Bagian 14: Air Mata di Bawah Air

2 1 0
                                    

"Gunakan tombak!"

Letnan jenderal prajurit Kerajaan Galuh menyerukan perintah, para prajurit pun menyiapkan tombaknya.

"Mereka bukan manusia! Mereka tidak tau tradisi perang kita! Maka gunakanlah tombak kalian!"

"""Haaa-!!!"""

Di tengah hutan, pertarungan antara prajurit Kerajaan Galuh dan prajurit Sasandoro tengah berlangsung.

Jumlah prajurit Sasandoro bisa dihitung jari, tetapi kekuatan bertarung mereka lebih tinggi daripada manusia biasa, maka dari itu Kerajaan Galuh mengerahkan lebih banyak prajurit untuk menang jumlah.

Sekitar 5 sampai 10 prajurit kerajaan menghadapi seorang prajurit dari Sasandoro, 2 atau 3 dari mereka melempar tombak untuk pengalihan, sisanya akan menyerang dari berbagai sisi secara bergantian dan beruntun untuk membuat prajurit Sasandoro kewalahan, kemudian secara bersamaan menyerang di satu sisi yang tak diperhatikannya, menusuknya ke tanah.

Kini, hampir semua prajurit Sasandoro telah dikalahkan, tersisa 2 dari mereka yang merapat ke Sasandoro.

"Menyerahlah, manusia duyung! Kalian tidak semestinya berada di daratan! Apapun yang kalian cari, kalian tidak akan menemukannya di keraton ini!" Sang jenderal menyeru.

Walaupun berbeda bahasa yang mereka gunakan, tetapi Sasandoro mengerti dengan apa yang dikatakan oleh jendral prajurit kerajaan. Sasandoro ingin membalas perkataannya, tetapi ia tidak tau cara berbicara dalam bahasa yang digunakan kaum permukaan, dan mereka tidak memiliki kemampuan mendengar batin untuk mengerti yang akan dikatakannya.

Namun, ada satu cara yang bisa dilakukan Sasandoro-

"Srinut agyakari cha ye ma suwarna prapta!"
※ "Dengarkan dan patuhlah, kalian yang telah menerima emas dariku!"

Mendengar perkataan Sasandoro, beberapa prajurit kerajaan tercuci otak dan balik menyerang sesama mereka.

"Graaa!"

"Apa-?!"

"Mengapa kalian menyerang satu sama lain?!"

Itu menimbulkan kebingungan di antara mereka, yang membuat Sasandoro kembali memperoleh keunggulan dalam pertarungan ini.

Sasandoro sering naik ke permukaan bukan hanya untuk membunuh mereka, ada beberapa yang tunduk kepada Sasandoro karena takut dengan kekuatannya, dengan demikian Sasandoro memiliki pengabdi. Rendahnya harga diri para pengabdinya kepada Sasandoro, membuat mereka membuka pendengaran batin kepadanya, dan semakin mudah untuk mereka dicuci otak.

Kini para prajurit itu, yang mungkin adalah pengabdi Sasandoro, keluarga atau kerabatnya yang berbagi keuntungan dari emas yang diberikan oleh Sasandoro, mereka hanya bisa mematuhi perintah Sasandoro.

"Hentikan!"

Kandita tiba di tempat itu, menyerukan perintah yang membuat mereka berhenti bertarung satu sama lain, itu membuat Sasandoro terkejut menyaksikan kemampuan Kandita.

"Hehe~ Jadi kalian dapat bagian dari ikan kering waktu itu, ya~"

Kandita merujuk pada oleh-oleh ikan kering yang dibawanya pulang sedari kegiatan survei pangan, di kemudian harinya Sang Raja membagikan ikan kering itu kepada orang-orang di istana dan menyisakan secukupnya untuk keluarga Sang Raja.

Bersama dengan Vardhi dan para prajuritnya, yang sebelumnya ternyata telah mengerahkan kelompok prajuritnya untuk menyusul Sasandoro secara diam-diam.

"R-Raden Ayu?!!"

"Aah, Ayu Kandita!"

"Anda masih hidup!"

Menyaksikan kemunculan Kandita yang telah sembuh dari penyakitnya, para prajurit Kerajaan Galuh pun lega dan senang, sebab mereka tau dari Sang Raja bahwa ibu Kandita adalah makhluk yang mulia bagi bangsa nommo, dan Kandita berkemungkinan akan menerima kekuasaan ibunya, yang berarti kemunculan Kandita saat ini adalah sebuah pertolongan bagi mereka.

Nyai Rara KidulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang