Hai haiii
AKHIRNYA UPDATE JUGAAAA
Kalau kalian ingat, Shinta adalah ibu kandung Aksa.
***
Lelaki dengan tatapan sendu itu menatap batu nisan yang terpasang di atas tanah makam seorang wanita. Semilir angin menyentuh kulit pria itu hingga ia merasa dingin, ia mengusap lengannya yang terasa dingin, tapi itu tak membuat hatinya goyah untuk pergi dari tempat itu. "Bunda, terimakasih"Cowok itu meletakkan bunga putih itu di atas makam itu. Mengusap perlahan batu nisan tersebut, sesekali ia tersenyum. "Maaf, jika saya pernah berpikir bahwa bunda tidak peduli sama saya." Ia mencium nisan itu, lama, sangat lama.
Sehari sesudah pemakaman Shinta
Hari itu, hari yang paling tidak bisa dilupakan olehnya. Hamparan nisan memenuhi pandangannya, di sana, bertuliskan beberapa nama yang meninggalkan orang tercinta. Cowok itu berjongkok menyesuaikan makam yang berada di depannya, tanah itu masih basah, banyaknya bunga merah di sana.
"Bun, kenapa engkau meninggalkan ku tanpa berpamitan? Setidaknya berilah aku waktu walau hanya sedetik untuk mendengar suaramu yang menenangkan hati." Cowok itu tertunduk dalam isak tangisnya sambil mengusap lembut nisan tersebut. "Apa aku tidak cukup menjadi anak baikmu?"
"Excuse me?"
(Permisi)
Tanya seseorang yang asing di matanya, orang itu tidak seperti asli Indonesia.Cowok itu berdiri sambil menatap pri asing di matanya. "yes, Who are you?" (ya, siapa kamu?).
"I wanna give you this. This is a legacy from your mother, she took care of it the day of the plane." (Aku ingin memberimu ini. Ini adalah peninggalan dari ibu mu, dia mengurusnya sehari sebelum kecelakaan pesawat itu). Pria asing itu memberikan sebuah berkas kepemilikkan kepadanya.
"I am the secretary of Miss Shinta"
Mendengar hal itu, cowok tersebut membeku, tangannya bergetar tak menyangka. Ia membuka kertas itu dari amplopnya, bertuliskan nama Aksa Nabastala sebagai pemilik perusahaan di Jerman, mewarisi ibunya.
Kebetulan, ia sempat berkuliah jurusan bisnis. Walaupun, di semester terakhir ia keluar karena biaya.
Sejak saat itu dan sekarang, ia masih menyembunyikan identitasnya dari orang disekitarnya.
"Thank you, mom." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan makam itu.
***
Gadis itu dengan lesu dengan menyilangkan tangan di depan dada, berjalan keluar dari gedung rumah sakit itu. "Apakah aku boleh membuat satu permohonan? Hanya satu, jika boleh, maka aku sangat bahagia saat-saat ini"
"Apa itu, mbak?" Tanya salah satu pria berbadan besar.
"Izinkan aku menghabiskan waktu dengan Aksa, dalam beberapa waktu terakhir"
Kedua bodyguard itu saling menatap, "Maaf, mbak, tapi—"
"Tapi, papa?" Ia menghela napas. "Aku mohon, ini permohonan terakhir, boleh, ya?"
Keduanya menunduk, salah satu dari mereka kemudian mengangkat kepalanya. "Baiklah, tapi tetap dalam pengawasan kami. Dan, kami tidak akan melapor kepada pak Raditya"
Wajah yang semula murung, berubah menjadi wajah yang sangat senang, senyuman dengan gigi yang terpampang rapih membuat dirinya terlihat sangat manis, hingga matanya terlihat sedikit tertutup karena saking lebarnya senyuman gadis itu. Sebegitu bahagia dirinya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On [On Going]
Novela JuvenilPertemuan Aksa si anak sastra Indonesia dengan Renjana si anak kedokteran pada satu kampus yang sama dimulai pada masa ospek mahasiswa. Bisa dibilang pertemuan mereka tidak terlalu baik. Ia berasal dari kalangan menengah kebawah, yang membuat hubun...