8

11 3 0
                                    

Ulangan semester ganjil mulai dilaksanakan, seluruh murid diacak ke kelas yang berbeda.Dalam satu ruangan terdiri dari 10 murid kelas 10, 10 murid kelas 11, dan 10 murid dari kelas 12.

Andrea sudah mendapat kartu legitimasinya, ia mencari kursi dengan angka 35 di ruangan 2.

Ketemu! Gadis itu langsung meletakkan papan ulangannya diatas meja. Benar, ia tidak membawa tas. Karena saat seseorang membawa tas, saat ulangan dimulai, pengawas akan mengumpulkan tasnya didepan.

Dan ia terlalu malas untuk sekedar menaruh-mengambil tas tersebut.

Baru saja ia duduk dengan nyaman dikursi barunya, matanya melebar bahkan ia merasa jantungnya berhenti berdetak.

Laki-laki itu.. Laki-laki setampan para habaib itu tengah berjalan mengitari seluruh meja mencari tempat duduknya.

Jantung andrea tidak bisa dikendalikan, ia juga tidak bisa bernafas dengan tenang. Ia takut, benarkah ia takut? Bukan takut, ia hanya malu jika ternyata hisyam semeja dengannya, ia pikir itu mustahil tapi hisyam belum juga menemukan tempat duduknya dan akhirnya, hisyam berhenti didepannya.

Mata kedua insan itu saling bertemu, namun kemudian andrea menundukkan pandangannya. Andrea tidak bisa lama-lama menatap hisyam, karena ia akan gila. Terlebih kejadian kemarin sangat lah memalukan!!

Andrea mendesah lega saat mengetahui bahwa ternyata hisyam tidak semeja dengannya. Tapi-

Hisyam bersebelahan dengannya!!

Tidak.

Ini sama buruknya.

Dari jarak sedekat ini, ia tidak bisa curi-curi pandang pada hisyam dan tidak bisa memerhatikan hisyam. Tentu saja, menoleh sedikit pun ia bisa melihat wajah hisyam yang sangat bersinar.

Tidak ada yang dibicarakan oleh keduanya, mereka berbeda meja namun mereka bersebelahan.

*hisyam dibarisan kedua sedangkan andrea dibarisan ketiga. Posisinya, mereka sama-sama dimeja ke empat.

Jangankan mengobrol, menyapapun kedua insan ini tidak!. Tentu saja, andrea masih sangat malu menampakkan wajahnya dihadapan hisyam.

Ia meyakinkan dirinya untuk tidak menoleh kearah hisyam, mungkin saja hisyam mengira ia sedang menyontek, huh yang benar saja. Baginya, lebih baik mendapat nilai 2 dengan kerja keras sendiri dari pada mendapat nilai 10 dengan cara menyontek. Itu sungguh bukan gaya andrea.

Namun, tetap saja ia pernah melakukannya, saat sd dan smp.

Beruntunglah ia tidak satu ruangan dengan teman sebangkunya, karena jika iya, teman sebangkunya itu akan menggodanya habis-habisan karena duduk bersebelahan dengan hisyam.

Lembar kertas soal sudah dibagikan, ia mulai mengisi nama dan kelas. Seraya menulis, ia sempatkan untuk melirik sedikit kearah hisyam, hanya melirik, ia tidak menggerakkan kepalanya.

Ia mendapati hisyam sedang mengangkat kedua tangannya, mulutnya bergerak pelan, melafalkan sebuah do'a. Melihat itu, andrea jadi malu, ia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Pantas saja nilainya buruk, ia tidak pernah berdoa, lupa bahwa ada Allah yang maha kuasa yang akan memberikannya kemudahan.

Gadis itu mengangkat tangan kurusnya sedikit, menunduk lalu berdo'a.

Dan ternyata, laki-laki beralis tebal itu tengah memperhatikannya sambil tersenyum singkat.

Hening, tidak ada yang bersuara, semuanya sibuk berkutat dengan lembaran soalnya masing-masing, ada juga yang berbisik-bisik minta jawaban namun akhirnya mendapatkan lemparan penghapus papan tulis tepat ke kepalanya.

HISYAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang