24. Got Interest

4.8K 563 234
                                    

ASING

Happy Reading
.
.

🎶 LE SSERAFIM - 1-800-Hot-n-Fun

Geya mengeratkan pelukannya ketika Vishaka melajukan motornya lebih cepat. Sesekali iseng meremas dada cowok itu. Bukannya terganggu Vishaka justru membiarkan Geya meraba dada dan perutnya. Sedikit geli tapi Vishaka suka sensasinya.

Tak lama motor Vishaka berhenti di sebuah bangunan berlantai tiga. Lokasinya tepat di seberang gerbang belakang sekolah. Geya turun sambil dibantu Vishaka, menatap bingung pada bangunan tersebut.

"Ini tempat apaan, bayik?"

"Ayo masuk. Gue jamin lo bakal suka."

"Bukan tempat aneh-aneh 'kan?"

"Bawel." Vishaka mencubit hidung Geya gemas lalu menariknya masuk ke dalam.

Di lantai satu hanya ada ruangan-ruangan kosong terbengkalai. Sepi dan tidak ada siapapun. Namun begitu menaiki anak tangga, Geya mulai dapat mendengar suara. Matanya melebar ketika Vishaka mendorong pintu tua itu. Dapat Geya lihat sebuah kedai kecil di bagian balkon yang mengarah langsung pada area lapangan sekolah mereka. Meski tidak begitu jelas karena tertutupi gedung sekolah namun Geya masih dapat melihat beberapa anak sekolahannya di sana. Hari libur begini apa yang mereka lakukan coba?

Vishaka menuntun Geya duduk di meja bar. Tak lupa memesankan minum dan makanan ringan buat Geya sambil mengobrol ringan dengan pegawai kafe yang merupakan kenalannya.

"Gue tinggal bentar gak apa-apa?"

Geya mendongak bingung, "Mau ke mana?"

"Lanjut latihan. Ntar gue balik kalo dikasih waktu istirahat sama Pak Simon," jelas Vishaka.

Geya mengangguk paham. Soal latihan berarti akan ada ketiga abangnya. Dan Vishaka sengaja membawanya kemari untuk mencegah dirinya bertemu mereka. Peka juga cowok itu.

"Ya udah sana. Tapi kalo lama gue balik duluan."

"Ck jangan. Tungguin gue." Vishaka lantas beralih pada kenalannya yang kebetulan mengantar pesanannya tadi. "Gue titip dia, Di."

"Aman bro."

"Kalo ada apa-apa call gue, Gey."

Geya melambai santai, "Iya bawel."

Tinggallah Geya sendiri. Dia melirik ke sekelilingnya. Tidak banyak muda mudi seperti dirinya. Dilihat dari penampilan mereka kebanyakan anak kuliahan. Suasana kedai tidak ramai tidak juga sepi.

"Lo pacarnya Shaka?" tanya pegawai yang mengobrol dengan Vishaka tadi.

"Bukan."

"Lah bukan? Gua kira lo pacarnya. Gak pernah gua lihat dia gandeng cewek, baru lo doang." Pemuda itu tersenyum kikuk tanpa berhenti mengelap meja kosong di dekat Geya.

"Kita temen sekelas, bang."

"Ouh. Gue Dondi. Lo?"

"Geya. Bang Don udah kenal Shaka lama?"

"Gak juga. Baru beberapa bulan ini. Tuh anak suka bolos ke sini."

Geya mengangguk samar, "Oh jadi ini tempat kaburnya Shaka."

Dondi tertawa kecil sebelum melanjutkan pekerjaan yang lain. Sementara Geya fokus pada ponselnya.

Hampir tiga jam Geya menunggu. Dondi sempat mengajaknya bermain beberapa game biar tidak bosan. Saat ini Geya tengah berbaring santai di sebuah kursi sofa sebelah meja bar. Ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Geya mengumpat pelan lantaran game cacinya terganggu. Dengan berat hati Geya menjawab panggilan itu. Takutnya Vishaka ngambek dan menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi | Asing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang