9] Pertandingan

24 6 3
                                    

Haiiiii

***

"Pertandingan akan segera dimulai. Harap para pemain segera berkumpul"

Dua insan tersebut saling menautkan pandangan mereka sambil tersenyum, "Semangat, ya, sayang." Ucap cowok itu sambil mengusap pucuk kepala pacarnya yang akan bertanding.

Cewek itu mengangguk, "Pasti, karena semangat aku ada disini"

"Siapa tuh?" Tanya cowok itu, sebenarnya itu adalah pertanyaan yang memancing.

"Kamu"

Aksa tersenyum, jawabannya sesuai dari yang ia bayangkan, "Baiklah, selamat berjuang, Reren. Saya selalu temani kamu di sini"

Renjana memberi hormat pada cowok itu sambil tersenyum, "Terimakasih, Aca ... " Ya, itu adalah panggilan baru darinya.

Melihat hal itu, Aksa menepuk lembut pucuk kepala pacarnya.

Sayangnya, Anjani tidak bisa datang karena sedang berlibur selama beberapa hari.

Renjana turun ke lapangan gor, sambil membawa raket ditangannya.

Pertama, shuttlecock diletakkan diatas net, untuk menentukan siapa yang akan melempar lebih dulu. Renjana menunggu benda tersebut jatuh ke tim nya dengan jantung yang berdebar. Dan, ya, shuttlecock tersebut jatuh kepada tim nya, yang terdiri dari dirinya dan satu rekannya.

Renjana tersenyum puas melihatnya, meskipun itu tidak menentukan menang atau kalah.

"RENJANA, SEMANGAT, YAA." Teriak seorang gadis sambil melambaikan tangan.

Renjana tersenyum. Ternyata Aruna benar-benar datang. Ia berdiri diantara tiga bangku ke kanan dengan Aksa, yang artinya mereka duduk dekat. Cowok itu mengerutkan alisnya, pasalnya Renjana tidak pernah bercerita tentang temannya yang lain kecuali Anjani, jadi dia pikir Anjani adalah teman satu-satunya dalam hidup Renjana.

"Saya belum mengenalnya dengan baik," gumam Aksa.

Pandangannya teralihkan pada pria ber jaket hitam dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya, ia menonton pertandingan itu tidak jauh dari kursi Aksa, yang berarti dia mendukung tim Renjana. Baginya, postur tubuh orang itu tidak asing. Ah, sudahlah tidak penting.

Renjana terlihat lihai dalam membalas tangkisan dari lawan mainnya. Tak terasa pertandingan sudah mau berakhir dengan skor 16 - 18 lawannya lebih unggul dari tim cewek itu.

Itu tak membuat Renjana goyah dengan pertahananya. Dia terus berjuang untuk menyusul tim lawan. Tangkisan terakhir terjadi beberapa detik sebelum waktu berakhir dengan skor 20 - 21, lebih unggul tim lawan, itu artinya tim gadis itu telah kalah, tapi ia masih menempati juara dua di lomba tersebut.

Ketika di kalung kan medali, ia terlihat murung.

"Kamu kenapa, hm?" Tanya cowok itu sambil mengusap kepala Renjana

"Tidak puas sama hasilnya, sa"

"Ren. Tak apa, kamu sudah melakukannya dengan bagus. Saya bangga sama kamu." Ucapnya sambil menepuk lembut pundak Renjana.

"Tapi, tidak sesuai harapan, Sa. Padahal aku sudah berusaha lebih keras untuk membuktikan kepada keluarga ku. Kenapa dunia selalu tidak adil? " Gadis itu mengerucut kan bibirnya sambil tertunduk.

Cowok itu langsung memeluk Renjana dengan erat, hingga wajahnya tenggelam dalam dada bidang Aksa, "Jangan menilai seperti itu. Harusnya, kamu mengerti, bahwa dunia tak selalu berjalan mengikuti keinginan mu. Teruslah semangat, jatuh satu kali tidak membuat mu gugur, kan?"

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang