🐳AiVi-08🐳

3.6K 590 39
                                    

Vote komen kalau mau ini cerita tetap jalan.

Zivia-Aino

Baru kali ini Aino menyambut kedatangan Zivia ke kliniknya dengan senyuman, biasanya dia bakalan marah-marah kalay Zivia datang.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Zivia sedikit menggoda Aino, dia meletakan paper bag berisi coklat kesukaan Aino.

Pria itu langsung mengambil paper bag pemberian Zivia dan menyimpannya di lemari tempat dia meletakan semua barang pemberiwn Zivia.

"Aku lagi senang, jadi karena kau dan aku sudah lumayan dekat maka akan aku ceritakan." ujarnya riang.

Zivia senang melihat ekspresi penuh kebahagiaan itu, tak pernah dia duga seorang Aino bisa memperlihatkan ekspresi semanis itu.

Biasanya dia cuma bisa mendelik, mencemoh, bicaranya kasar dan tak ada manis-manisnya.

Setelah Zivia duduk di sofa, Aino langsung mendekatinya dan turut duduk disebelahnya.

"Jadi, apa penyebab kamu senyum kaya gitu?" tanya Zivia seraya mengelus pipi Aino.

Senyum manis Aino berikan, dia menikmati usapan Zivia sebelum akhirnya menjawab.

"Kau tau, semalam aku bertemu seseorang yang sangat indah, dia luar biasa sekali!"

Zivia terhenyak sejenak, menatap mata Aino yang terlihat berbinar saat bercerita, binar yang Zivia anggap sebagai binar jatuh cinta.

Jantungnya terasa diremat, apa ini, kenapa terasa sesak.

Zivia berusaha tersenyum, dia mengangguk lalu mengelus rambut Aino, berusaha terlihat biasa saja.

"Lalu orang seperti apa dia?"

"Dia sangat cantik, wajahnya begitu lembut dan penuh kasih sayang, tatapannya membuatku terpesona sejak pertama kali bertemu, tutur katanya sopan dan dia sangat anggun."

Zivia mengangguk "Siapa namanya?"

"Namanya? Aindri Danugrah, dia sangat cantik."

"Ya kamu sudah mengatakannya, seperti apa orangnya?"

"Dia tinggi, rambutnya hitam sepunggung dan punya tahi lalat diujung hidungnya, umurnya 26 tahun, dia bilang dia gak mau pacaran dan memintaku berpikir akan pernikahan."

Zivia diam, kemudian mengambil ponselnya dari saku celana dan mencari nama yang Aino sebutkan.

Setelah dapat, dia menunjukannya pada Aino.

"Kamu kencan sama wanita yang sudah pernah menikah, dia janda dan umurnya bukan 26 tahun, melainkan 40 tahun, Aindri Danugrah adalah mantan istri dari seorang Pejabat kota, beliau diceraikan karena kasus perselingkuhan serta penggelapan uang, Aindri sudah sering tertangkap berita pergi ke Korea Selatan hanya untuk melakukan operasi pada wajahnya."

Apa yang Zivia katakan, membuat Aino nge blank seketika, dia mendelik.

"Halah! Kau pasti mengada-ngada, berita itu palsu!" sentak Aino marah.

Zivia menggeleng "Ini asli, lihat akun berita nya centang biru."

"Gak, aku gak percaya."

Zivia tersenyum tipis "Dan lagi, Aindri sudah berulang kali menjebak lawan kencannya dengan susuk ataupun pelet, rata-rata korban adalah pria seusiamu."

Lagi dan lagi Aino tak percaya, dia justru menepis ponsel Zivia lalu menggeram marah.

"Aku tau itu bohong, Aindri baik! Kau lah yang jahat disini, pergi dan jangan pernah temui aku lagi!"

Zivia mendengus pelan, dia bangkit lalu meraih tasnya, walau dia akui sangat terobsesi ingin memiliki Aino, tapi kali ini dia akan diam.

Biar Aino tau apa akibat nya kalau melawan perkataan Zivia, biar Aino sendiri tau kalau semua yang Zivia katakan itu benar.

"Ya sudah, aku harap kamu gak diperkosa sama dia." cetusnya kemudian berlalu pergi.

Meninggalkan Aino yang mencak-mencak ditempat.

"Sialan kau!"

Aino percaya Aindri bukan seperti yang Zivia katakan, pasti Aindri adalah wanita baik, lembut dan semua yang sudah Aino eskpetasikan.

"Cih, dia pasti iri aku dekat dengan wanita lain, memang dasar wanita." cibir Aino.

Lusa adalah tanggal dimana Aino akan melancarkan niatnya untuk melamar Aindri, Aino sangat tak sabar ingin melakukannya.

"Aku harus membeli cincin dan bunga yang indah."

Kekehan pelan Aino berikan, sementara disisi lain, Zivia tengah menghubungi seseorang.

"Halo."

"Ya Nona?"

"Bisa kau awasi Aindri Danugrah? Dan awasi pertemuan Aino dengannya lusa nanti. Pastikan kau merekam aktivitas Aindri saat bersama para gigolo nya lalu kirim padaku."

"Baik Nona."

Zivia tersenyum tipis, tak sabar menanti reaksi Aino saat tau wanita pujaannya bukan seperti yang Aino bayangkan.

"Bagaimana keadaan Agam?"

"Tuan Agam dalam kondisi stabil, Dokter mengatakan kalau Tuan Agam sudah menunjukan reaksi yang baik, mungkin tak lama lagi beliau akan segera bangun."

Zivia senang mendengarnya.

"Bagus, perketat keamaan kamar inapnya."

"Baik Nona."

Zivia harus kembali bekerja, selesai dari Kampus guna mengajar disana, Zivia harus pergi ke Proyek pembangunan jembatan dan mengawasi jalannya pekerjaan.

Ya, pekerjaannya banyak tapi dia selalu menyempatkan waktu berkunjung ke Klinik Aino.

Tapi nampaknya untuk beberapa hari ini dia tak akan mampir, pasalnya ada pekerjaan di Dubai yang mengharuskannya datang.

Aino pasti tak akan masalah kalau dia tak berkunjung sekitar 2 minggu an.

Bahkan bagi Aino itu bagus.

🐳Bersambung🐳

Trapped by Obsessed Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang