INVISIBLE PART. 20

950 64 2
                                    

🔞

"Hahhh"

"Hmmm hahh"

"Chan ahh apa sudah?"

Minho memegang perut Chan sambil menggerakan pinggulnya untuk memuaskan sang suami. Chan hanya diam saja melihat pemandangan seksi itu. Tubuh Minho terlihat berkilau dipenuhi keringat pagi itu.

"Belum" katanya. Minho dengan lemas kembali menggerakan bokongnya sampai dia tumbang di atas Chan.

"Hah hah hah maaf tapihh aku sepertinya tidak mampu" katanya sedih.

Chan terkekeh kemudian menaikan tubuh sang istri. Dia mencium wajah Minho berulangkali.

"Kau sudah berusaha" katanya. Chan kemudian menekuk kakinya dan bangun. Kali ini dia berganti posisi duduk sambil memegang Minho.

"Aku bantu" kata Chan. Minho meremas punggung sang suaminya saat Chan menggempur lubang Minho.

"Hhhh aahhh hnghhh" Minho tidak bisa mengontrol desahannya. Ini benar-benar sangat nikmat baginya.

"Chan tolong hah cium aku" katanya tiba-tiba menatap manik mata Chan dengan kedua mata berairnya. Chan langsung menautkan bibirnya dan menuangkan rasa cinta mereka satu sama lainnya.









***






"Dapat" suara anak kecil itu terdengar di halaman belakang rumah mewah itu.

"Inoo!!" Mendengar namanya di panggil, si kecil langsung tersenyum dan bersembunyi di balik kursi taman.

Sekarang pria manis dengan perut bunting berjalan dengan terengah-engah sembari memegang pinggangnya.

"Ino di mana? Ibu lelah" katanya. Si manis kemudian berjalan ke kursi taman dan duduk.

"Ino ayo keluar nak, adik ingin bermain dengan mu" kata sang ibu sembari mengusap perut buncitnya.

"Benarkah?" Tanya anak bernama Ino itu. Dia langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan duduk di kursi taman.

"Ibu capek ya?" Tanyanya melihat sang ibu merah pucat.

"Tidak kok, tapi lain kali jangan terlalu jauh ya kalau bersembunyi" katanya. Ino pun mengangguk dan memeluk lengan sang ibu.

"Ayah kapan pulang ibu?" Tanyanya. Minho menghela napas panjang, dia pun tak tahu. Hampir dua bulan Chan pergi ke luar negeri meninggalkan mereka.

"Ibu kangen ayah?" Tanyanya. Minho tersenyum dan mengangguk.

"Dia pasti akan segera pulang, jangan khawatir kan ada ibu dan adik" katanya sambil mengelus surai hitam anak itu. Ino kembali ceria dan percaya apa yang sang ibu katakan.





***



"Ibu?" Tanya Minho saat melihat sang mertua ada di sana. Wanita itu seperti biasa modis dan bergaya, berbeda dengan dirinya.

"Ibu membawakan mu pakaian bayi lengkap sayang, karena Chan sibuk jadi tidak bisa menemani mu berbelanja" katanya. Minho pun mengangguk dan tersenyum.

"Hei, masih saja canggung. Kau sudah berapa tahun menjadi menantu ku? Kenapa sangat canggung dan asing. Anggap aku ibu mu" katanya pada Minho. Pria manis itu pun mengangguk pelan. Mungkin karena pikiran buruk dari mimpi itu membuat Minho salah sangka dan takut.

"Apa kalian sudah makan? Atau aku akan memasak untuk kalian?" Tanyanya.

"Tidak ibu, kami sudah makan baru saja tadi. Terima kasih karena ibu sudah mau datang" katanya.

"Baiklah sayang, minggu depan aku akan pergi ke luar negeri. Mungkin akan membawa banyak tanaman baru, saat aku pulang kau harus datang ya" katanya.



Memang terlihat sangat tegar di siang hari, tapi saat malam Minho selalu merasa sendirian di kamarnya. Dengan hamil besar tanpa suami sangat berat baginya. Entah sampai kapan Chan akan di sana.

"Apa dia akan kembali? Ini sudah sangat lama" katanya sambil menatap ke arah jendela. Jujur dia sangat takut jika ditinggalkan lagi seperti dulu.

"Hmmmm" dia menghembuskan napas panjang, jika terus seperti ini akan menganggu kesehatannya. Oleh karena itu Minho memutuskan untuk tidur di samping putranya.

Entah kenapa tiba-tiba dia mendengar suara klakson mobil seperti masuk ke pekarangan rumahnya. Sangat familiar dan tidak asing.

Si manis langsung bangun dengan cepat dan berjalan ke jendela. Matanya berbinar melihat seorang pria turun dari mobil sambil mengeluarkan koper dari bagasinya.

"Apa ini mimpi?" Tanya Minho sambil mengusap wajahnya. Suara pintu dibuka membuat hatinya berdebar, jujur Minho seperti panik tidak tahu akan melakukan apa.

Suara pantofel itu terdengar menaiki tangga, Minho meremas sweater yang dipakainya sambil menatap ke arah pintu kamar.

"Minho?" Suara itu terdengar, suara yang sangat dia rindukan beberapa bulan ini. Pria manis itu berjalan mendekat perlahan, entah kenapa tubuhnya bergetar.

Tiba-tiba pintu dibuka dari luar, memperlihatkan seorang pria dengan wajah pucatnya.

"Kau belum tidur?" Tanyanya, pria itu refleks mendekat dan menangkap tubuh Minho yang oleng.

"Minho kau kenapa?" Tanya Chan berusaha menepuk pipinya.

"Ini bukan mimpi kan?" Tanya Minho. Chan kemudian membawa Minho ke kasur dan mendudukannya di sana.

"Kau butuh sesuatu" katanya sambil mengusap punggung Minho. Chan melihat istrinya, berbeda dari saat dia tinggalkan.

"Kenapa kau pergi sangat lama hiks, aku sendirian" tiba-tiba Minho menangis. Chan jadi panik dan merasa sangat bersalah, seharusnya dia tak pergi.

"Minho aku benar-benar minta maaf, aku janji tidak akan pernah meninggalkan mu" katanya. Chan kemudian memeluk Minho.

"Apa kau ingin sesuatu? Aku membawa banyak oleh-oleh untuk kalian" katanya. Chan kemudian membawa kopernya dan memperlihatkan bawaannya.

"Bagaimana kau suka?" Tanya Chan. Minho mengangguk tapi dia terus memeluk suaminya.

"Sebenarnya kau tak perlu membelinya, saat ada kau saja aku sudah senang. Janji tidak pergi lagi ya" katanya manja. Chan mengangguk dan mencium si manis berkali-kali.

"Aigoo kau sangat kurus" kata Chan sambil menaikan Minho ke pahanya. Pria itu membuka satu kancing piyama Minho dan mengarahkan wajahnya ke celah leher si manis.

"Hmmm Chan jangan di sini, ada anak kita" kata pria itu berusaha menahan suaminya.

"Aku tidak tahan" kata Chan. Minho pun mencium pipi si serigala ganas itu.

"Di tempat ganti pakaian saja bagaimana?" Tanya Minho. Chan pun menggendong Minho ala bridal dan membawanya ke sana.







End.

Jangan lupa vote dan komen ya

INVISIBLE  [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang