3. Fire Drill

275 39 3
                                    

Jungkook's pov :

"Tidak boleh."

Aku menatap Pa' Joon dengan tatapan tidak percaya. "Tapi, Appa—"

"Appa tidak ingin ada berita buruk tentangmu lagi." Tuturnya.

"Oh, ayolah! Appa juga pernah muda, kan?" Ujarku bersikeras.

"Kau sendiri pun tahu, berpesta dengan teman-temanmu tidak akan membawa keuntungan apapun."

"Keuntungannya adalah aku bisa belajar bersosialisasi di dalam masyarakat."

"Cukup, Jungkook. Kau tidak ingat sudah berapa kali Appa berusaha membersihkan namamu? Bukankah kau seharusnya menggunakan masa lalumu untuk pelajaran sekarang?"

Aku terdiam mendengarnya. Tentu aku tidak akan melupakan saat-saat kelam itu. Masa di mana aku jatuh ke pergaulan yang salah dan beberapa kali mencoreng nama baik keluarga. Aku juga ingat ketika diriku berjanji kepada kedua Ayahku untuk menjadi anak yang baik dan tidak mengulangi hal-hal yang pernah kulakukan di masa itu.

"Maafkan aku." Ujarku pelan.

Pa' Joon tersenyum hangat. "Appa tidak ingin kehilanganmu lagi, Jungkook."

Aku tersenyum tipis dan berpamitan untuk pergi ke kamarku. Sesampainya di sana, aku segera meraih ponselku dan menuliskan sebuah pesan singkat kepada salah seorang temanku.

Aku akan datang ke pesta itu besok malam entah bagaimana pun caranya.

.

.

.

.

.

"Hari ini Bibi harus mengurus persiapan untuk fashion show. Bibi titipkan Minji padamu sebentar, ya? Nanti sore Paman Haein akan datang untuk menjemputnya. Maaf merepotkan." Kata Bibi Jisoo dengan hati-hati.

Kim Jisoo, 37 tahun, ia adalah saudari kembar dari Appa Jin. Ia merupakan seorang designer professional sekaligus pendiri 'Fairy', sebuah brand fashion yang menjual berbagai jenis pakaian untuk kalangan anak muda. Ia memang cukup sering datang kemari untuk sekedar memberikan barang ataupun menitipkan anaknya seperti yang sedang ia lakukan saat ini.

"Tidak apa-apa, Bibi. Tidak perlu minta maaf." Ujarku basa-basi.

"Nah, Minji, bersikaplah yang baik. Jangan merepotkan Jungkook Oppa. Kau mengerti?" Kata Bibi Jisoo pada anak perempuan berusia delapan tahun yang berdiri di sebelahnya.

Minji mengangguk kecil.

"Ya sudah, Bibi akan pergi sekarang. Sampai jumpa lain waktu~!"

"Hati-hati di jalan."

Sangat merepotkan. Mengapa ia tidak membiarkan anak itu sendirian saja di rumah? Padahal hari ini aku berencana untuk tidur seharian karena tidak ada kelas. Tapi sekarang, sepertinya hal itu sangat mustahil mengingat bertapa nakalnya anak yang satu ini.

Aku masih ingat bahwa ia pernah mengobrak-abrik galeri seni milik Pa' Joon ketika masih berusia lima tahun. Pa' Joon benar-benar marah besar waktu itu dan kalian pasti tahu siapa yang disalahkan akan hal itu. Tentu saja aku.

"Oppa! Es krim!"

"Jika kau makan terlalu banyak es krim, kau akan kehilangan semua gigimu di usia lima puluh tahun."

"Bohong!"

"Aku tidak berbohong."

"Kalau begitu, aku akan memecahkan vas bunga yang di sebelah sana!"

Golden Spoon | BTXT [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang