Setelah berdebat dengan Chan, Minho pun kembali bekerja. Karena apa yang Chan katakan membuat pria manis itu seketika takut lagi.
"Apa benar dia akan melakukan itu? Dia sudah janji pada ku kan?" Kata Minho sambil menatap ke arah jendela. Tapi dia berusaha untuk tidak percaya, bagaimana pun pria itu adalah suaminya.
"Lebih baik aku fokus bekerja" kata Minho.
Minho tersenyum saat membawa makanan itu. Sepertinya dia sangat ini kembali beruntung.
"Aku hanya harus mengumpulkan sedikit lagi untuk membayar cicilan" katanya. Minho berusaha menyembunyikan sedikit uangnya. Jadi pada akhirnya dia cukup punya uang untuk membayar tagihan mereka.
"Chan apa dia benar-benar pergi ya?" Tanya Minho saat melihat tak ada pria itu di sana. Minho menghela napas dan merasa bersalah, dia tadi sempat memarahi Chan dan mengusirnya
"Walaupun dia hantu, tapi mungkin dia juga marah. Maaf ya Chan" katanya kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.
Minho melihat rumahnya masih terang, sepertinya semua lampu masih hidup.
"Kau sudah pulang ya" suara sambutan itu membuatnya terkejut. Minho melihat masakan itu di atas meja.
"Ayo duduk kau pasti lelah" katanya. Minho meneguk salivanya dan duduk.
"Makanan ini dari mana?" Tanya Minho. Pria itu terlihat tersenyum sambil melepaskan celemak memasaknya.
"Aku membeli bahan masakannya dan memasak" gumamnya. Minho tersenyum mendengarnya.
"Kakak sudah mendapat pekerjaan ya?" Tanyanya. Pria itu tersenyum dan mendekat ke arah Minho. Dia mengusap rambut Minho dengan lembut dan mencium keningnya.
"Ayo makan kau pasti lapar" katanya. Minho pun mengangguk sambil tersenyum dan makan.
Saat itu Minho nampak mengambil pakaian bersih di lemari setelah mandi. Namun tiba-tiba seseorang memeluk dirinya dari belakang.
"Kau wangi sekali" katanya. Minho hanya tersenyum sambil memegang tangan pria itu.
"Minho aku tiba-tiba merindukan mu" katanya. Minho hanya diam saja saat pria itu menggerayangi tubuhnya.
Dalam sekejap Minho sudah berada di atas kasur. Pria itu tak henti-hentinya menyentuh Minho.
"Kau kenapa?" Tanya Minho saat tiba-tiba pria itu berhenti. Pria tersenyum tersenyum dan menatap wajah manis Minho.
Dia mencium bibir tipis pria manis itu beberapa kali. "Mereka sudah datang menjemput mu" katanya.
Pintu itu pun terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan jasnya.
"Ini dia?" Tanyanya. Pria itu mengangguk dan menunduk memberikan hormat.
"Kau yakin? Dia istri mu kan?" Tanyanya.
"Yakin, anda bisa menyewa dia. Dia memang sering saya sewakan" katanya. Pria berjas itu tertawa mendengarnya.
"Orang miskin akan melakukan apa saja demi uang termasuk membiarkan istrinya tidur dengan pria lain" katanya sambil mendekat.
Minho tidak bisa berhenti menangis saat itu, dia benar-benar sangat takut. Seandainya saja dia percaya pada Chan.
"Walaupun kau sudah menikah tapi kau sangat cantik, aku menyukainya" kata pria itu sambil meraba pundak Minho.
"Tuan silahkan bersenang-senang" katanya. Pria itu tersenyum pada Minho sambil memberikannya sebuah piyama.
"Pakai dulu, kita akan pergi ke hotel. Aku tidak kau menghabiskan malam di gubuk reot ini" katanya. Minho hanya diam saja sambil menangis.
"Minho ikut dengan Tuan Kim" kata pria itu tak berdosa.
Tubuh Minho benar-benar bergetar saat masuk ke dalam mobil mewah itu. Apalagi pria yang berjas itu terus menatapnya.
"Kau tipe ku, cantik dan manis" katanya sambil mengusap air mata Minho. Dia lalu meraba paha mulus milik si manis.
"Jangan takut, kita akan bersenang-senang. Malam ini anggap saja kau tengah melayani suami mu" katanya. Minho membuang muka dan menunduk.
"Kau hanya malu" katanya kemudian mengambil wajah Minho. Minho meneteskan air mata saat pria itu mulai melumat bibirnya. Semakin lama Minho mulai semakin merasakan keintiman dari pria itu.
"Supir cepatlah, aku sudah tidak sabar" katanya.
"Tuan tolong lepaskan saya, saya tidak mau melakukan ini" kata Minho saat pria itu berhasil membawanya.
"Tapi aku sudah memberikan uang kes pada suami mu" katanya. Minho berkaca-kaca melihat mata pria itu.
"Saya akan bekerja dengan keras untuk mengembalikannya, tapi saya tidak mau melakukan itu" kata Minho. Pria itu tersenyum dan mendudukan Minho ke pahanya.
"Kau yakin bisa?" Tanyanya. Minho mengangguk dengan cepat.
"Tapi nominalnya sangat banyak" katanya lagi sambil memainkan rambut Minho.
"Saya yakin akan bisa" katanya sambil seseunggukan. Pria itu tersenyum dan memeluk Minho dari belakang.
"500 juta, kau harus mengembalikannya dalam waktu dua hari" katanya. Mata Minho berbelalak mendengar nominal itu.
"A..apa? 500?" Mulut Minho bergetar mendengarnya.
"Iya, harga mu 500 juta. Jadi bagaimana?" Tanyanya. Minho langsung diam mendengarnya.
"Kau pasti tidak mampu ya? Bekerja magang di sepuluh tempat pun tidak akan bisa membuat mu melunasi tepat waktu" katanya sambil membuka piyama itu. Minho benar-benar seperti tidak berdaya saat itu.
"Lebih baik tidur malam ini dengan ku dengan baik, saat besok semuanya akan kembali seperti semula" katanya. Minho benar-benar tidak punya pilihan lain dan cuma bisa menuruti apa yang pria itu mau.
🔞
"Nghha ahh sakit" Minho menjerit saat pria itu mulai memasukan penisnya ke lubang Minho.
"Kau harus rileks, jika tenang tidak akan sakit" katanya. Minho mengatur napasnya, air matanya terus menetes sejak tadi.
"Nghh" dia tersentak saat merasakan lubangnya langsung penuh.
"Kau Cobalah tenang, di dalam sana terus meremas punya ku ya" katanya mulai emosi. Minho berusaha tenang, tapi dia sangat takut.
"Aiss sialan" katanya lalu mengambil sesuatu dari kantong celananya dan memasukannya ke dalam mulut Minho.
"Obat itu akan membuat mu liar seketika" katanya sambil tersenyum miring.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [BANGINHO] ✔️
FanfictionSemua hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain, namun Minho dapat melihatnya. Warning !! -Bxb -mpreg -kekerasan