Part 18 || author bahagia

10.8K 881 124
                                    

"Kau hanya tinggal memilih. Apa kau tetap ingin disini atau kau ingin kembali kesana?"

"Sebenarnya yang mana dunia asli itu?!" Bentak nya

"Kau hanya perlu memilih, Atariq. Disini kau akan dengan bebas mendapat kebahagiaan tak berujung. Kau akan mendapat kebahagiaan yang selama ini kau inginkan. Tidak akan ada lika-liku hidup yang perlu kau jalani lagi. Kau hanya bersantai dan menikmati segala hal yang telah kau perbuat sebelumnya."

Atariq menatap nanar ke dalam sebuah layar besar dihadapan nya saat ini, disitu terpampang diri nya yang sedang terbaring lemah dengan alat-alat rumah sakit yang terpasang diseluruh badannya.

Juga dengan pegangan erat yang Alisha lakukan pada tangan kanannya.

Jadi, sebenarnya sekarang ia sedang dalam ambang kematian ya? Ah, sial. Padahal ia sangat-sangat ingin membunuh Ana dengan tangannya sendiri.

Ternyata tadi itu hanya khayalan dan angan-angan belaka, ya? Atariq kira, sebentar lagi dia akan melihat Ana tersiksa oleh diri nya. Tapi sekarang, yang ia lihat, hanyalah tubuh ringkih lemah yang sedang terbaring menutup mata.

"Apa aku tidak bisa membalas dendam terlebih dulu?"

Hening

"Kau harus memilih dulu. Kau ingin mati atau tetap hidup? Kalau kau ingin membalas dendam, berarti kau memilih hidup lagi. Tapi kalau kau memilih mati, ya tentu saja kau tidak bisa."

Atariq yang mendengar penjelasan itu entah mengapa seketika mengeluarkan setetes air mata.

"Aku...apa aku bisa berbicara dengan mereka sebentar? Dan baru memutuskan setelah nya?"

Hening.

"Baiklah. Tapi ingat, kesempatanmu untuk berbicara hanya sebentar, dan kau harus segera memutuskan." Atariq mengangguk saja

************

"Baby...ayo bangun....kakak kangen sama kamu..." Lirih Ethan sambil mengelus rambut Atariq dengan perlahan dan hati-hati takut alat-alat yang terpasang tersenggol

"Baby...apa kamu gak mau balas perbuatannya, hm? Ayo bangun dan balas perbuatan Ana...."

Ceklekkk

"Ethan, makan dulu." Ucap Aden yang baru saja masuk, tetapi dibalas gelengan oleh Ethan

Aden menghela nafas, "Kalau dirimu sakit, nanti Atariq akan sedih. Ayo makan dulu." Aden juga jadi turut prihatin dengan Ethan, kondisi nya sudah amburadul sekarang. Dia mulai begitu, saat Atariq dinyatakan hidup dengan alat-alat rumah sakit.

Dokter menyarankan untuk melepas dan meng-ikhlas kan. Tapi tentu saja, keluarga ini tidak mungkin menyerah begitu saja.

Pada saat kejadian tembak menembak di mansion, sebenarnya Atariq tertembak pada bagian dada. Dan jantungnya terkena goresan peluru itu. Yang membuat kondisi Atariq sekarang sangat memprihatinkan.

"Aku tidak mau, dad. Kau saja yang makan."  Aden menatap datar Ethan, Aden berjalan menuju Ethan

Lalu menarik paksa Ethan, kalau tidak begini tidak akan keluar.

"AKU TIDAK MAU, BAJINGAN!" Teriak Ethan

"Apa? Kau sudah berani mengataiku bajingan, hm? Lihat nanti, Ethan! Dan sadarlah sedikit, bodoh. Ini rumah sakit dan adikmu disana, jangan berteriak seperti orang gila!" Geram Aden

Pandangan Ethan masih melihat brankar Atariq, dengan usaha dia melepaskan dari cekalan Aden.

Atariq mulai mengerjapkan mata nya, Uh...dia sulit bergerak. Kini mata nya sudah terbuka meskipun belum sempurna. Ethan memandang itu tak percaya, Ethan langsung saja mendorong Aden agar terlepas dari kerah baju nya. Lalu menghampiri Atariq.

Baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang