Prat 15

8.2K 895 44
                                    

Beberapa hari terlewat, entahlah Atariq pikir kalau Ana semakin terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka nya. Apalagi jika tidak ada orang sama sekali dirumah. Maksudnya jika anggota keluarga nya tidak ada di rumah.

Maid ataupun bodyguard yang lain juga tidak memiliki kuasa apapun untuk membicarakan hal itu. Mereka masih sayang pekerjaan nya. Jadi mereka memilih untuk main aman.

Meskipun terkadang mereka sedikit iba pada Atariq. Karena diperlakukan seperti itu oleh Ana. Hanya para pekerja yang tahu bagaimana sikap Ana yang sebenarnya.

Tapi mereka semua tutup mulut akan perlakuan itu, karena Ana mengancamnya. Atariq pikir, Ana memanglah seorang gadis baik, ramah, lembut dan penyayang. Tapi ia tak lebih dari sekedar iblis berwujud malaikat.

Kesalahannya karena selalu saja dengan gampangnya mempercayai seseorang.

Ana juga mengancam Atariq kalau ia akan membunuhnya, jika dengan berani mengadukan nya lagi ke salah satu anggota keluarga. Ya, Ana melihat dan mendengar pembicaraan Ethen dengan Atariq.

Jadi, bisa dibilang Ana sudah memegang kendali atas semua hal yang ada di mansion. Tentu nya jika anggota keluarganya pergi.

Seperti saat ini.

Plakkk, Ana menampar Atariq terang-terangan di depan beberapa para pekerja. Semua nya hanya bisa terdiam melihat itu. Tak ada yang berani bersuara.

"Gue bilang apa? Cepet beresin ruang tamu. Temen-temen gue mau dateng." Bentak Ana

Atariq menggeleng, "Kenapa tidak suruh maid aja, kak?!" Ucap Atariq sedikit terisak

"Lo tuli?! Gue mau nya lo! Cepet!"

Atariq hanya bisa melakukan itu dengan pasrah, atau Ana akan mengancam para pekerja yang lain. Atariq muak dengan sikap Ana yang semakin menjadi-jadi. Dan lebih muak nya lagi, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti semua perkataan itu.

Sistem, lo kemana sih? Katanya mau bantu gue buat rubah masa depan? Batin Atariq

Atariq juga tak bisa sembarangan mengadu pada yang lain, antara Ana yang akan playing victim atau ia yang hanya akan dianggap sebagai canda gurau.

Atariq membersihkan ruang tamu seperti yang dikatakan Ana. Menyapu dan mengelap debu-debu yang menempel pada perabotan.

Para pekerja hanya bisa menyaksikan dari jauh, mereka juga tidak berdaya. Mereka masih ingin bekerja dan mendapatkan upah.

Hatchimm

" Atariq!"

Atariq menoleh pada asal suara, " I-iya? Sendili aja kak?" Tanya Atariq

Dia mengangguk, "Ngapain?" Tanya nya

"E-eh? Kakak nanya Aliq?" Dia mengangguk lagi

"Ini lagi belsih-belsih, hehe." Dahi nya sedikit berkerut

"Kenapa? Ada maid." Atariq seketika menjadi lola, ia bingung apa yang dibicarakan kakak ini. Terlalu irit, seperti kak Agra.

"Maksudnya?" Tanya Atariq sambil memiringkan kepala nya

Orang itu mendekat kemudian mengelus rambut Atariq dan tersenyum, " Kenapa bersih-bersih? Kan sudah ada maid."

"Ohhh, i-itu Aliq yang ingin belsih-belsih sendili, hehe." Ucap Atariq ketika paham apa maksudnya

"Sana main. Biarkan saja." Atariq hanya mengangguk kemudian meninggalkan laki-laki itu sendirian.

Bersamaan ketika Atariq pergi, Ana datang menghampiri, " K-kak Adrean.." Cicit Ana sambil menyampirkan rambut yang digerai nya ke belakang telinga

Baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang