Masuk kembali ke dalam gua.
"Eug- Uhuk! Uhuk!"
Kandita memuntahkan air, karena belum terbiasa memompa keluar air dari paru-parunya, dan belum terampil untuk mengendalikan air akan masuk ke paru-parunya atau ke lambungnya, yang kini membuatnya mual karena kebanyakan meminum air.
Disusul oleh pria itu, dia naik dan mengeluarkan air dari mulutnya dengan mudah.
"Kau akan terbiasa dengan itu."
Setelah menguji kemampuan Kandita untuk hidup di dalam air, wanita itu pergi untuk melapor kepada Sang Ratu dari negeri bawah air yang mereka tinggali, ia meminta pertimbangan atas kedudukan Kandita di negeri itu.
"Ngomong-ngomong, namaku Vardhi, seorang pendekar. Wanita tadi itu namanya Sasandoro, dia juga seorang pendekar, tapi lebih tinggi peringkatnya daripadaku."
"Ah, ugh ... Namaku Kandita."
Masih sedikit mual, Kandita berusaha menjawab pria itu, Vardhi.
"Bagaimana, pengalaman pertamamu bernapas dalam air?"
"... Makhluk apa kalian? Bukan- Makhluk apa aku?"
Vardhi duduk bersila, siap menjawab segala rasa penasaran Kandita.
"Untuk kaum permukaan, mereka memanggil kita dengan sebutan manusia duyung. Untuk kita sendiri, kita adalah nommo."
"... Nommo?"
"Kita bisa hidup di 2 alam, daratan dan perairan. Di atas daratan seperti ini, kulit kita menjadi kuning seperti manusia biasa, tapi saat kita turun ke dalam air, kulit kita berwarna biru kehijauan. Kau mestinya tau kalau mendiang amihmu juga adalah nommo, 'kan?"
Mendengar itu, Kandita terheran, menoleh kepada Vardhi meminta jawaban.
"Kau tau amihku?"
"Sebenarnya tidak, tapi aku tau dari pikiranmu."
Ekspresi bingung Kandita tidak berubah, kini yang membuatnya bingung adalah bagaimana Vardhi bisa mengetahui pikiran Kandita.
"Ah, ya, satu hal dari legenda bangsa kita; Nommo primordial membelah jasmani dan menyebarkannya ke segala bagian di bumi ini, beberapa dimakan oleh makhluk laut, dan beberapa sisanya jatuh di daratan dan dijadikan tempat pendirian mandir. Karena bagian dari jasmani Nommo yang jatuh di laut dimakan, itu bagaikan sang Nommo membelah menjadi beberapa sosok yang berbeda, tetapi mereka semua memiliki satu pikiran. Dari legenda itu, kemampuan mendengar kita di bawah air bukan lagi masalah, karena kita tau makhluk-makhluk laut yang berada di sekitar kita dari membaca pikirannya."
Sedikit tak diterima oleh akalnya, tapi Kandita mencoba beranggapan bila hal tersebut adalah benar, maka itu menjelaskan mengapa Kandita bisa mengerti perkataan mereka walaupun berbicara dengan bahasa yang tak dikenalnya.
Kandita juga menyadari bahwa pendengarannya tidak sebaik manusia biasa, pendengarannya tertutup dan hanya bisa mendengar suara yang nyaring seperti cuitan burung, orang-orang yang mengajaknya bicara pun terdengar seperti mendengung tanpa bentuk kata sama sekali, tetapi entah bagaimana Kandita bisa memahami perkataan mereka.
"Jadi, apa kau tau siapa amihmu?"
Itu tidak terdengar seperti pertanyaan bagi Kandita, ia juga penasaran apakah mendiang ibunya juga bangsa nommo atau bukan.
Saat itu juga, wanita itu, Sasandoro tiba kembali.
"Twam Maha Dewi purta upstapayitum katyati."
※ "Kau disuruh menghadap kepada Gusti Dewi."✵
Menuju ke negeri bangsa nommo, Vardhi menarik Kandita yang belum terampil berenang, sedangkan Sasandoro di depan mereka menunjukkan arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyai Rara Kidul
Historical Fictionᮑᮤ ᮛᮛ ᮊᮤᮓᮥᮜ᮪ Penulis: JoeTIC Ilustrator: JoeTIC ⚠️English available⚠️ Kandita, seorang gadis dengan kulit cerah mempesona, putri tunggal dari Raja Munding Wangi, pemimpin Kerajaan Galuh. Walaupun kecantikannya melimpah, Kandita tidak mewarisi takhta...