggali lebih dalam pelukan Zivia, berusaha menyembunyikan tubuhnya dipelukan sang kasih.

Sementara Zivia, tersenyum miring menyadari kelemahan Agam adalah dirinya, berarti Zivia bisa memanfaatkannya.

Zivia bisa mendapatkan Aino kembali tanpa harus berpisah dari Agam, dan pastinya dia harus melakukan ini secara diam-diam.

.....

"Mami, aku mau batalin perjodohan."

Baik Alira dan Zahian menatap Aino heran, tumben ni anak gak sejalan sama kemauan orang tuanya.

"Alasannya apa?" tanya Zahian heran.

Hela napas Aino berikan, dia dan wanita itu baru mengenal seminggu, tapi sudah menoreh luka ditubuh Aino.

Wanita itu kasar, memang cuma Zivia saja yang selalu memperlakukannya baik, tidak pernah memukul, tidak pernah bersuara besar.

Aino sadar kalau yang dia mau bukan kebebasan, melainkan berada disisi Zivia selama sisa hidupnya.

"Dia suka mukulin Aino, dia punya tantrum yang gak bisa dikendalikan kalau dia marah. Aino gak mau dipukul terus." lirih Aino.

Alira mengangguk paham "Oke, biar Mami yang urus."

Senyum bahagia mengembang diwajah Aino, akhirnya, untung cuma seminggu aja dia kenal tuh perempuan.

Tapi luka ditubuh Aino sudah cukup banyak, cakaran, gigitan, tusukan kuku dan jambakan.

"Ya sudah, Aino ke kamar dulu ya."

"Iya, istirahat, jangan nangis-nangis lagi."

Kekehan Aino berikan, dia tak akan menangis lagi kok, Zivia sudah berjanji akan kembali pada Aino.

Walau Aino tau cara agar mereka kembali itu salah, yang penting Zivia menjadi miliknya lagi.

Pipinya bersemu menyadari kalau tadi Zivia mengecup dahinya lembut, begitu mendebarkan.

Ditambah ucapan Zivia tadi, membuat Aino kembali memiliki semangat hidup.

"Kita akan bersama, aku akan kabur di hari pernikahanku sama kamu, kita pergi jauh sejauh-jauhnya, aku gak perduli sama resiko nya yang penting kita pergi."

Pipi Aino semakin memerah, dia akan mempersiapkan banyak hal sampai hari pernikahan Zivia.

Sebelum itu, Aino akan menceritakan semuanya pada kedua orang tuanya, Aino yakin mereka akan mengerti.

"Aku harus membeli koper, mengambil semua uang di atm, mencairkan gaji lalu mencari rumah di pedesaan yang sangat jauh dari sini. Aku dan Zivia akan hidup bersama selamanya~"

Kikikan pelan Aino berikan, dia tak sabar menanti hari itu tiba.

Hari dimana dia bisa bersama Zivia, lalu membangun keluarga kecil bersama-sama.

🐳Bersambung🐳

Trapped by Obsessed Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang