11] Pesawat kertas

31 6 8
                                    

Haii babe

***

Ting

Bel berbunyi menandakan ada orang diluar rumah tersebut.

"Permisi. Ren?" Suara laki-laki itu terdengar pada dalam rumah besar. Dari dalam, terdengar bunyi kunci yang terbuka, pintu terbuka lebar, dua insan tersebut saling menatap.

"Eh, nak, Aksa?" Kata bi Ranti.

Aksa tersenyum lebar sambil mengangguk.

Mata bi Ranti tertuju pada tangan cowok itu yang membawa sebuah bucket bunga, "Itu ... Buat Renjana?"

"Ah, ini?" Cowok itu tersenyum pada bunga ditangannya, "Lebih tepatnya, untuk bidadari"

Bi Ranti tertawa kecil, "Dasar anak muda." Namun, tawa kecil itu terhenti, wajahnya berubah menjadi datar, "Masalahnya, nak. Renjana tidak di sini"

Dahi Aksa seketika mengernyit, "Terus dia di mana?"

"Anu ... Emmm. Ada di rumah papa nya, nak. Tadi pagi dia telepon, kalau hari ini enggak boleh keluar rumah sama papa nya," kata bi Ranti.

Pandangan si cowok menjadi sendu, "Di mana rumahnya, bi?"

***

Dari sekian banyaknya hari. Hari ini adalah hari paling sial dibanding dengan hari pertama masuk ke dunia perkuliahan. Hanya di rumah, sambil memakan omongan keluarga yang sangat menyakitkan. Dan, gadis itu memilih untuk di kamar saja seharian, demi menghindari omongan tak masuk akal itu.

Dipagi hari ini, gadis dengan piyama biru melekat pada tubuhnya, berjalan menelusuri kamar tersebut yang berisikan banyak buku oleh ayahnya, "Ck, . Bosen sekali, masa di sini cuma ada buku? Gue kan Renjana, bukan Aksa," gerutunya.

Cewek itu menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuk miliknya, berbaring menatap atap kamarnya,"Malas banget keluar kamar. Lebih tepatnya, malas karena ketemu orang-orang itu," gumamnya.

Matanya perlahan terpejam. Namun, matanya kembali terbuka saat mendengar bunyi sesuatu yang terjatuh ke lantai kamarnya. Gadis itu berdiri dan melihat bulatan kertas di lantainya, ia mengambil bulatan kertas itu lalu membukanya, terdapat sebuah kalimat pada secarik kertas itu.

'Lihat ke jendela, ya, Reren ku'. Batin Renjana saat membaca kertas itu.

Pandangannya teralihkan, ia menatap jendelanya yang terbuka. Mungkin saja orang itu melempar dari jendela kamarnya. Ia berjalan perlahan ke arah jendela, menatap keluar jendelanya, seketika senyum manis terukir di wajahnya ketika melihat sesosok laki-laki yang sangat ia cintai berada di bawah sana.

Renjana melambaikan tangan dengan riang kepada si cowok, "Acaaa?" Ucapnya riang, tapi membuat Aksa panik dan langsung mengisyaratkan cewek itu untuk diam.

Reflek, Renjana menutup mulutnya atas isyarat dari Aksa. Pandangannya melihat ke arah belakang untuk memastikan tidak ada yang mendengar. Ia tersenyum jahil pada laki-laki yang berada di luar rumahnya.

Dari bawah, cowok itu terlihat memegang kertas berbentuk pesawat yang siap ia terbangkan. Dengan harapan, dapat sampai kepada gadis yang berdiri di kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Satu tangan cowok itu diletakkan dibelakang tubuhnya, itu membuat Renjana curiga.

Tapi bagaimana caranya ia tahu, keluar rumah saja tidak boleh, ia mengerutkan bibirnya.

Aksa menerbangkan pesawat itu ke arah jendela kamar Renjana.

Pesawat kecil itu hampir saja terjatuh di depan jendela kamar Renjana, untung saja jarak pesawat kertas itu masih bisa ia gapai, dan tak jadi terjatuh.

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang