🐳AiVi-09🐳

3.7K 625 50
                                    

Vote dan komen kalau mau cerita ini tetap jalan.

Zivia-Aino

Hari yang Aino tunggu akhirnya tiba, dia sudah meresvasi sebuah restoran mahal hanya untuk malam indah bersama Aindri.

Dengan kemeja hitam dan jas hitam yang begitu melekat ditubuhnya, dipadu celana panjang hitam.

Rambut Aino ditata begitu rapi, dia tersenyum manis saat melihat Aindri masuk ke dalam restoran dan mendekati Aino ke meja yang sudah dipesan.

Aino gugup, Aindri sangat cantik jika dilihat lebih jelas, senyumnya manis dan lembut.

"Hai, ini untuk kamu." Aino memberikan sebucket bunga mawar putih yang digabung dengan mawar merah.

Aindri menerima nya dengan senang hati, lalu Aino menggapai tangan kanan Aindri dan mengecup punggung tangannya.

"Ayo duduk, makanan akan segera diantar." ujar Aino lembut seraya mendudukan Aindri di kursinya.

Aindri tersipu malu, dia mengelus pipi Aino lembut.

"Jadi apa keputusan kamu?" tanya Aindri lembut.

Aino tertawa pelan "Kita akan bahas itu nanti ya, kita nikmati makan malam dulu." ujarnya halus.

Aindri mengangguk, dan mereka terlibat perbincangan selagi menanti makanan tiba, sementara diluar, ada sebuah mobil yang memantau kearah restoran.

Dan seorang pelayan disana juga sudah dijadikan salah satu mata-mata.

"Jadi apa yang mereka bicarakan?"

Pria bernama Carlein, Asisten Pribadi Zivia yang bertugas menjadi apa saja sesuai keinginan Zivia.

"Mereka membicarakan perihal pekerjaan Nona."

"Bagus, awasi mereka terus. Aku akan kembali 2 minggu kemudian oh dan lagi, kalau semisal benar Aindri memberikan perangsang pada Aino dan memperkosanya, diamkan saja, kamu tak perlu menolongnya, biar anak itu tau apa konsekuensi dari menganggap perkataanku bohongan semata."

Carlein meneguk ludahnya pelan, dia akui Zivia ini begitu ramah dan lembut bila dimuka publick, namun jika itu dalam lingkup private, Zivia bisa gila lebih dari apapun.

Ya, Zivia memang sangat gila dalam menghukum seseorang yang melawan perkataannya, hanya karena Aino adalah pria yang Zivia cintai makanya Zivia tak menghukumnya keras.

Dia hanya akan diam, dan menonton.

....

Aino sudah pusing, tubuhnya terasa panas ditambah mual yang kerap menderanya, dia sudah melamar Aindri dan diterima.


Tapi saat mereka hendak pulang, mereka mampir ke hotel karena Aindri bilang dia mau menemui seseorang dan Aino diajak juga.

Saat menunggu, Aindri menawarkan Aino sebotol air putih, dan Aino tak berpikir apapun tentang air itu.

Tapi saat dia minum, kepalanya langsung sakit ditambah tubuhnya terasa panas gelisah.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Aindri lembut.

Aino berusaha berdiri walau ternyata kakinya sudah lemas.

"Hahh..a-apa yang kau masukan ke minuman itu bangsat!"

Aindri terkekeh pelan, dia mengelus pipi Aino lalu menciumnya lembut, dia memandang wajah merah yang begitu membuat Aindri basah.

Aindri menahan hasrat gilanya, dia sedang menunggu seseorang, Aindri akan jual Aino pada salah seorang wanita.

Lumayan, Aindri kan memang selalu begitu. Dia akan memberikan obat perangsang pada teman kencannya lalu akan dia jual pada wanita-wanita haus belaian.

"Bangsat!" Aino berusaha untuk tetap sadar.

Aindri tertawa lagi, dia tersenyum saat seorang wanita tinggi dengan make up diwajahnya, wanita yang tak Aino kenal.

"Ini pria itu?" tanya wanita tadi.

Aindri mengangguk, Aino sendiri menggeleng ribut dan hendak pergi, namun bodyguard dari wanita itu menahannya cepat.

"LEPAS! ANJING LEPASIN WOY SIALAN!"

Percuma, Aino tak bisa melepaskan dirinya.

"Bayarannya sudah aku kirim."

"Terima kasih! Senang berbisnis dengan anda."

Aino terus meronta saat tubuhnya dibawa masuk ke dalam lift, dia menjerit dan memukul bodyguard besar itu.

Tapi tak berefek apapun.

"Sst, tenanglah, kamu akan nikmati ini semua." wanita tadi merangkul pinggang Aino lembut.

Aino meronta terus, ini menjijikan, hanya Zivia yang boleh merangkulnya.

"Ya sudah, aku harap kamu tidak diperkosa."

Perkataan Zivia membuat Aino menangis, benar kata Zivia kalau Aindri itu jahat.

"Hiks..lepasin aku! Hiks.."

"Manis sekali tangismu itu."

Mereka sampai di lantai yang dituju, tubuh Aino diseret paksa keluar dari lift menuju salah satu pintu kamar.

Dia dibawa masuk, tubuhnya dibawa ke dalam kamar lalu dilempar ke kasur, tangannya segera diikat begitu juga dengan kakinya.

Wanita tadi menyeringai, kemudian mendongak kearah sudut kamar lalu menunjukan tanda jempol disana.

"Aku sudah lakukan tugasku, Nona~" ujar wanita itu sambil menyeringai lebar.

Seseorang yang menonton dari balik kamera tersembunyi hanya terkekeh pelan.

"Provokasi dia sampai dia pingsan, lalu tinggalkan beberapa jejak disana seolah dia habis diperkosa, jangan sampai kamu menyentuh asetnya, kamu hanya boleh menyentuh dada dan perutnya saja, paham?"

Wanita itu menekan earphone ditelinga yang terhalangi rambut.

"Paham Nona."

Aino sudah tak bisa berpikir, dia menangis, menjerit dan terus melakukannya.

Sementara wanita tadi mulai merobek kemeja putih Aino dan membuat tanda disana.

"LEPAS! Hiks..ARGHH JANGAN SENTUH AKU BRENGSEK! LEPASIN AKUU! LEPAS! Hiks..ZIVIA TOLONG AKUUU HUAAAA LEPASIN AKU! ZIVIA! ZIVIAAAAAAA!"

Seseorang yang melihat semua itu hanya tertawa kuat.

"Sekarang kamu tau kan, akibat dari meremehkan perkataanku, Aino."

Ya, Zivia tidak sebaik itu.

🐳Bersambung🐳

Trapped by Obsessed Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang