Holaaaa
***
Hembusan angin dingin disertai ombak yang tinggi menyapu setiap butir pasir yang dipantai itu. Laki-laki menggunakan jaket biru dengan kaos polos ber warna hitam berdiri di pinggir laut menatap ganasnya ombak lautan. Tak peduli angin dan ombak yang bisa saja sewaktu-waktu menyapunya.
Baginya, laut adalah ketenangan. Lelaki itu duduk dengan menyilangkan kakinya di atas batu-batu karang, sambil mengeluarkan buku dan juga pena dari jaketnya. Hembusan napasnya terdengar kasar, ia membuka buku dairy nya itu.
Satu per satu kata yang cowok itu goreskan pada kertas dengan menggunakan pena tersebut.
12 Maret 1995
Bunda.
Dapatkah engkau membaca surat ini, sebelum ajal menjemput dirimu. Apakah kau tidak ingin menemui putramu, apa alasannya?
Bertahun-tahun aku terus mempertanyakan kehadiran mu dalam hidupku. Apa peranmu, apakah kau pernah melaksanakan peranmu sebagai ibuku?.
Saya tumbuh dan dibesarkan dalam panti asuhan, tanpa kasih sayang orang tua. Saya ingat betul bagaimana om dan tante mengusirku dan hanya mengincar harta kita. Hingga akhirnya, saya hidup dijalanan dan dipertemukan dengan ibu panti, dia baik kepada anak-anak panti. Bunda, tidak perlu khawatir.
Sudah 2 tahun lamanya saya tidak mendengar suaramu. Tapi saya berterimakasih padamu karena kita pernah menjadi keluarga yang bahagia, setiap hari ku tertawa dibuatnya. Kalau bisa mengulang waktu, aku akan menggunakannya dengan sebaik-baiknya, sayangnya dulu saya sangat bandal, hingga membuat bunda marah, maaf ya. Tapi sekarang saya sudah berkuliah, dan sudah menerbitkan beberapa buku.
Jika bunda masih ada di dunia ini, maka kabari aku. Saya harap ketika hari ulang tahun saya, bunda pulang dan merayakannya bersama.
From anakmu, Aksa Nabastala.
***
"Semuanya kumpul di lapangan dalam waktu 10 detik, jika masih ada yang belum kumpul saya kena kan hukuman!" Ucap Aksa melalui toa.
Dalam waktu kurang dari 10 detik, semua maba sudah kumpul di lapangan kampus.
3
2
1
"Sudah kumpul semua, apakah masih ada yang diluar?" Kata Aksa
"TIDAK, KAK" jawab para maba serentak.
"Baiklah, selamat pagi para adik-adik saya sekalian. Saya ingin mengucapkan terimakasih karena telah mengikuti ospek sebelum masuk ke dunia yang lebih luas. Maaf juga bagi kalian yang merasa bahwa kami para kating yang sedikit kejam. Tapi saya harap kalian mengerti tugas kami. Sekian ucapan dari saya." Setelah memberi ucapan kepada para maba, ia memberikan mic tersebut kepada teman disebelahnya untuk menyampaikan ucapannya juga.
Renjana menutup mulutnya karena menguap. Wajah malas mendengarkan para kating itu berbicara terlihat jelas diwajahnya. Wajah gadis itu tak luput dari penglihatan Aksa, cowok itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum
Selesai berbaris, Renjana dan Anjani masuk kekelas mereka yang satu kelas.
"Lo kenapa sih, Ren? Bete gitu mukanya." Tanya Anjani sambil duduk dibangkunya yang bersebelahan dengan Renjana.
"Ya gitu deh, lo gak perlu tau." Jawab Renjana, sambil membuka novel kesukaannya. Seolah malas berbicara dengan orang-orang.
Anjani yang melihatnya menghembuskan napas kasar sambil memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On [On Going]
Teen FictionPertemuan Aksa si anak sastra Indonesia dengan Renjana si anak kedokteran pada satu kampus yang sama dimulai pada masa ospek mahasiswa. Bisa dibilang pertemuan mereka tidak terlalu baik. Ia berasal dari kalangan menengah kebawah, yang membuat hubun...