13] Sick

30 9 14
                                    

Haii

***

Pria itu menghempas kasar tubuh Renjana hingga tersungkur ke lantai rumahnya. Pria itu berjalan mendekati adiknya, lalu berjongkok menyesuaikan tingginya, memegang dagu gadis itu, sambil menatapnya. Mengusap perlahan pipi sang adik yang basah karena air mata, "Pipi mu mulus sekali. Bagaimana jika ikat pinggang ku dipukul sangat kencang di pipi ini." Gertaknya. Tangan cowok itu langsung dihempaskan oleh adiknya.

"Jangan lo pikir gue lemah, kak"

"Sudah berani lo, sama gue?" Kata Rayanka.

"Ck, enggak usah jadi sok jagoan. Penindas kayak lo tidak selamanya menang"

Rayanka tersenyum seringai, "Tidak ada kata kalah di kamus gue"

Plak

Tamparan dari tangan Rayanka, hinggap di pipi kanannya. Perih, panas, semua menjadi satu dalam pipi gadis itu.

Renjana menatap tajam cowok itu, napasnya tak karuan, tangannya mengepal. Perlahan ia bangun dari duduknya, dengan Rayanka yang masih berjongkok. Cowok itu memerhatikan gerak gerik sang adik.

Dari belakang cowok itu, Renjana mengangkat vas bunga tinggi-tinggi, ia berniat akan memukul Rayanka.

"RENJANA!"

Rayanka tersenyum puas mendengar suara lantang dari Raditya yang baru pulang. Cowok itu berdiri menatap keduanya, "Ada apa, pa?"

"Ren, kamu ngapain bawa vas bunga kayak gitu?" Tanya Rayanka seolah tak terjadi apa-apa.

"Kamu lihat dia, ren." Raditya menunjuk Rayanka, "Lihat kakak kamu yang tidak tahu apapun, kau dengan sengajanya ingin memukul dia? Kamu tega, ya. Papa tidak menyangka." Raditya menggeleng kuat, tak percaya dengan kelakuan anak gadisnya.

Amanda berjalan mendekati anak lelakinya, mengusap perlahan bahu anaknya itu, "Kamu ketemu Renjana di mana?"

"Di pantai. Bersama seorang laki-laki"

Deg

'Matilah gue. Ini orang playing victim banget sih' gerutu gadis itu dalam batinnya.

Raditya menatap anak gadis dengan tatapan seram, seolah bola matanya ingin keluar. Tangan pria itu mengepal, napasnya menggebu-gebu, "BERANI KAU, YA. MENEMUI DIA LAGI"

Plak

Lagi-lagi tamparan kembali mendarat di pipinya, hingga wajahnya berpaling dari hadapan Raditya. Matanya merah serta memanas karena menahan air matanya.

"Anak ini harus dikasih pelajaran, tidak bisa dibiarkan begitu saja." Geram Raditya.

Amanda berjalan mendekati suaminya, "Jangan terlalu keras, mas"

"Sudah lah. Kau bukan ibu kandungnya, jangan ikut campur." Raditya menarik lengan Renjana sangat kencang, berjalan ke ruang kerjanya, gadis itu terpaksa mengikuti papanya, karena merasakan sakit di lengannya.

"Pa, sakit ... "

Raditya mengunci ruang kerjanya dari dalam. Hanya ada mereka berdua di sana. Pria itu mengambil ikat pinggangnya dan menghempaskannya berkali-kali kepada pinggang Renjana.

Life Goes On  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang