12] Luka dan obatnya

28 6 5
                                    

Helllllooooo

***

"Acaaa ... Hahaha. Kamu curang, ih." Rengek Renjana. Wajahnya penuh dengan bedak tabur berwarna putih itu. Itu adalah akibat dirinya yang kalah dalam bermain gunting batu kertas.

Aksa mencuil sedikit bedak itu pada telunjuknya, lalu membeberkannya pada pipi  gadis itu, hingga membentuk kumis kucing.

Wajah murung terukir dari gadis itu. 'Memakai guna-guna apa dia, sehingga menang terus?' batinnya.

1

2

3

Suit

Si cowok mengepal tangannya seperti batu dan gadis itu melebarkan jari tangannya hingga membentuk 'kertas' dalam permainan tersebut. Artinya, Renjana lah yang menang.

"Yess. Kali ini kamu tidak beruntung, Aca ku." Renjana mengambil bedak dari wadah itu, sangat banyak, hingga seluruh telapak tangan kanannya putih karena bedak itu.

Aksa yang melihat hal itu, langsung mengerutkan dahinya, "Ren, itu sangat banyak. Kau sangat curang"

Renjana tak memedulikannya. Ia mengusap pipi kanan cowok itu dengan tangannya yang penuh bedak sambil tertawa, Aksa memejamkan matanya, guna bedak tersebut tak masuk ke matanya.

"Hahaha ... Lucu sekali pacarku ini." Gadis itu memerhatikan hasil karyanya pada pipi cowok itu, tertawa lepas hingga perutnya terasa keram.

Sedangkan, Aksa tersenyum manis menatap pacarnya yang tertawa, "Seru banget kamu ketawa nya. Sudah puas, hm?" Cowok itu dengan tiba-tiba mengambil banyak bedak dari wadah itu dan memeperkannya kepada Renjana.

Itu membuat semakin tertawa dengan kejahilan Aksa. Gadis itu mengambil wadah tersebut, agar cowok itu tak semakin membuatnya berantakan. Namun, tak adil rasanya jika hanya Renjana yang penuh bedak, gadis itu langsung mengambil banyak bedak ke tangannya lalu menguselkan pada wajah Aksa.

Aksa terpejam sambil sedikit menghindar, "Dendam sekali kamu, yang." Ucapnya. Sambil tertawa melihat wajah satu sama lain yang penuh bedak.

"WOII BERSIHKAN DONG. JANGAN TAHU PACARAN SAJA, dasar muda mudi." Gerutu seorang penjaga taman berseragam.

Itu membuat dua insan yang kaget ini menatap penjaga taman itu. Keduanya sangat malu, mereka menjadi pusat perhatian karena teriakkan bapak itu.

Mereka kembali menatap satu sama lain sambil tersenyum, "Mari kita bersihkan"

***

Setelah pergi dari taman itu, dua insan ini berjalan di atas jembatan kayu yang di bawahnya terdapat air laut. Angin dingin bersentuhan dengan kulit mereka, gadis itu mengusap lengannya yang terasa dingin. Tapi, kembali hangat ketika cowoknya melepas jaketnya dan memasangkannya pada gadis itu.

Gadis itu menatap manik cowok itu sambil tersenyum, "Apakah kamu tidak merasa dingin?"

"Tidak, raga saya terasa hangat"

Gadis itu mengernyitkan alisnya, "Maksudmu?"

"Kamu adalah raga saya. Ketika kamu merasa kedinginan, saya pun begitu"

Gadis itu memalingkan wajahnya, "Gombalan buaya"

Cowok itu tertawa kecil.

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang