9. Sulung vs Bungsu

14.7K 1K 95
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

🎶 Lana Del Rey - Hands On Your Knees I'm Angelina Jolie

Sial! Pagi ini Geya bangun terlambat. Apesnya lagi dia lupa memasang alarm semalam lantaran terlalu asik menonton drakor sampai kebablasan jam 3 pagi. Benar-benar senin yang kacau! Seisi mansion sampai dibuat repot karena ulah si bungsu berteriak mencari seragam, kaus kaki, dll.

Ngomong-ngomong mengenai Shaka. Sepupunya itu langsung dibawa kerumah sakit tidak lama setelah dia tidak sadarkan diri. Beruntung tidak ada kondisi serius dari tubuh Vishaka, namun dia tetap harus menjalani perawatan intensif. Biarkan saja lah. Biar kapok.

Geya berdecak keras melihat anggota Osis berjaga di gerbang. Tak lama dirinya diseret ke barisan khusus murid-murid telat yang berhadapan dengan barisan para penghuni upacara lain beserta guru-guru.

Saat upacara dimulai, pandangan Geya beralih pada Maes selaku ketua Osis memimpin upacara hari itu. Ketika cowok itu memasuki lapangan saja para siswi tidak dapat menahan jerita mereka dari pesona si ketos. Bu Yatna selaku guru BK sampai turun tangan agar upacara kembali kondusif.

Yah Geya akui wajah Maes memang tampan. Maes punya postur tubuh yang tinggi dan tegap. Tidak kurus tidak juga berisi. Rambutnya selalu rapih dan jangan lupakan almamater khusus yang tidak pernah terlepas dari tubuh atletisnya itu.

Walau tidak ramah senyum tapi Maes juga tidak bisa dibilang dingin. Dia hanya bicara seperlunya dan tidak banyak tingkah.

Setelah upacara dibubarkan Geya langsung menuju ke kelas. Dia mengeluarkan dua kotak susu milo dan buru-buru menghabiskannya sebelum guru Sejarah masuk. Gara-gara kesiangan sampai tidak sempat mengisi perut. Bekal buatan bi Ratih juga tertinggal dan lupa dimasukkan ke tas. Nasib.. nasib..

"Selamat siang anak-anak. Tugas yang saya kasih minggu kemarin silahkan dikumpulkan."

Geya memejamkan mata kesal. Sial. Dia tidak tahu kalau ada PR. Melihat sekelilingnya kemudian mengangkat tangan, "Pak!"

Pak Nadhif menyipitkan mata, "Siapa kamu?"

"Saya Geya, pak."

"Ayuna Geya Ranawijaya?" tanya pak Nadhif mendapat anggukan dari anak muridnya itu, "Ada apa?"

"Maaf pak? Saya lupa kalo ada PR."

"Siapa lagi yang tidak mengerjakan tugas? Tidak ada?" Pak Nadhif kembali menatap Geya, "Karena ini pertama kalinya kamu tidak mengerjakan tugas, saya hanya akan ngasih tugas tambahan buat kamu."

"Baik pak, terima kasih."

"Sebelum itu tolong kamu ke perpustakaan. Bilang sama penjaganya saya butuh modul III untuk kelas ini."

Geya mengangguk lalu beranjak keluar kelas. Seingatnya letak perpustakaan ada di lantai 3 gedung sebelah. Oh shit! Cukup jauh dan harus naik turun tangga. Geya pun mempercepat langkahnya melewati koridor kaca yang meghubungkan kedua gedung tersebut.

"Permisi."

"Ya?"

Geya mendekati meja penjaga perpustakaan, "Saya disuruh pak Nadhif ngambil modul III, bu."

"Untuk di kelas apa?"

"X IPS 2, bu."

"Ya udah tunggu sebentar. Saya cek dulu."

Geya duduk di kursi yang terdapat di sana. Ia mengamati seisi perpustakaan tersebut penuh minat. Banyaknya jendela membuat tempat ini begitu terang dan hangat. Geya mungkin akan sering datang ke sini. Meski tidak terlalu suka membaca, tapi suasananya yang tenang cocok untuk tidur.

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang