S E M B I L A N B E L A S

44 23 0
                                    

"Lea."

"Kenapa, Mo?"

"Aku gak sengaja dengar tadi pas di toilet, katanya Reyhan gagal mendapat juara dalam Olimpiade nya."

"Itu bisa aja terjadi, Mo."

Setelah kejadian di kantin kemarin lusa, Lea merasa sudah tak berselera membahas apapun bahkan Reyhan sekalipun.

"Tapi ini pertama kalinya dia pulang gak bawa piala, Le."

"Reyhan juga manusia biasa jadi wajar aja kalau sesekali kalah."

"Selamat pagi kalian," sapa Satya pada Lea dan Momo.

"Pagi juga, Satya."

"Pagi."

"Kenapa tuh muka di tekuk gitu?" tanya Satya melihat wajah murung Lea.

"Aku gak apa-apa, Satya."

"Eh Le, Minggu depan kelas kita mau tanding bola lagi sama kelas lain, Reyhan juga ikut main.
Lo nonton lagi, kan?"

"Kayaknya nggak deh. Akhir-akhir ini aku banyak kerjaan," alibi Lea.

"Kerjaan apa sih yang membuat seorang Lea Ardana Hansa mengesampingkan seorang Reyhan?"

"Y-ya pokoknya ada deh."

"Hai, Han," sapa Satya melihat Reyhan yang baru datang dan langsung duduk di kursinya.

Satya langsung duduk di samping Reyhan untuk membicarakan pertandingan bola nanti.



Sedangkan di kamar mandi, Mawar tengah membasuh wajahnya karena masih pagi tapi dirinya merasa kantuk. Kebetulan Saat itu Selina dkk masuk dan ikut bercermin di samping Mawar.

"Kayaknya ada yang mulai deketin Reyhan nih," sindir Gea yang membuat Selina menyunggingkan bibirnya.

Tidak mau meladeni mereka, Mawar memilih untuk pergi tetapi tangannya lebih dulu di cekal oleh Selina.

"Jangan harap gue bakal diem aja liat lo deketin Reyhan!"

Mawar menghempaskan lengan Selina darinya.

"Gue gak takut sama lo!" balas Mawar. Namun, ketika dirinya akan melangkah keluar, kakinya di tengkas oleh Selina.

Bruk!

Mawar terjatuh di depan Selina.

"Ups Sorry. Gue sengaja," ujar Selina yang membuat teman-temannya tertawa.

"Mau lo apa sih?!" marah Mawar setelah kembali berdiri.

"Mau gue, lo jauhin Reyhan! Gak usah berharap Reyhan bisa suka sama lo!"

"Emangnya lo siapa bisa ngatur orang seenaknya ha?!"

"Gue yang lebih dulu suka sama Reyhan!"

"Kata siapa? Gue udah suka sama Reyhan dari dia SMP. Jadi, gue yang lebih dulu suka sama Reyhan! Mending lo yang jauhin Reyhan, karena dia gak mungkin tertarik sama cewek jahat kayak lo!"

"Kurang ajar ya lo." Selina menjambak rambut Mawar.

"Akh! Jauhin tangan lo dari rambut gue!"

"Kalau lo tetap ngeyel, gue terpaksa lakuin hal lebih dari ini!" ancam Selina.

Mawar mendorong kuat tubuh Selina sampai punggung Selina menabrak dinding.

"Selina!" panik teman-temannya.

"Gue gak bakal takut sama ancaman murahan lo! Gue bakal dapetin hatinya Reyhan apapun caranya!" tegas Mawar dengan suara tinggi.

"Lo emang minta di kasarin ya!?" Chika mencengkram kerah baju Mawar.

Mawar berusaha menjauhkan tangan Chika darinya. Namun, kedua tangannya lebih dulu di tahan oleh Gea dan Vio.

Selina mengangkat dagu Mawar kasar. "Lo emang nyari ribut sama gue."

"Lepasin tangan gue! Kalian beraninya cuman keroyokan!"

"Lo gak ada takut-takutnya, ya?"

"Lepasin gue dasar psycho!"

Emosi Mawar benar-benar terpancing oleh Selina. Dirinya yang selalu tenang dalam menghadapi masalah apapun, kini tidak lagi begitu.

Plak!

Selina menampar keras pipi Mawar hingga Mawar menoleh ke samping.

"Lo benar. Karena lo udah tau seharusnya lo takut!"

"Sekarang lo gak bisa bebas dari gue."

"Bawa dia masuk," titah Selina pada ketiga temannya untuk membawa Mawar ke dalam bilik toilet.

Mawar di paksa duduk di atas toilet lalu Selina mengguyurnya dengan air di dalam ember yang ada di sana.

"Lepasin gue!" Mawar terus memberontak tetapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga 3 orang yang menahannya.

"Mampus!" Selina terus menyirami Mawar dengan menggunakan gayung. Selina benar-benar muak pada Mawar.

Dengan satu gerakan, Selina membuat seragam Mawar terbuka. Kancingpun mulai berjatuhan karena Selina menarik asal seragam Mawar.

"Apa yang lo lakuin Selina?!"

Selina mengabaikan Mawar lalu kembali mengguyurnya dengan gayung. Lebih tepatnya Selina seperti tengah memandikan Mawar secara paksa.

Tubuh Mawar sudah bergetar karena kedinginan dan kepalanya mulai pusing. Beberapa kali dia berusaha memberontak. Namun, tenaganya semakin berkurang, ia juga beberapa kali mengedipkan matanya karena rasa perih yang di sebabkan air masuk ke matanya.

"Lo bakal nyesel karena udah lakuin ini," ancam Mawar walaupun suaranya sedikit pelan.

Selina mendorong tubuh Mawar hingga ia terjatuh ke lantai. Mawar benar-benar lemas. Melihat itu,Vio menahan Selina untuk berhenti.

"Udah cukup, Sel. Dia hampir mati karena kedinginan."

"Itu yang gue mau!"

"Vio benar, Sel. Kita tinggalin aja dia sekarang sebelum ada orang masuk," ujar Gea yang melihat kondisi Mawar yang sudah tergeletak di lantai dengan lemah.

Selina membanting gayungnya lalu pergi dan diikuti oleh 3 temannya.

Mawar berusaha bangun. Namun, dirinya terlalu lemas hingga membuatnya kesusahan.

Dengan sisa tenaganya, Mawar merogoh ponselnya yang berada di saku roknya.

Dia mencari nama Reyhan dari kontaknya.

"Reyhan," panggilnya dengan suara sangat pelan. "T-tolong aku."

Panggilanpun terputus karena Mawar kehilangan kesadaran.

Tak lama Lea masuk ke dalam kamar mandi dan melihat tempat tersebut berantakan. Air berceceran di mana-mana dan juga gayung berada di lantai.

Ia mengambil gayung tersebut dan betapa terkejutnya ketika Lea melihat Mawar tergeletak di dalam bilik toilet.

"Mawar!"

Keadaan Mawar sangat memperihatinkan. Dari ujung kepala sampai ujung kaki tubuhnya basah kuyup dan seragamnya yang terbuka tanpa kancing membuat pakaian dalamnya terlihat jelas .

Ketika Lea akan menghampiri Mawar, seseorang lebih dulu datang dan ternyata itu Reyhan. Reyhan mengampiri Lea lalu dirinya melihat Mawar tergeletak di depan Lea. Reyhan melihat ke arah Lea dan gayung secara bergantian.

"KAMU BOLEH BENCI AKU TAPI GAK GINI CARANYA LEA! MAWAR GAK SALAH APA-APA!"

"Bukan aku yang melakukannya."

"Kalau maling ngaku penjara penuh!"

Dengan cepat Reyhan membuka baju seragamnya untuk menutupi tubuh Mawar.

Lea hanya berdiri di tempat dan melihat Reyhan yang begitu sangat khawatir melihat kondisi Mawar. Reyhan menggendong Mawar yang tidak sadarkan diri untuk buru-buru membawanya ke uks.

Air mata Lea jatuh tanpa diminta. Lea menggenggam kuat gayung yang berada di tangannya. Selain menuduhnya, Reyhan juga membentaknya. Mulai hari ini, Lea membenci Reyhan. Cintanya selama ini berubah menjadi rasa benci dalam sekejap.



S C H O O L  2 0 2 2 (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang