11. Shopping

12.5K 960 85
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

🎶 Ariana Grande - 7 Rings

Geya sudah sampai di kediamannya sejak 30 menit lalu. Dia melompat naik ke kasurnya usai bebersih.

Geya tidur cukup lama dan terbangun saat langit sudah berubah menjadi gelap, ditambah hujan deras membuatnya ingin tidur saja. Suasananya terlalu nyaman untuk dilewatkan. Tapi dia juga tidak bisa mengabaikan kebutuhan perutnya yang sudah mendemo minta diisi.

Geya bergegas mencuci muka dan mencepol asal rambutnya setelah tadi Bi Ratri datang memintanya turun untuk makan malam.

Di ruang makan keningnya mengernyit tidak mendapati ketiga abangnya, "Bibi. Yang lain pada ke mana?"

Gerakan bi Ratri mengatur piring makanan untuk dirinya terhenti, "Den Galaxy sama den kembar belum pulang, non."

"Oh."

"Mau bibi ambilin lauknya, non?"

"Gak usah. Aku ambil sendiri aja bi," tolak Geya sambil tersenyum kecil.

"Ya udah kalau gitu bibi ke dalem dulu."

Geya makan dengan khidmat. Kalau dipikir-pikir suasana kediaman Ranawijaya sangat berbanding terbalik dengan kediamannya dulu. Rumahnya lebih hangat dan ramai oleh sanak saudaranya yang sering berkunjung. Sementara di sini terasa suram dan sunyi, seperti rumah tak berpenghuni.

Setelah menghabiskan makan malamnya, Geya tiba-tiba teringat akan ponsel sang pemilik tubuh. Dia buru-buru menyelesaikan makan malamnya kemudian berlari ke lantai 2 menuju kamar Langit. Mumpung orangnya tidak ada Geya bisa gunakan kesempatan ini untuk mengambil ponselnya.

Dia berdiri di depan pintu bercat cokelat gelap dengan berbagai stiker planet tertempel. Pelan-pelan membuka pintu tersebut, melangkah masuk ke dalam setelah memastikan tidak ada siapapun di sana.

Tak ada waktu untuk menilai kamar Langit. Geya buru-buru memeriksa laci-laci hingga ke bawah bantal dan selimut. Namun nihil. Ponselnya tetap tidak ketemu. Di mana cowok itu menyembunyikannya?

"Apa dia bohong, ya?"

Tidak menyerah sampai di situ. Geya beralih pada rak-rak memajang berbagai macam lego. Tapi lagi-lagi tidak menemukan apa-apa.

"Disimpen di mana sih," gerutunya menggaruk kepalanya frustasi. Dia pun memilih kembali ke kamarnya saja. Cih menyusahkan saja!

Melirik jam masih menunjukkan pukul 19.12 malam. Geya buru-buru mengganti pakaiannya dengan celana pendek hitam serta dalaman abu-abu dan kemeja kotak-kotak.

Tak lupa menggunakan make up tipis dan mengurai rambutnya. Geya menyampirkan tas ke bahu, memasukkan dompet juga beberapa barang-barang wajib dibawa seperti tisu, cermin kecil, lipbalm, dan juga parfum. Setelah itu barulah dia keluar.

"Bi Ratri!"

Langkah Geya terhenti ketika melihat seorang pria asing tengah berbicara dengan bi Ratri. Dari seragam yang dikenakan sepertinya pria itu si Kepala Pelayan, Damar.

"Ya non?"

"Pak Malik masih ada gak?"

"Ada non di depan lagi ngopi sama pak Ilham. Non mau pergi?"

Geya mengangguk ringan, "Iya bi, sebentar aja kok."

"Ini sudah malam. Tidak baik jika nona keluar," sahut Damar lagi-lagi menghentikan langkah Geya yang hendak berbalik.

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang