Bagian 8: Di Bawah Laut

7 1 0
                                    

Membuka mata.

Dinding batu kapur, gelap, basah, meneteskan air.

Kandita masih hidup.

Kandita mengangkat badannya duduk, melihat sekeliking dan hanya mendapati dinding batu yang sempit.

“Selamat datang—”

“Hya?!!”

“—di bawah laut.”

Tiba-tiba mendengar suara seorang pria di jarak yang dekat, Kandita terkejut. Itu membuatnya menoleh ke sumber suara, Kandita mendapati seorang pria paruh baya telanjang dada dan hanya mengenakan celana berbalut kain panjang hingga mata kakinya, rambutnya berwarna hitam kehijauan dan matanya berwarna jingga kemerahan.

“Kau pasti bingung, di mana dirimu saat ini atau mempertanyakan apabila ini nyata. Seperti yang kusebutkan tadi, kau berada di bawah laut. Aku menemukanmu tenggelam, lalu aku membawamu ke gua kecil di dasar laut ini. Sedikit sempit, tapi setidaknya ada udara untukmu bernapas.”

Kandita tidak terlalu memerhatikan perkataan pria itu, dia tertegun saat melihat penyakit kulitnya sembuh, tidak ada lagi rasa sakit yang dirasakannya tiap waktu. Itu membuatnya terheran-heran, tetapi sudah cukup untuk membuatnya lega.

Setelah itu, Kandita baru memberikan perhatian kepada pria itu.

“Apakah Anda adalah seorang nelayan?”

“Bukan. Aku … adalah sesuatu sepertimu.”

Kandita semakin bingung, tak tau mengapa ada seseorang di bawah laut, sedangkan yang paling masuk akal baginya adalah seorang nelayan yang menyelamatkannya.

“… Seperti saya?”

“Ya. Aku adalah makhluk sepertimu, tapi … kau sedikit berbeda.”

Tidak mengerti maksud dari pria itu, Kandita berhenti bertanya, termenung pada dirinya sendiri, tak tau pula harus apa di bawah laut ini, di gua yang sempit ini.

“Kenapa?”

“… Terima kasih telah menolong saya. Tapi … saya sudah tidak punya apa-apa untuk membalas kebaikan Anda.”

“Mengapa begitu? Kau tak perlu membalasku, aku menolongmu karena kemauanku sendiri. Dan juga, tak usah terlalu formal.”

Kandita kembali terdiam, masih merasa hampa, tak tau bagaimana lagi dia akan melanjutkan hidupnya.

“Ah, ya, tentu saja. Kau lapar, ‘kan?”

“Eh? Tidak, terima kasih.”

“Aku akan membawakanmu sesuatu. Apa kau makan gulma laut?”

“Huh? Apa?”

“Baiklah, aku akan mencari makanan dari permukaan.”

Pria itu pun menceburkan dirinya ke perairan, menyelam keluar dari gua itu.

Kandita mendekati perairan, memandang ke bawah air, penasaran sedalam apa gua ini berada. Dengan penglihatannya yang sangat baik, Kandita mampu melihat dasar perairan itu dan lorong yang menuju ke luar gua,

Belum begitu lama, dan telah terlihat siluet pria itu yang berenang kembali.

“Hyah?!”

Aho na, na, na!
※ “Oh tidak, tidak, tidak!”

Pria itu naik dengan terburu-buru seakan dikejar sesuatu, membuat Kandita kaget, entah bagaimana penampilan pria itu kini berwarna biru kehijauan.

Kemudian terdengar suara yang baru, kali ini adalah seorang wanita.

Nyai Rara KidulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang