Haiiiii
***
Langkah kaki yang dilapisi sepatu pantofel itu berhentak sangat cepat pada lantai sebuah lorong. Pandangannya mengedar, seolah mencari sesuatu. Langkahnya semakin cepat ketika menemukan seorang pria yang merupakan musuh bebuyutannya berada di depan sebuah ruangan.
"Rayanka. Keadannya sekarang gimana?" Tanya laki-laki itu, membuyarkan lamunannya.
"Kok lo di sini?" Tak terima. Rayanka bertanya dengan raut yang sedikit emosi. Keduanya saling berhadapan.
"Enggak penting. Jawab dulu pertanyaan saya tadi"
"Gue enggak tahu." Rayanka beralih pandangan kepada ruangan di depannya. Membelakangi keberadaan laki-laki itu.
Laki-laki itu mendorong bahu Rayanka hingga mereka saling berhadapan kembali, saling betukar pandangan. Yang ada padanya hanyalah tatapan kebencian. "Ck. Lo apain cewek gue?"
"Gak gue apa-apain. Dianya saja yang sok jagoan. Ini semua gara-gara lo, kalau saja lo enggak bikin perusahaan papa bangkrut, ini semua enggak akan terjadi, Aksa." Dengan nada yang di tekankan ia menunjuk-nunjuk bahu Aksa.
Aksa tersenyum hambar. "Lo pasti gak terima. Kalau lo itu sudah gak punya apa-apa. Renjana? Dia punya segalanya"
"Ada apa ini?" Suara berat yang berasal dari belakang Aksa terdengar semakin dekat.
Aksa membalikkan tubuhnya menatap keberadaan Amanda dan Raditya. Apa yang akan terjadi? Apakah akan ada keributan?.
"Om?" Tanpa disangka, Aksa tersenyum lalu berjabat tangan dengan Raditya sambil menundukkan kepalanya. Sebagai tanda sopan kepada orang yang lebih tua.
Rayanka memalingkan wajahnya sambil tersenyum. "Lagaknya," batinnya.
"Sedang apa anda di sini?" Tanya Raditya datar.
"Jenguk pacar saya, om. Apa lagi?" Masih dengan senyuman manis di wajahnya.
"Jangan temui anak saya lagi, atau ... " Raditya menggantung ucapannya.
"Atau ...?" Aksa mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum.
Amanda menyenggol lengan suaminya. "Pa, gimana nih masalah Renjana?"
"Renjana kenapa, tante?" Sahut Aksa.
"Bukan urusan kamu," balas Amanda.
Seperti nyamuk di tengah orang pacaran. Ia seolah terasingkan oleh keluarga Renjana, sungguh menyebalkan. Untung saja Aksa tidak terlalu memikirkannya.
Dari kejauhan, tepat di lorong itu Aksa melihat wanita paruh baya berjalan cepat menuju ke arahnya. Tanpa menyapa, wanita itu langsung masuk ke ruangan tersebut.
"Bi Ranti? Buru-buru gitu," batin Aksa.
"Dia pasti jadi wali buat Renjana," gumam Rayanka.
"Ooh itu masalahnya. Sudah tahu kan rasanya tidak di anggap?" Aksa tertawa kecil, sembari meletakkan tangannya di saku celana.
"Kamu tidak tahu apapun, jadi lebih baik diam! Masih untung tidak saya usir," balas Raditya.
Aksa mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum.
***
"Nak ... Kamu harus banyak istirahat, ya? Jangan sampai capek, kalau bisa kamu pulang ya nak. Bibi coba bujukkin papa kamu." Bi Ranti mengelus lembut punggung tangan gadis yang sedang terbaring di atas brankar itu.
"Enggak akan bisa bi, percuma. Lagi pula, biarin aku bebas ya. Aku enggak tahu sampai kapan ... "
Belum sempat gadis itu berbicara lagi. Bi Ranti meletakkan telunjuknya pada bibir gadis itu. "Jangan bicara seperti itu ya, nak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On [On Going]
Teen FictionPertemuan Aksa si anak sastra Indonesia dengan Renjana si anak kedokteran pada satu kampus yang sama dimulai pada masa ospek mahasiswa. Bisa dibilang pertemuan mereka tidak terlalu baik. Ia berasal dari kalangan menengah kebawah, yang membuat hubun...