18] She's mine

27 5 3
                                    

Haiii I'm back

Maapkeun saya, lupa update🥲

***


Sunyi. Berhias suara jangkrik seolah sedang mengadakan paduan suara. Dinginnya angin malam membuat siapa saja merinding disentuhnya. Bulan purnama, serta para bintang yang sedang berkumpul di atas sana menghiasi langit malam ini. Juga, menghiasi pertemuan dua lelaki saat itu.

"Kau tidak akan pernah bersatu dengannya. Saya jamin. She's mine." Pernyataan cowok itu membuat lelaki di depannya merasa geram.

Aksa. Ketika mendengar pernyataan itu keluar dari mulut cowok di depannya, tangannya mengepal, rahangnya pun mengeras menampakkan urat di lehernya. Tapi ia tetap menetralkan perasaanya agar tak kelewat batas. "Kau menyukai adikmu sendiri?" Ia tersenyum miring. "Cih. Belagu. Bukankah kau yang tidak akan pernah bersatu? Kalian sedarah. Haha, come on, Rayanka"

"Tidak ada yang tidak mungkin, bukan?" Rayanka mendekati wajahnya pada Aksa.

Aksa menatap jijik kepada cowok di depannya. "Sepertinya anda membutuhkan bantuan medis. Apa perlu saya teleponkan RSJ terdekat?"

"Hidupmu dan hidup Renjana berbeda, ketahui tempatmu, dan berhentilah mencoba seperti dia," ujar Rayanka.

"Apa maksudmu?"

"Haha. Kau hanya seorang penulis novel yang tak laku dan miskin, anda bukan siapa-siapa dibanding dia. Jangan bertingkah seolah anda berkuasa," balasnya.

"Apakah ayahmu tak memberitahu mu? Kasihan sekali menanggung malu karena salah menilai orang." Dengan tangan yang di masukkan ke saku celananya, dan tatapan sayu. Aksa tersenyum.

Rayanka menarik kerah kemeja cowok itu. Tatapan tajam menyertainya, tapasnya memburu hingga suara napas Rayanka terdengar kasar olehnya. "Bisa apa lo, hah?"

Perlahan, Aksa melepaskan cengkraman Rayanka di kerahnya. "Santai, bro"

"Siapa lo sebenarnya?"

Aksa berdengus kesal. "Yang jelas, saya minta kita bertemu untuk memperingatkan anda. Jangan pernah menyakiti Renjana lagi. Mungkin anda akan kaget ketika anda pulang nanti, ayahmu sedang menangis, tangisan putus asa." Cowok itu tersenyum menepuk pelan pundak Rayanka.

"Itulah akibatnya bermain-main dengan saya, karena kalian menyakiti kekasihku"

***

"AAARRGHH, brengsek. Sudah gila dia." Pria itu membanting barang yang berada di atas mejanya. Ruang kerja itu tampak seperti kapal pecah, serta beling vas bunga yang berceceran. Napas dan jantungnya bekerja sangat cepat, rona merah memenuhi wajah pria itu. Berkali-kali ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Bunyi ketukkan pintu dari luar ruang kerjanya memecah amarah pria itu. Perlahan pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki dengan jalan yang sedikit pincang.

Pria itu menetralkan napasnya. "Rayanka, tumben sekali kamu ke sini?"

'Benar kata si brengsek itu' batin Rayanka.

"Ada yang mau aku omongin"

Sepasang ayah dan anak itu duduk bersebelahan pada sebuah sofa panjang. Dengan segelas teh di atas meja yang ada di depan mereka. "Ini pasti ulah Aksa"

"Dari mana kamu tahu?"

"Tadi aku bertemu dengannya. Dia membahas tentang papa yang putus asa. Dia melakukan itu dengan alasan, karena papa telah menyakiti Renjana," jelas Rayanka.

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang