ASING
Happy Reading
.
.🎶Calvin Harris ft. Pharrell William, Katy Perry, Big Sean - Feels
Geya baru saja keluar dari kamar mandi usai bebersih. Melangkah ke pintu sebelah mengambil kaos crop navy, dibalut kemeja soft blue tipis serta hotpants jins.
Tangannya meraih hair dryer sambil melirik jam dinding. Sudah mendekati jam makan siang rupanya. Pantas saja perutnya terasa kosong. Geya mempercepat kegiatannya dan langsung keluar mencari susternya.
Geya berjalan cepat menuruni anak tangga menuju dapur bersih untuk mengambil ponselnya yang masih di-charger di sana. Mengulas senyum, cukup puas melihat jumlah like terus bertambah dan komen-komen yang memuji kemolekan tubuhnya.
Kakinya lalu mendekat ke kulkas, membukanya sebentar melihat-lihat di dalam. Tidak ada pisang. Geya harus segera meminta mereka menyetok lagi.
"Non, mau susu? Biar saya buatin."
Kebetulan sekali ada pelayan yang datang. Geya tersenyum singkat, "Gak mbak. Udah tadi sama Bi Ratih. Pisang aku habis, ya?"
"Iya non, Mbak Ratih barusan pergi belanja sekalian beli keperluan non Geya."
"Oh oke. Aku mau makan, mbak."
Pelayan itu mengulas senyum tidak enak, "Ada abang-abang non sama temen-temennya, makannya ngikut mereka ya, non."
Geya memutar matanya malas. Kalo Bi Ratih pasti akan langsung memberinya makan tanpa mengikuti peraturan kediaman, dimana yang paling bungsu tidak boleh makan mendahului anggota inti lain. Hal yang sama juga berlaku untuk anggota tertua/tetua tidak boleh menunda jam makan.
Berbeda ketika hanya ada Geya di kediaman. Dia bebas mau makan kapan pun tanpa perlu mengikuti peraturan dan jam makan yang ditetapkan.
Pelayan tadi pergi meninggalkan Geya yang kini duduk di kursi bar sambil bermain media sosial. Tak lama suara langkah kaki terdengar mendekat. Geya masih tidak mengalihkan perhatiannya tanpa tahu yang masuk ke dapur adalah Vishaka, sepupu bayinya.
Vishaka agak terkejut melihat siluet cewek cantik duduk sendirian di kursi bar. Lalu mengingat kembali bahwa cewek cantik itu merupakan sosok si cupu yang beberapa waktu lalu membuat jantungnya nyaris berhenti.
Cowok itu terus menatap lekat sampai Geya menyadari keberadaannya. Vishaka sendiri belum sadar dan masih melamunkan sesuatu yang membuat wajahnya terlihat lucu dan konyol di mata Geya. Cewek itu lantas turun dari kursi bar, berjalan ke hadapan Vishaka.
Buk!
"Akh!" Shaka mengerang pelan ketika Geya tiba-tiba memojokkannya ke dinding dengan sorot mata dingin. Sebelah tangan Geya menahan lehernya cukup kuat. Vishaka sampai kaget.
"Liat apa lo?"
Vishaka mengerjap gugup. Sialan, bisa-bisanya dia tertangkap basah sedang memperhatikan Geya. Dan kenapa juga dia jadi salah tingkah dengan jarak mereka. Padahal mereka sudah pernah berpelukan!
"G-gue— terserah gue! Mata, mata gue. Gak boleh?!"
Geya terkekeh pelan membuat Shaka mengangkat sebelah alis bingung, "Mula lo konyol, kek orang bego. Gak pernah liat cewek seksi?"
"Pernah! Banyak. Gue juga sering digodain mereka, kayak yang lo lakuin ke gue sekarang," jawab Vishaka tak mau kalah. Namun itu tak membuat Geya takjub. Sebaliknya, cewek itu malah tersenyum miring.
"Oh ya? Bayi gue sering digodain?"
Vishaka mengangguk cepat. Detik berikutnya aksi Geya membuat jantungnya sekali lagi hampir berhenti.
"Kalau gini--" Sebelah tangan Geya mendekap pinggang Shaka, memberi elusan lembut di sana lalu menariknya hingga membuat kedua badan mereka menempel sempurna. "Pernah?"
