Katarina dan Draco memandangi Mattheo yang hendak berapparate kembali ke Prancis. Bedanya Katarina terlihat sedih sedangkan Draco terlihat biasa saja.
Setelah Mattheo pergi, mereka berdua masuk kedalam dan Draco menutup pintu rumahnya. Draco masih terus teringat ekspresi wajah Astoria saat ia memberi tahu jika Katarina hamil, ada segores rasa sakit diwajahnya namun Astoria menutupinya dengan senyumnya karena bagaimana pun juga Katarina adalah sahabatnya.
Katarina duduk diatas sofa diruang tamunya. Ia membayangkan hal buruk apa yang akan dilakukan Draco padanya, pada calon anaknya. Katarina tidak ingin tinggal bersama Draco. Diam diam wanita itu meneteskan air matanya, ia berusaha untuk tidak membuat suara.
"Kau menangis?" tanya Draco duduk disofa yang ada didekat Katarina. "Kau masih bisa menangis dan merasa kau yang paling menderita?" tambahnya.
Katarina tak bisa menjawab ucapan Draco. Ia hanya bisa menatap wajah Draco yang memerah menahan amarahnya. Mungkin jika bukan karena perubahan hormon semasa hamil, Katarina sudah menghabisi Draco sekarang.
"Aku tidak yakin itu anakku," ucap Draco menuduh membuat Katarina mendongakkan kepalanya.
"Kau pikir anak siapa ini? Mattheo? Aku memang berhubungan dengannya tapi kami aman. Gunakan otakmu, Draco, aku sedang hamil dan beraninya kau menuduhku? Kau pikir aku jalang?" balas Katarina tersulut emosi.
"Lalu apa jika bukan jalang? Kau tidak hanya tidur denganku, Kate, jangan sok suci."
"Kau keterlaluan, Draco." Katarina menarik nafasnya berusaha untuk menenangkan amarahnya namun gagal. "KAU KETERLALUAN," jeritnya didepan wajah Draco. Katarina mendorong meja diruang tamunya hingga menghasilkan suara yang nyaring dan membuat kacanya terpecah menjadi seribu.
"Kau jahat, Draco, kau iblis," geram Katarina kembali mengucurkan air matanya. "I FUCKING HATE YOU!" Ia kembali meneriaki Draco dan menunjuk wajah Draco dengan jari telunjuknya. Katarina pergi kekamarnya, ia membanting pintu kamarnya sekeras mungkin hingga Draco tersentak.
Dari ruang tamu, Draco dapat mendengar Katarina meraung histeris. Wanita itu membanting semua benda yang ada didekatnya, mengobrak abrik sprei ranjangnya, bahkan ia melempar vas bunganya kearah cermin meja riasnya. "God, im tired," teriak Katarina mendudukkan dirinya dilantai sambil memeluk lututnya.
Katarina tidak tahu siapa yang bersalah atas semua kekacauan ini. Yang ia pikiran sekarang hanyalah tubuhnya lemas, suasana hatinya tak karuan. Alih alih mendapatkan ketenganan dari sang suami, ia malah mendapatkan tuduhan.
Katarina ingin semuanya berakhir. Kegaduhan didalam pikirannya, kekacauan dihidupnya, pernikahannya, semuanya. Semua hal yang membuatnya merasa ingin meledak, ia ingin semua itu berakhir.
Wanita yang tampilannya sudah teramat kacau itu berdiri menuju meja belajarnya, ia mengambil tongkat sihirnya lalu ia kembali duduk dilantai bersandar dengan ranjangnya. Katarina menempelkan ujung tongkatnya dilehernya, ia hendak mengucapkan mantra namun mengurungkannya. "Im sorry," ucapnya lirih sambil mengusap perutnya.
————————
Draco mengetuk pintu kamar Katarina sambil memanggil pelan nama Katarina. Semalaman ia tidak bisa tidur, semalaman ia berfikir. Apa kalimat yang ia katakan itu benar benar menyakiti Katarina? Tapi dari yang ia ketahui selama ini, Katarina bukanlah wanita perasa.
Tentu tidak akan dibuka. Draco mengeluarkan tongkat yang ia simpan disaku celananya, ia mengayunkan tongkatnya sambil merapalkan mantra Alohomora untuk membuka paksa pintu kamar Katarina.
Saat berhasil masuk, Draco terkejut melihat betapa berantakannya kamar Katarina, seperti rumah sehabis dirampok. Draco kembali mengayunkan tongkatnya untuk merapikan kamar Katarina kembali kesemula lalu memindahkan Katarina yang tertidur dilantai keatas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped: Darkest Side of The Malfoy
FanfictionKegelapan keluarga Malfoy telah menyebar keseluruh dunia sihir sejak perang dunia sihir ke dua yang membuat identitas mereka sebagai Death Eater terbongkar. Namun tak hanya itu. Ada banyak kegelapan lain yang ada didalamnya. Draco Malfoy harus meni...