6. Ragu

11.9K 831 12
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

Malam ini Geya bersantai ria di ruang keluarga yang luasnya seluas dosa-dosanya. Berbaring di sofa sambil menikmati kudapan buatan bi Ratih dengan pandangan fokus pada layar televisi yang menayangkan salah satu program tv Korea. Mengenakan celana training serta crop top hitam, seolah sengaja memamerkan perut mulus nan putih.

Baik penjaga maupun pelayan laki-laki dilarang memasuki wilayah dalam kediaman kecuali seseorang bernama Damar, kepala pelayan yang telah mengabdi sejak nenek Geya masih mengandung Darius. Entah di mana keberadaan orang itu, Geya belum sempat bertemu langsung. Niatnya dia ingin menanyakan ponsel pemilik tubuh yang mungkin saja disimpan orang itu.

Disisi lain bi Ratri dan pelayan lainnya mengintip kegiatan Geya dari balik tembok sambil berbisik ria. Perubahan si bungsu masih menjadi tanda tanya dalam benak mereka.

Setelah pingsan beberapa hari lalu perilaku dan sikap nona mereka benar-benar berbeda. Geya yang selama ini dikenal sangat pendiam dan ansos mendadak berubah menjadi sosok yang humble dan berani menyapa orang lain. Bahkan beberapa kali bercanda dengan para pelayan dan penjaga.

"Mbak, aku kok takut ya. Gimana kalo tiba-tiba den kembar dateng?"

"Iya lho sama. Non bisa kena amuk lagi sama mereka. Gak tenang hati aku kalo gini."

Kegiatan bisik-bisik itu terhenti ketika suara Geya terdengar memanggil keras. Bi Ratri keluar dari persembunyiannya dan melangkah tergesa-gesa menghampiri sang nona, sementara yang lain membubarkan diri kembali ke tugas masing-masing.

"Iya non, mau bibi ambilin apa?"

Geya menoleh tanpa bangkit dari posisi berbaringnya, "Tolong bikinin aku milo bi, sama ambilin lagi cemilan yang lain ya. Liat, udah pada habis."

"Oke siap non!" ucap bi Ratri seraya membersihkan bungkusan snack di atas meja sebelum beranjak ke dapur. Tidak lama ia kembali membawa secangkir milo panas dan beberapa stok cemilan.

"Uuhh makasiih sayang-sayangkuh."

Bi Ratri pamit ke dapur. Namun langkahnya terhenti mendengar dering telepon rumah, "Iya halo?"

"...."

"K-kapan?" Wajah bi Ratri seketika berubah gelisah.

"..."

"Ya sudah." Bi Ratri lantas kembali mendekati Geya, "Non."

"Ya bi?"

"Anu.. begini, itu.."

Geya mengernyitkan alisnya heran dengan sikap bi Ratri, "Kenapa?"

"Besok den Gala udah pulang, non."

"Gala.. Galaxy?" gumam Geya yang masih terdengar oleh bi Ratri.

"Iya non."

Keningnya mengerut, dia berpikir sejenak. Sejujurnya tidak banyak ingatan mengenai sosok bernama Galaxy. Dia hanya tahu Galaxy merupakan putra sulung di keluarga ini. Berusia 18 tahun yang harusnya sudah lulus tahun ini namun entah alasan apa membuat cowok itu tinggal kelas. Geya belum tahu soal itu.

Ingatan tentang Galaxy sangat sedikit. Sulit menyimpulkan apakah hubungan pemilik tubuh dengan abang sulungnya itu baik atau sebaliknya?

Namun melihat raut cemas bi Ratih, tampaknya hubungan Geya dengan abang pertamanya juga buruk. Dia tidak tahu apa masalahnya, dan tidak mau tahu juga sih. Toh dia hanya jiwa nyasar yang tidak sengaja masuk ke dalam raga Geya.

Namun apapun yang akan terjadi ke depannya, dia pastikan tidak ada lagi yang akan berani mengganggunya.

Dan untuk Elvina, ingatkan Geya untuk membalas perbuatan cewek songong itu. Di raga lamanya dia dikenal sebagai pendendam akut. Jadi jangan salahkan sifat buruk itu ikut terbawa hingga ke raga ini. Kalau dulu dia terkekang oleh pengawasan ibu dan kakaknya, maka sekarang Geya tidak perlu lagi menahan diri.

"Oh."

Bi Ratri mengernyitkan kening. Mengapa respon nonanya sesantai itu?

"Kenapa bi?" Sebelah alisnya terangkat melihat bi Ratri masih berdiri kaku di tempat yang sama. Wanita paruh baya itu menggeleng cepat lalu pamit ke dapur. Geya pun lanjut dengan kegiatannya yang tertunda.

Sedangkan di tempat lain, si kembar yakni Langit dan Angkasa tengah berkumpul bersama beberapa siswa lainnya yang merupakan bagian dari anggota basket RJHS. Latihan baru saja usai, beberapa memilih pindah ke ruang ganti sementara sisanya masih di lapangan, termasuk keduanya.

"Nih minum." Sammuel mendekat seraya melempar dua kaleng soda.

"Thanks bang."

"Denger-denger abang lo pada bentar lagi balik."

Langit mengangguk sementara Angkasa berdeham pelan, "Hm. Hukuman dari eyang udah berakhir. Besok bang Gala udah balik,"

"Zean juga udah balik dari Kanada," tambah Langit.

Sammuel terkekeh pelan sambil mendudukkan diri, "Apa nih, duo penguasa sekolah kembali di waktu bersamaan. Apa kata bu Yatna nanti?"

"Jelas makin pusing. Ngurusin Shaka aja gak sanggup dia," sahut Langit ikut tertawa.

"Oh iya duo S gak latihan?" tanya Sammuel celingukan.

Angkasa mendengus, "Mereka bolos."

Sammuel tersenyum maklum, "Gue pengen tahu gimana tanggapan Galaxy sama perubahan Geya," ucapnya sambil mencondongkan tubuhnya menatap si kembar bergantian.

Langit tersenyum culas, "Gue yakin tuh cewek bakal balik tunduk begitu bang Gala pulang."

"Lo seyakin itu?" Sammuel tertawa mengejek.

"Geya gak akan berani lawan bang Galaxy. Itu kenyataannya," balas Angkasa datar walaupun terbesit keraguan dalam hatinya.

Sammuel diam sebelum tertawa pelan, "Geya juga dulunya gak berani ngelawan lo berdua. Tapi sekarang? Kejadian di kantin udah ngejelasin semuanya, Geya berbeda."

Langit serta Angkasa lantas terdiam dengan pikiran masing-masing. Benar. Kejadian di kantin membuat mereka berpikir ulang. Ada apa dengan Geya? Mengapa gadis itu berubah? Apa yang terjadi sebenarnya sampai gadis itu memiliki keberanian untuk melawan? Dan berbagai pertanyaan lain tidak berhenti bermunculan di kepala mereka.

Rulesnya tidak boleh berantakan! batin Langit berkilat tajam. Setelah Galaxy tiba, mereka akan kembali mendisiplinkan Geya.

to be continued..
.
.

lama ga gua up nya?

jgn lupa vote+comment
sorry for typo and
see you in the next part 👐

jgn lupa vote+commentsorry for typo andsee you in the next part 👐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
by. alginaya 🥂

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang