AUTHOR POV
Laki-laki tampan luar biasa itu sedang memakai dasi nya, kemudian menatap dirinya dipantulan cermin besar dihadapannya.
"widih kang hisyam nambah ganteng aja pake dasi" ucap seorang laki-laki memakai baju kaos putih polos dan sarung coklat motif kotak-kotak.
Hisyam berbalik, dan tersenyum "gantengan kang dimas atuh"
"gimana kemarin sekolahnya lancar?" Dimas, orang tertua yang sekamar dengan hisyam itu merebahkan dirinya dikasur, sepertinya ia baru saja habis mengerjakan tugas.
"lancar kang,"
"cewenya cantik-cantik ga? Hehe"
"si akang, anterin saya sekolah kalo pengen tau cewenya cantik-cantik atau ngga"
"yeee mana mau saya nganterin kamu, udah tua bangka"
"kalo saya tua bangka lantas kang dimas apa?"
"bau tanah"
Tawa mereka pecah kemudian, suasana pagi yang dinginpun menghangat. Kang dimas itu sudah ia anggap kakaknya sendiri, usianya terpaut jauh, ia berusia 18tahun sedangkan kang dimas berusia 27tahun. Kang dimas orang yang sangat perhatian dan peduli, bukan hanya padanya, pada semua santri ataupun semua orang. Dia selalu membantu sesama meskipun ia sedang dalam keadaan mendesak. Hisyam begitu kagum kepada kang dimas yang selalu mementingkan kebutuhan orang lain ketimbang dirinya sendiri, benar-benar senior yang harus diteladani. Kang dimas bahkan membagi separuh waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada sebagian santri termasuk hisyam, kang dimas sudah dipercaya pak kiyai / yang sering mereka sebut abi (pemimpin pondok pesantren) untuk mengajar para santri yang masih dikelas pertama.
Menyalakan motor maticnya, membaca basmalah dan melenggang pergi.
Tak sedikit perempuan yang meliriknya selama perjalanan, ia sadar -bahkan ia sangat sadar- meskipun tanpa menoleh, tetapi ia tak memerdulikan itu, selain buang-buang waktu ia juga akan mendapat dosa karena telah memandangi perempuan yang bukan muhrim nya.
Bruk
Suara orang jatuh membuatnya mengalihkan atensi, ia melirik sedikit dan mendapati perempuan yang selalu memerhatikannya diam-diam itu baru saja jatuh tersandung, mungkin itu terjadi karena si perempuan berjalan sambil menatapnya.
Hisyam lanjut berjalan, meninggalkan andrea yang menyumpah serapahinya dengan menggerutu.
Perempuan itu kemudian berdiri, dibantu salah satu siswi yang lewat, setelah membersihkan roknya, dan merapikan tali sepatunya, andrea berjalan menuju kelas dengan perasaan keki setengah mati.
'gue kira tu cowo lemah lembut, ternyata.. Dih, gaada peduli-pedulinya sama sekali' batinnya, seketika ia menyesal telah menyukai hisyam kemarin.
Ia pastikan ia tidak akan menyukai hisyam lagi, huh tentu saja, mana mungkin ia bisa menyukai orang yang tidak peduli pada sesama? percuma ganteng!
~
Bahkan saat pelajaran berlangsung pun, andrea masih menatap hisyam dengan mata yang tajam, sangat jauh berbeda dengan tatapan dihari kemarin yang menatap hisyam dengan mata berbinar.
Ia melihat jelas, hisyam meliriknya saat ia jatuh tadi, tapi hisyam tidak peduli dan memilih pergi.
Astaga, ia belum bisa melupakan hal menyebalkan ini!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HISYAM
RomanceHisyam, seorang santri salaf yang memiliki semangat menggebu untuk mencari ilmu, baik itu ilmu akhirat dan ilmu dunia, keduanya harus seimbang dan hisyam sama sekali tidak keberatan untuk mempelajari keduanya. Namun cobaan ini memporak-porandakan h...