Untuk pertama kalinya Chan masuk ke rumah Minho. Dia terus menemani pria itu saat tidur. Jujur jika Chan bisa menyentuh manusia mungkin dia tidak akan mengampuni suami brengsek itu.
"Kau di sini?" Tanya Minho tiba-tiba bangun.
"Iya aku menemani mu" kata Chan yang menunduk.
"Kau melihat suami ku?" Tanya Minho lagi. Pria itu menongkakan kepalanya dan menatap Minho.
"Kenapa kau masih saja mencemaskan pria brengsek itu?" Tanya Chan yang kesal.
"Bukan begitu Chan" kata Minho. Minho lalu berusaha bangun dan mendekat duduk ke arah Chan.
"Jangan merasa bersalah, aku tidak apa. Hmmm memang hidup di dunia ini sangat keras. Aku sangat iri pada mu" kata Minho lagi.
"Minho kenapa kau membiarkan dia memperlakukan mu seperti ini? Kau layak hidup dengan baik" kata Chan. Dia tiba-tiba menangis.
"Aku tidak ingin berpisah, aku akan melakukan semuanya sebisa ku" katanya. Chan jadi sangat sedih mendengarnya.
"Dia tidak mencintai mu, suami mana pun tidak akan tega menjual istrinya" kata Chan. Minho mengangguk, dua juga tahu.
"Kau jangan terlalu mencemaskan hidup ku, lebih baik kau pergi bersenang-senang sebelum kau pergi Chan" katanya.
Setelah kejadian itu, Minho tak pernah melihat suaminya itu pulang lagi. Pria manis itu sudah berusaha menghubunginya tapi nomornya tidak aktif.
"Dia kemana ya?" Tanya Minho cemas. Minho kembali bekerja seperti biasanya.
"Minho jangan cari dia" kata Chan tiba-tiba. Minho tersenyum pelan, dia pun mengangguk.
Jujur sejak pria itu pergi, Minho mulai agak tenang. Walaupun trauma kejadian waktu itu masih sangat dia ingat.
"Kau makan enak ya" kata Chan saat pertama kalinya melihat Minho makan di kedai cepat saji itu.
"Aku sangat suka makan ini" kata si manis. Chan tersenyum, sesulit apapun permasalahannya Minho selalu bisa tersenyum.
"Jika saja kau bukan hantu, mungkin aku akan mentraktir mu" katanya. Chan hanya mengangguk dan mengiyakannya.
"Minho Bukankah itu" kata Chan. Minho tiba-tiba terhenti saat seseorang menjambak rambutnya dari belakang.
"Jadi di sini kau ya? Makan enak di luar dan meninggalkan suami mu kelaparan di luar" katanya. Minho meringis kesakitan saat itu.
"Kak tolong lepaskan aku, semua orang menatap kita" kata Minho.
"Aku tidak peduli! Cepat kau pulang" katanya. Minho pun mengangguk dan pergi dari sana. Chan benar-benar emosi saat mengekor pada pasangan itu, pria itu sejak tadi terus mencaci maki Minho.
"Mana uang mu?" Tanya pria itu saat sampai.
"Kak uang yang banyak itu ke mana? Baru dua hari apa sudah habis?" Tanya Minho.
"50 juta itu sudah habis, aku kalah judi" katanya. Dia lalu kembali mendorong Minho.
"Mana berikan! Jika tidak aku akan memukuli mu" katanya. Minho yang tidak punya pilihan pun memberikannya.
"Aku akan pergi keluar" kata pria itu. Minho hanya mengangguk saja.
"Kau belum juga hamil?" Tanyanya tiba-tiba.
"Belum" jawab Minho.
"Dasar mandul tidak berguna" katanya kemudian dia pergi dari sana. Minho nampak berkaca-kaca mendengar itu.
"Minho" panggil Chan. Seketika Minho berkaca-kaca sambil menatap Chan.
"Aku akan masuk, kau pergi jalan-jalan saja" katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [BANGINHO] ✔️
FanfictionSemua hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain, namun Minho dapat melihatnya. Warning !! -Bxb -mpreg -kekerasan