14. Menyalahkan Takdir

10.5K 857 42
                                    


ASING

Happy Reading
.
.

🎶 Doechii - What It Is

Melihat Sagara kembali dengan wajah kusut mengundang tanda tanya dari teman-temannya. Cowok itu melempar tasnya asal sebelum meraih sebuah bola basket di dekat kakinya.

"Gak jadi balik duluan lo?" heran Sammuel.

Sagara melengos begitu saja tanpa menghiraukan panggilan teman-temannya. Langit menahan senyum. Sepertinya dia bisa menebak apa yang terjadi, mendekat pada Sagara sambil memasang senyum remeh.

"Mana yang katanya mau kencan sama Geya," sindir Langit puas menikmati raut kesal Sagara, "Oh gue tau. Geya pasti kabur gak mau balik bareng lo. Bener 'kan?"

Sagara menahan diri untuk tidak menonjok seniornya itu lalu tertawa sinis, mengundang kernyitan di kening Langit, "Geya pulang sama cowok lain! Lo tahu? Dia balik sama Vishaka."

"Shaka?" gumam Angkasa mengernyit sementara wajah Langit berubah datar, "Gue kira dia masih di rumah sakit?"

"Mana gue tau. Faktanya, semua orang tahu hari ini adek lo balik sama Shaka, bukan gue." Sagara berbalik dan menyibukkan diri dengan melakukan drible serta shoot jarak jauh. Dirinya masih kesal lantaran gagal pulang bersama Geya. Dia yang harusnya bersama Geya saat ini. Tapi berandal satu itu malah mencuri start.

"Dan lo biarin gitu aja, Gar?" sahut Sammuel terkekeh kecil. Mendekat dengan kedua tangan di dalam saku celana, "Harusnya lo samperin Shaka dan rebut Geya. Ngapain lo tahan? Geya sekarang udah bebas, bro! Lo bisa deketin dia semau lo."

Langit dan Angkasa melirik Sammuel nyalang, "Maksud lo apa, bang?"

"Lho, emang gue salah?" Sammuel memasang wajah pura-pura polos.

Sagara sontak tertawa pelan setuju dengan Sammuel, namun tatapannya menyorot lurus pada si kembar, "Lo bener, bang Sam. Harusnya gue cegat Geya tadi biar gak dibawa si bangsat."

Sammuel menepuk pundak Sagara lalu mengajaknya main basket berdua. Meninggalkan si kembar yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Apakah mereka akan terus diam begini? Geya bahkan berani pulang dengan cowok lain, melupakan larangan mereka.

"Cih!"

Langit beranjak keluar sementara Angkasa masih diam memandangi punggung kembarannya itu. Dia tentu tahu suasana hati Langit sekarang sangat buruk, karena dia pun merasakannya. Perasaan keduanya saling terhubung satu sama lain.

"Geya. Kucing nakal.. harus diapakan ya."

🥂🥂🥂

Geya melempar asal tasnya di sofa ruang tengah yang langsung diambil alih oleh pelayan. Melanjutkan langkahnya ke dapur mencari sesuatu yang dapat mengganjal perut sebelum makan malam nanti.

"Cari apa non biar saya bantu," sahut Damar berdiri di belakang Geya yang sedang melihat isi kulkas.

"Ada mie gak, om? Laper nih."

Damar menahan senyum, perubahan nonanya ini benar-benar menarik, "Sebaiknya nona bebersih dulu sekarang. Nanti biar Ratih panggil waktu makan malam."

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang