INVISIBLE PART 11.

594 76 7
                                    

Minho kembali bekerja dengan keras, bagaimana pun dia harus melunasi uang itu walaupun sangat mustahil.

"Minho ayo makan dulu" kata Chan mengingatkan dirinya.

"Nanti Chan aku sedang sibuk" katanya sambil merapikan stok minuman ke kulkas.

Semakin lama Chan melihat Minho semakin kurus dan wajahnya juga sangat pucat.

"Ayo Minho" kata Chan lagi. Minho nenghela napas kemudian menatap dirinya.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Minho. Chan hanya diam tidak menjawab. Seketika pria manis itu tersenyum, Chan memang ada-ada saja.

"Baiklah aku akan makan" katanya.

Aroma masakan Minho membuat Chan tersenyum. Pria manis itu memang tidak gagal jika disuruh memasak.

"Apa rasanya enak?" Tanya Chan. Minho pun mengangguk sambil mencicipinya.

"Enak" katanya. Tiba-tiba pintu rumah dibuka dengan paksa dari luar.

"Minho ku sayang" suara itu terdengar. Minho mematikan kompor dan langsung keluar.

"Kau ingin kita cerai kan? Jadi ini suratnya" kata pria itu.

"Aku baca dulu" kata Minho, pria itu menepis tangan Minho.

"Tanda tangan saja" katanya. Minho kembali bersikeras untuk mengambil map itu. Tapi dengan kasarnya dia memukuli Minho. Hidung Minho nampak mengeluarkan darah saat itu.

"Cepat!" Katanya. Pria manis itu pun tidak punya pilihan dan dia pun menandatanganinya.

"Bagus! Aku akan pergi lagi" katanya. Minho hanya diam saja sambil mengusap darah dari hidungnya.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya pria itu. Minho mengangguk sambil tersenyum.

"Akhirnya aku akan lepas darinya" katanya. Dia lalu bangun.

"Minho" kata Chan. Pria manis itu menggeleng dan kembali ke dapur. Seminggu setelah itu, saat pulang dari supermarket Minho melihat rumahnya ramai.

"Ada apa ini?" Gumam pria manis itu.

"Kenapa masih ada barang di sini" katanya.

"Tuan apa yang bisa saya bantu?" Tanyanya.

"Ini rumah mu?" Tanyanya.

"Iya Tuan" katanya.

"Cepat kosongkan, rumah ini sudah dijual oleh Tuan Lee" katanya. Minho terbelakak mendengar itu.

"Tapi belum satu tahun, aku akan membayar hutangnya" kata pria manis itu.

"Hutang? Dia menjualnya bukan menjaminkan rumah ini. Mungkin maksud anda beda" katanya. Minho benar-benar syok mendengar itu.

"Aku sudah membayar secara Cas rumah klasik ini. Tuan saya berikan waktu dua hari untuk anda mengemas semua barang anda" katanya. Mereka kemudian pergi keninggalkan Minho yang masih terpaku.

"Apa? Bagaimana bisa? Aku akan tinggal di mana?" Kata Minho. Chan hanya bisa melihat itu, dia benar-benar sudah tidak tahan.

Semalaman itu Minho terus menangis, Chan sudah sangat berusaha menenangkan pria manis itu tapi gagal.

"Aku hiks akan tinggal di mana hiks" katanya sambil mengemas semua pakaiannya.

"Minho pasti ada jalan, kau tidak boleh menyerah" katanya. Bukannya semakin tenang Minho malah semakin menangis mendengar itu.

Suara pintu pun terdengar, Minho langsung berlari keluar dari kamarnya untuk melihat pria itu.

"Kak apa maksud mu menjual rumah ku?" Tanya Minho yang sudah sangat emosi dengan tingkah lagi pria ini.

"Setelah bercerai maka aku tidak akan mendapatkan apapun, jadi aku jual saja" katanya.

"Tega sekali ya kau, dasar pria brengsek!!" Teriak Minho yang ingin memukulinya. Tapi dengan cepat dia menendang Minho membuat pria itu tersungkur ke lantai.

"Beraninya kau menyebut ku brengsek, ini semua karena mu!! Seharusnya dulu kau yang mati bukan kakak mu!" Katanya. Minho menangis sejadi-jadinya saat itu.

"Aku sudah sangat muak dengan mu, kau benar-benar tidak berguna. Sebaiknya kau mati saja" katanya. Dia lalu mengambil sesuatu dari kantongnya dan memasukannya dengan paksa ke mulut Minho.

"Mati kau!!" Katanya. Minho berusaha keras untuk memuntahkannya.

"Minho!!" Teriak Chan yang, saat dia akan berlari tiba-tiba tubuhnya mulai menghilang.

"Tidak Minho, kau tidak boleh mati" kata Chan sambil menangis.






*





"Hah" suara hembusan napas panjang itu terdengar. Suasana benar-benar sangat berbeda saat itu.

"Di mana aku?" Gumam pria sambil menatap ke sekeliling.

"Chan? Kau!" Kata semua orang yang ada di sana. Chan melihat mereka semua, dia baru sadar dia saat itu tengah di rumah sakit.

"Aku harus pergi" katanya sambil berusaha melepaskan semua alat medis itu. Semua keluarga Chan benar-benar panik melihatnya.

"Kau baru sadar nak, jangan lakukan itu" kata seorang wanita paruh baya yang menangis melihat Chan.

"Ibu biarkan aku pergi, ada orang yang harus aku selamatkan" katanya.


Chan dengan pakaian rumah sakit itu langsung berlari turun dari mobil. Seorang pria berjas itu membuntuti dirinya dari belakang.

"Minho!!" Teriak Chan.

"Chan ini rumah siapa? Kenapa kau?" Pria itu terkejut saat melihat sang adik masuk ke sana.

"Minho!!" Teriak Chan saat melihat seseorang pria tergeletak lemas di dalam sana.

"Minho aku akan menyelamatkan mu" kata chan sambil menangis. Tiba-tiba mata sayu itu terbuka perlahan. Chan benar-benar panik saat mulut Minho terus mengeluarkan busa.

Tanpa berpikir panjang, Chan langsung menggendong Minho ala bridal dan pergi dari sana.

"Kakak ayo cepat" kata Chan sambil menepuk pipi Minho. Pria manis itu sudah terlihat terengah-engah. Tak sampai beberapa menit akhirnya mereka sampai.

"Biarkan aku ikut" kata Chan berusaha mengikuti mereka. Tapi petugas dan keluarga Chan menahan dirinya.

"Kau masih sakit, ayo diam di sini. Biarkan mereka menolongnya dulu" bujuk ibu Chan pada anaknya. Chan terus menangis, dia tidak bisa kehilangan Minho.










TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INVISIBLE  [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang