Minho benar-benar sangat canggung saat berpapasan dengan Chan setelah memimpikan hal aneh itu. Tak hanya takut, dia juga menjadi takut ketika mendengar keluarga Chan.
"Lebih baik aku menjauhinya, aku tidak ingin terjadi sesuatu" kata si manis sembari memotong sayuran.
"Minho buatkan kopi" suara Chan memecah keheningan. Seketika dia jadi panik dan tak sengaja menyayat tangannya.
"Aduh" guman Minho sembari membawanya ke keran untuk di bilas. Di sisi lain Chan saat itu duduk di ruang tamu sambil menunggu kopi.
"Kenapa lama ya? Biasanya dia cepat" katanya.
"Minho" panggil Chan lagi. Tak ada suara sama sekali.
"Minho!" Teriak Chan lebih keras.
"Tunggu Tuan Chan" katanya. Chan menaikan salah satu alisnya dan berdiri menuju ke arah dapur.
"Astaga Minho" kata Chan saat melihat Minho memegang tangannya dengan tisu yang penuh darah. Pria manis itu seketika panik melihat Chan.
"Tuan Chan tunggu ya" kata Minho berusaha menyembunyikan tangannya. Chan berjalan mendekat dan mengambil tangan Minho.
"Kenapa bisa berdarah seperti ini" katanya. Mata Minho terbelakak saat melihat Chan memasukan jari miliknya ke mulut pria itu.
"Tuan Chan apa yang anda lakukan?" Tanya Minho. Tak berselang lama, Chan langsung melepaskannya.
"Ini cara ku jika tangan ku terluka, ibu ku yang mengajari" kata Chan sembari memberikan senyuman lebarnya.
"Terima kasih banyak ya, aku sangat merepotkan" kata Minho menunduk memohon maaf.
"Tidak masalah" katanya sembari memegang bahu milik Minho. Sentuhan itu benar-benar membuat Minho merona, dalam mimpinya dia dan Chan pernah Hmmm sebaiknya Minho tidak membahasnya.
Tangan Chan tiba-tiba menyentuh wajah Minho dengan lembut, seketika Minho terlihat berkeringat dan terengah-engah. Pria manis itu kemudian refleks menjauhkan dirinya.
"Kopinya akan segera aku buat, jadi Tuan Chan tunggu di luar saja" katanya. Chan melihat itu, sepertinya Minho masih trauma sekarang ini.
***
Sejak Minho ada, kebun rumah Chan menjadi terawat dan kembali asri. Setiap sore hari sebelum mandi pria manis itu akan berkebun untuk mengisi waktu luangnya.
"Astaga cantik sekali!" Suara itu membuat Minho terkejut. Dia kemudian bangun dan menatap ke arah sumber suara. Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek berjalan sembari melihat tanaman di sana.
"Wah ini kau yang merawatnya?" Tanya wanita itu. Minho meneguk salivanya, jujur dia tahu siapa ini. Dia adalah ibu Chan. Seketika pria manis itu menunduk takut.
"Iya Nyonya" jawabnya. Wanita itu terlihat kegirangan melihat bunga-bunga indah yang bermekaran itu.
"Saat Chan koma, tempat ini seperti semak belukar. Tak ada tanaman hias yang berbunga, tapi sejak kau datang dia kembali cantik" katanya. Minho tersenyum pelan dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [BANGINHO] ✔️
FanfictionSemua hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain, namun Minho dapat melihatnya. Warning !! -Bxb -mpreg -kekerasan