"Aku lupa membelikan dia pakaian" gumam Chan saat mengambil salah satu pakaiannya di lemari.
"Huh aku telpon Changbin dulu" katanya.
"Iya Tuan Chan"
"Changbin apa kau sudah selesai menyumbangkan semua pakaian Minho?"
"Sudah Tuan, semuanya sudah siap"
"Baiklah, aku tidak ingin kenangan lamanya dia ingat. Aku tidak mau dia trauma. Bawa saja yang sepertinya penting"
"Sudah Tuan saya sudah memilihnya"
"Baiklah setelah itu, kau ke mall ya. Beli pakaian yang Kira-kira cocok untuknya. Bawa pacar mu Felix, dia pasti tahu. Beli yang banyak ya. Pokoknya penuh satu lemari"
"Siap Tuan"
"Huh akhirnya" kata Chan. Dia pun keluar dengan pakaian yang akan dia berikan pada Minho.
Karena Chan lama di rumah sakit, asisten rumah tangganya pun kembali berhenti bekerja. Jadi untuk sementara Chan yang akan mengurusi dirinya dan juga Minho.
"Chan apa kau perlu bantuan?" Suara itu membuat Chan tersenyum. Aroma sabun mandi yang wangi itu dapat dia hidup.
"Tidak kau duduk saja Minho" katanya. Pria manis itu menjadi tidak enak dan mendekat ke arah Chan.
"Wah kau masak apa?" Tanya Minho. Chan sekilas menoleh. Dia melihat Minho sudah rapi dengan menggunakan pakaian milik Chan.
"Kebesaran ya" kata Chan. Minho menatap pria itu sambil mengangguk.
"Iya lumayan besar" katanya. Chan pun mengangguk pelan. Sejak tadi pria Bang itu terus menatap Minho.
"Apa ada masalah?" Tanya Minho padanya. Chan langsung menggeleng pelan.
"Kau cantik" katanya. Minho terkekeh mendengarnya itu, bukan pertama kalinya Chan memuji dirinya.
***
"Sssttt jangan sampai dia terbangun, kalian mengerti" bisik Chan pada kedua teman dan bawahannya.
Mereka langsung membuka lemari dan mengisinya dengan pakaian baru. Malam itu Minho sudah terlihat terlelap di ranjangnya.
Chan duduk di samping Minho dan mengusap rambut pria manis itu.
"Siapa dia?" Bisik Changbin pada pacarnya. Pria manis berambut pirang itu menggeleng sambil menata pakaian di lemari.
"Saat dia sadar, tiba-tiba dia membawa pria asing. Nyonya sampai bingung" lanjut Felix.
Melihat Chan yang aneh membuat Changbin terkekeh pelan. Untuk pertama kalinya dia melihat atasannya seperti itu.
"Biasanya dia anti pacaran, tapi hmmm seketika dia romantis" kata Changbin.
"Ayo kita ajak dia bermain" katanya.
"Hai! Nanti dia marah" kata Felix. Changbin lalu menggetok lemari itu beberapa kali. Suara itu membuat Minho membuka mata.
"Chan? Kau di sini?" Tanya Minho saat melihat pria itu.
"Minho aku sedang merenovasi rumah, kau lanjut tidur ya" katanya dengan lembut. Felix dan Changbin tertawa melihat percakapan manis itu.
"Dasar Bang Chan aneh" kata Changbin.
***
"Duh maaf ya Minho, nanti aku cari asisten rumah tangga" kata pria itu sambil mencuci piring. Minho berdiri di samping Chan.
"Kau mencari asisten rumah tangga?" Tanya Minho berbinar. Chan mengangguk pelan.
"Apa aku boleh bekerja?" Tanyanya. Chan langsung menoleh dengan tatapan sinis.
"Kau mau bekerja di sini?" Tanya Chan. Minho langsung mengangguk mengiyakannya.
"Aku harus mengumpulkan yang untuk membayar hutang dan perceraian" katanya. Chan terdiam, dia baru ingat jika Minho masih belum sah bercerai dengan suaminya.
"Hmmm bagaimana jika aku yang akan membayar hutang dan biaya perceraian mu dulu?" Tanya Chan.
"Kau punya uang dulu?" Tanya Minho, tapi nominalnya benar-benar banyak dia jadi ragu pada Chan.
"Tentu, aku akan lunasi dulu kau tenang saja" kata Chan. Minho seketika berbinar mendengarnya.
"Baiklah aku nanti akan bayar hutang ku pada mu setelah aku sah bercerai ya" kata Minho. Jujur dia sangat ingin cepat bercerai dengan pria brengsek itu.
Dari yang di tunggu pun tiba, keduanya kini telah sah bercerai. Saat keluar dari ruangan itu Minho melihat mantan suaminya.
Dia langsung kembali diborgol oleh polisi dan dibawa pergi.
"Kau tidak apa-apa kan?" Tanya Chan pada pria manis itu. Minho mengangguk dengan senyuman itu.
"Mulai sekarang aku akan fokus bekerja" katanya. Chan sangat suka semangat itu, apapun yang terjadi dia selalu bersemangat.
"Kau mau aku traktir makan?" Tanya Chan.
Minho langsung tergiur saat melihat makanan itu datang. Chan benar-benar tahu apa yang dia suka.
"Ayo silahkan makan" katanya. Minho mengambil sumpit dengan semangat dan mulai makan bersama. Saat malam Minho tak sengaja melihat sebuah papan dengan tulisan "Dicari Karyawan" di toko itu.
"Mereka mencari pegawai" kata Minho berbinar. Chan menoleh dan melihatnya, Minho langsung bangun ingin pergi bertanya pada staff di sana.
"Kau mau ke mana?" Tanya Chan.
"Aku kau tanya, katanya mereka butuh orang untuk bekerja" katanya. Chan membawa Minho kembali duduk.
"Minho apa kau tidak bisa mencari pekerjaan lain? Seperti di perusahaan atau sebagainya?" Tanya Chan. Chan sudah sangat kasihan melihat Minho mengambil pekerjaan seperti itu.
"Aku hanya lulus sekolah menengah atas bagaimana bisa aku diterima di perusahaan" katanya. Chan menghela napas dan mengangguk.
"Kau tidak pernah magang di perusahaan atau sebagainya?" Tanya Chan lagi. Minho langsung menggeleng.
"Setelah tamat sekolah aku langsung menikah. Aku benar-benar tidak punya keahlian apapun kecuali melakukan pekerjaan rumah dan memasak. Mengetik di laptop saja aku tidak terlalu paham dan bisa" katanya. Chan pun mengangguk sambil mengusap tangan Minho.
"Tidak usah bekerja di luar, bekerja saja di rumah ku" kata Chan. Minho pun mengangguk dengan semangat.
"Tapi aku maunya bekerja di dua tempat agar cepat bisa melunasi hutangnya" kata Minho lagi.
"Bekerja saja di rumah ku, jangan pikirkan uangnya. Jaga rumah ku dengan baik maka hutang mu akan lunas" kata Chan. Minho sebenarnya tidak enak mendengar itu tapi jika dia Chan pasti bersikeras.
"Baiklah, terima kasih banyak Chan. Kau selalu membantu ku" kata Minho sambil tersenyum padanya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [BANGINHO] ✔️
FanficSemua hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain, namun Minho dapat melihatnya. Warning !! -Bxb -mpreg -kekerasan