Vishaka terhenyak dalam diam. Seluruh tubuhnya menegang hebat akibat tindakan Geya itu, sampai tidak sadar kedua tangannya bertumpu pada bahu kecil Geya yang tidak lebih tinggi dari dadanya. Vishaka tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Harusnya dia lah pihak yang melalukan itu pada Geya! Mengapa jadi terbalik?
Geya masih diam memperhatikan perubahan raut Vishaka. Matanya mengerjap bingung. Wajah serta leher cowok itu perlahan merona merah dengan bulir-bulir keringat mulai muncul di pelipisnya.
"G-geya."
Sebelah alis Geya terangkat, "Hm?"
"L-lepas--in." Shaka menunduk gelisah.
"Kenapa? Gue suka posisi kita sekarang." Tangannya kembali bergerak mengelus pinggang Vishaka lembut menimbulkan sensasi aneh dirasakan cowok itu.
"Tapi .. k-kita terlalu dekat."
Geya melipat bibirnya ke dalam menahan tawa. Seingatnya cowok troublemaker ini beberapa detik lalu masih memasang wajah tengil di depannya. Tapi lihat sekarang, dia seperti kelinci kecil yang tersesat. Ahh, ini yang membuat Geya sangat betah menggodanya.
"Emang kenapa kalo terlalu dekat?" tanya Geya balik sengaja bermain-main.
Vishaka tidak sanggup lagi. Dia menutup wajahnya yang terasa panas dengan kedua tangannya, "Gue malu!"
Mata Geya bergulir ke bawah, tepatnya pada sebuah gundukan yang menekan perutnya lalu kembali menatap Vishaka yang sedang mengintip dari celah-celah jarinya.
"Ck ck ck. Punya lo baperan ternyata," celetuk Geya mendengus sinis sambil melepaskan kukungannya pada Shaka. "Suruh abang gue cepet ke ruang makan. Gue udah laper. Okey?"
Geya menepuk bokong Vishaka dua kali sebelum melangkah pergi. Punggung cowok itu terasa membeku, namun tidak lama dirinya meringis malu sambil melihat ke arah gundukan di balik celananya. Shaka rasanya mau mengubur diri saja sekarang. Bisa-bisanya dia turn on di depan cewek, terlebih itu Geya! Mau taruh di mana mukanya nanti jika bertemu lagi?!
Lain dengan Geya. Cewek itu terkikik geli sampai kedua bahunya bergetar, mengingat raut panik dan gugup Vishaka barusan. Sepupunya itu memang di depan saja sok jagoan. Aslinya kalian sudah lihat sendiri. Manja dan cengeng. Geya tidak pernah bosan menjahilinya.
Tawa Geya terhenti ketika seseorang baru saja memasuki ruang tengah. Dia hendak berjalan ke salah satu sofa namun berhenti ketika cowok itu mendongak dan menatapnya.
"Geya?"
"Wassup pak ketos." Geya melambai singkat tanpa senyum.
"Tumben," celetuk Maes.
Sebelah alis Geya terangkat bingung, "Tumben apa?"
"Tumben ada lo. Biasanya setiap gue sama yang lain ke sini, lo gak pernah keliatan," jelas Maes. Suara lembutnya benar-benar menghanyutkan. Geya sampai menggigit lidahnya sendiri agar tidak teriak. Dia harus tetap stay cool walau dalam hati sedang menggila.
"Oh itu, yah gue bosen aja di kamar terus. Kali-kali bersosialisasi 'kan gak haram ya," jawab Geya mengundang tawa Maes. Tangan cowok itu menepuk puncak kepalanya gemas.
"Ya udah, gue susul abang lo dulu ke atas."
Geya mengangguk kecil, "Tiati, awas tangganya licin."
Maes lagi-lagi terkekeh. Namun dalam sekejap tatapan teduhnya berubah hingga mampu membuat Geya tertegun di tempat, "Postingannya, jangan begitu lagi. Bahaya."
to be continued..
Geya with Vishaka: 😈😋
Geya with Maes: 😳🫦pendek ya?
sorry yaa ini aja nyempetin update, aslinya gw belum sembuh total:(udah lama nih pengen dispam komen lagi dong 👉👉👉
sorry for typo and
see you in the next part 👐
.
.by. alginaya 🥂
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi | Asing
Teen FictionAlluna Deolinda, di ultahnya yang ke-17 tahun justru mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Dia bertansmigrasi ke tubuh Ayuna Geya Ranawijaya yang memiliki orang tua super sibuk, 3 abang yang tidak pernah menganggap dirinya, serta sepupu ppb...