2. Geya Yang Baru

17.8K 1K 15
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

🎶 FIFTY FIFTY - Cupid

Alarm berbunyi pukul 05.50 pagi. Bangun tidur Geya langsung mandi dan bersiap ke sekolah. Kemarin Geya pingsan seharian sampai tidak masuk sekolah. Jadi hari ini dia tidak boleh absen lagi. Pendidikan nomor satu! Selain itu keduanya juga sama-sama kelas 10. Bedanya Geya masuk kelas IPS 2 sedangkan dia saat menjadi Luna masuk IPA 1.

Semalam sebelum tidur Geya meminjam jahitan milik salah satu pelayan untuk mempermak sedikit seragamnya. Seragam Geya terlalu besar dan sangat gombrang. Dia tidak nyaman memakainya.

Usai mengenakan seragam yang sedikit lebih kecil itu, Geya menarik rambut disisi kanan dari kiri wajahnya lalu menjedainya ke belakang, sedikit di atas kepalanya. Tidak perlu dicatok karena rambut Geya memang bergelombang dari sananya.

Setelah berias tipis dan menggunakan parfum, Geya menyampirkan tas ke satu bahunya kemudian turun ke bawah untuk sarapan. Di tangga dia bertemu bi Ratri yang hendak memanggilnya juga.

"Eh non cantik udah siap. Baru juga mau bibi panggil."

Geya tersenyum lebar, selalu suka ada memujinya cantik, "Eum bi, boleh nanya gak?"

"Mau tanya apa non?"

"Bi Ratri lihat hp saya gak? Saya cari di kamar gak ketemu."

"Oh bibi gak tahu. Non Geya juga 'kan jarang megang hp." Bi Ratri menatapnya aneh.

Geya mengangguk samar kemudian lanjut menuruni tangga setelah pamit pada bi Ratri. Tiba di ruang makan, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian kedua cowok yang sekarang berstatus sebagai abangnya itu. Memilih bodo amat dan langsung duduk di hadapan mereka. Mengambil satu lembar roti lalu mengolesnya dengan selai cokelat.

"Bi Ratri!" panggil Geya saat wanita paruh baya itu lewat.

"Iya non?"

Geya terenyum manis, membuat Langit dan Angkasa terpana meski sebentar, "Ada pisang gak, bi?"

"Ada non, kayaknya. Nanti bibi ambilin."

"3 ya bi, sama tolong buatin susu buat saya."

"Siap non. Non mau susu apa?"

"Mi*lo kalo ada, bi."

Geya lanjut memakan rotinya setelah Bi Ratri undur diri ke dapur belakang. Dia balas menatap Langit remeh ketika cowok itu memberi tatapan yang sama kepadanya.

"Kenapa jamet? Kalau ada yang mau diomongin, bilang aja," ucap Geya tanpa menghentikan kunyahan rotinya. Terlihat sangat menyebalkan di mata cowok itu.

Langit berdecih sinis, "Ngapain gue ngomong sama lo! Buang-buang waktu."

"Kalo gitu berhenti natap gue! Tatapan lo kayak om-om pedo tau gak?" balas Geya memutar matanya malas. Baik Langit maupun Angkasa terhenyak mendengar cibiran Geya. Sejak kapan gadis itu berani mencibir mereka?

"Lo barusan ngatain gue pedo?" ucap Langit memegang dadanya tidak habis pikir. Selama ini tidak ada yang berani mengumpatnya begitu jadi maklum saja cowok itu belum terbiasa.

Bi Ratri datang meletakkan susu dan pisang yang diminta Geya tadi di atas meja di depan gadis itu, "Nih susu mi*lonya sama buah pisang buat non Geya cantik."

"Uuu~ Makasih bi." Geya tersenyum lebar, tanpa menunggu lama langsung meminum habis susu mi*lonya, "Ah mantap."

Semua itu tidak lepas dari mata si kembar seakan tingkah Geya terlalu menarik untuk dilewatkan. Diam-diam mereka terpesona pada sang bungsu pagi itu yang terlihat berbeda dari biasanya. Rambut dijedai setengah, seragam yang pas dengan postur tubuhnya serta cardigan tipis berwarna hitam, lalu wajahnya yang tampak lebih segar dan enak dipandang.

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang