4] Tujuan hidup

37 10 4
                                    

Olaa

***

Gadis berambut sedikit kecokelatan duduk didekat jendela sambil menatap hujan diluar. Ditambah, udara yang dingin dan langit yang gelap menghiasi malam hari pada saat itu. Dengan secangkir teh yang sesekali ia meminumnya sambil menikmati hujan. Di kala diam, suka terlintas hal-hal yang merasa sedih, apalagi tadi habis bertengkar dengan ayahnya sendiri, orang yang seharusnya menjadi cinta pertama seorang wanita.

"Papa, mama, apakah kita akan menjadi keluarga yang bahagia lagi? Seperti umurku dulu yang masih balita. Tertawa, bercanda, bermain, menikmati hujan dan malam bersama, apakah kenangan itu bisa terjadi lagi? Kupikir Raditya datang ke sini untuk minta maaf, ternyata bukan. Aku terlalu berekspektasi kepada manusia," Renjana bergumam dalam lamunannya, tanpa sadar, ia memikirkan hal itu dan meneteskan butiran air dari matanya, "Ma, papa berubah. Mama tahu itu, kan? Semenjak ada Amanda dan anaknya itu datang ke kehidupan kita semuanya berantakan"

Gadis itu menatap foto dirinya dengan sang mama yang terpajang pada dinding kamarnya, "Ma, mama adalah alasan aku masih hidup sampai sekarang. Aku akan buktikan kalau aku bisa tanpa papa. Thank you mama, I love you"

***

"Ren ... Lo udah siap ketemu sama idola lo?" Kedua gadis itu berjalan melewati trotoar sambil memakan ice cream cup ditangan mereka.

"Maksudnya?"

"Aksa," singkat Anjani.

"Ck." Renjana memalingkan wajahnya ke sembarang arah, dan membuang napas kasar, "Gue udah ketemu dia kemarin sore"

Anjani yang asik memakan ice creamnya tersedak saat mendengarnya, "Terus, gimana?" Jawabnya sedikit terbata. Sahabatnya yang berada tepat disebelahnya itu menepuk pelan punggung Anjani.

Renjana memasang muka malas, "Ya gitu deh, diluar rumah pun berasa kayak ospek"

Anjani tersenyum, "Hati-hati, tar suka loh"

Renjana menatap sinis ke arah sahabatnya itu dan berjalan lebih cepat meninggalkan Anjani, dan berdiri dihalte sembari menunggu bus. Gadis itu terus saja menarik napas dan membuangnya dengan kasar, "Paling sebel deh kalau masalah cinta." Batinnya.

"Ren. Ciakhhh ngambek." Teriak Anjani dari sisi kiri Renjana yang terlihat semakin mendekat padanya. Cewek itu sangat suka menggoda Renjana kalau tentang cinta, apalagi Renjana sama sekali malas untuk berpacaran, bahkan saat ini pun dia belum pernah pacaran.

Bus berwarna hijau itu berhenti tepat didepan Renjana, lalu ia menaiki bus itu disusul oleh Anjani yang berlari masuk ke bus itu, "Ayo cepat, cepat." Kata kenek yang berada di pintu bus sambil meminta bayaran mereka.

Bus itu kemudian berjalan kembali ke arah sesuai dengan tujuan Renjana dan Anjani. Mereka berdua sama sekali tidak mengucap kata sama lain, Renjana terus menggerutu dalam batinnya. "Duh gimana nih nanti, pasti dia mau mempermalukan gue lagi". Batinnya.

Kendaraan yang dinaiki mereka berdua pun berhenti, dan mereka turun dari sana. Bahkan sampai sudah turun, Renjana tak berbicara sepatah kata pun, padahal Anjani sudah memancing obrolan.

"Yaudah deh, diamin dulu. Mungkin dia butuh sendiri". Batin Anjani.

"Periksa kelengkapan dulu." Kata seorang kating perempuan yang sedang memeriksa kelengkapan dan kerapihan mahasiswa baru sebelum masuk, ia ditemani oleh rekannya yang membantunya untuk memeriksa.

Saatnya giliran Renjana yang akan diperiksa kelengkapannya, "Kamu enggak bawa topi?" Ucap kating itu.

Mata Renjana terbelak dan refleks ia memegang kepalanya yang tidak memakai topi, "Oh iya, kak. Saya lupa. Maaf ya, kak"

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang