Gelap.
Tapi samar-samar ia mendengar orang-orang disekitarnya saling berteriak satu sama lain. Terdengar juga beberapa tembakan, dan akhirnya telinga nya berdengung. Dengungan telinga nya semakin kencang, makin lama makin sakit, sakit itu menjalar ke kepala nya.
Sakit.
Karena begitu sakit, ia membuka mata nya, tampak seorang laki-laki berwajah tegas, hidung mancung, dan bibir yang tak pernah tersenyum. Dan mata yang begitu menyorotkan kegelisahan dan kekhawatiran.... tunggu..khawatir?
Apa benar? Sepertinya mata nya salah lihat. Lagipula ia merasa amat pusing sekarang, mana mungkin laki-laki itu begitu bukan?
"Uhukkk...sa-kit ..." Batuk Atariq
"Tahan! Jangan pejamkan matamu, dan tatap aku!" Ucap laki-laki itu
"Ta-pi...Aliq ngantuk.. hehe..he.." Ucap Atariq lalu sepenuhnya tak sadarkan diri
"ATARIQ! KUBILANG BUKA MATAMU!" Bentak laki-laki itu sambil fokus menyetir, tapi tak ada sahutan. Laki-laki itu semakin brutal membawa mobilnya
*************
Terdapat satu laki-laki sedang duduk termenung di depan pintu ruang ICU. Tangannya gemetar penuh dengan darah yang sudah mengering. Mata nya terlihat sembab, dengan wajah yang sudah dipenuhi air mata kering.
"Kak! Atariq, bagaimana?!" Teriak Ethan sambil mengguncang tubuh kakak di depannya
"Kak Agra! JAWAB!" Bentak Ethan, Agra menggeleng tanda tak tahu
Ethan terperosot ke bawah, ia lemah, sangat lemah, bila menyangkut keadaan Atariq. Entah kapan Atariq menjadi sebuah kelemahan terbesar bagi diri nya. Ethan lagi dan lagi menangis.
Willem dan Ethen hanya bisa menampilkan raut muram saja. Sedangkan Aden menenangkan Alisha yang terus menangis, dan Ana yang ikut menangis.
Ceklekk
Dokter keluar dengan beberapa suster di belakang nya. Agra dan Ethan cepat-cepat menghampiri dokter itu
"Bagaimana keadaan nya?!" Tuding Ethan
" Pasien dalam keadaan kritis. Kita masih menunggu perkembangan selanjutnya. Mohon untuk keluarganya untuk terus menemaninya, karena seperti nya beliau sudah menyerah akan hidupnya. Tapi ----"
"MAKSUDMU?!" Bentak Agra sambil mencengkram baju dokter itu
" Pasien sempat henti jantung, kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ia seperti menolak untuk diselamatkan. Keadaan nya masih belum cukup baik untuk dipindahkan ke ruang rawat. Jadi untuk beberapa waktu kedepan, beliau masih harus dipantau dengan seksama. "
"Dan mohon bila ingin menjenguk hanya satu atau dua orang saja. Kami permisi."
Mereka yang mendengarnya meluruh. Alisha yang semakin menangis, Aden yang ingin menangis tapi ditahan karena harus menenangkan Alisha. Willem dan Ethen yang semula berdiri kini terduduk lemas di lantai. Ethan yang membungkam mulutnya menggunakan tangannya sendiri untuk menahan tangis, serta Agra yang langsung menonjok dinding disebelahnya.
Semua akibat ucapan dokter beberapa detik yang lalu. Semua nya terdiam. Hanya suara tangisan yang terdengar.
Dion yang awalnya hanya ingin melaporkan situasi Arthur, ikut menangis karena mendengar ucapan dokter yang baru saja menyampaikan keadaan tuan muda nya.
**********
Ethan dan Agra, mereka berdua masuk ke dalam ruangan Atariq dengan menggunakan pakaian hijau. Pakaian khusus untuk masuk ke dalam ruang ICU. ( btw gua ngarang coy, gua kaga tau namanya apaan - author )
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Random[END] [JANLUP VOTE NYA NGAB, SANKYUU] [JUST BROTHERSHIP NOT BL] Atariq, namanya. Tiba-tiba saja ia bertransmigrasi ke dalam novel yang ia pungut dijalan. Ia membacanya dan ujung-ujungnya kesal dengan isi novelnya. Pantas saja ada dipinggir jalan...